Dulu sewaktu
masih anak SD aku paling benci dengan palajaran olahraga. Penyebabnya adalah kegiatan
olahraga itu identik dengan kekerasan. Waktu itu tiap sore di desaku sering
diselenggarakan pertandingan kasti dan bola voly. Sudah lumrah kalau usai
pertandingan selalu terjadi keributan yeng menjurus kepada kekerasan entah
antar suporter atau antar pemain. Bahkan tak jarang menyebabkan jatuhnya korban
hingga luka-luka. aBahkan tak jarang mereka menjadikan olahraga seperti
sepakbola untuk mem-bully anak-anak lain yang lebih lemah dan lebih kecil. Aku ingat pernah
suatu waktu aku menonton sepakbola di lapangan sekolah dari pinggir lapangan.
Salah seorang pemain dengan sengaja mengarahkan bolanya kepadaku. Jadilah aku
yang lagi asik makan snack di pinggir lapangan jatuh terjengkang. Snack yang
merupakan kue basah itu langsung jatuh
Nilai olahraga saat masih SD |
mengenai bajuku sehingga baju seragamku
menjadi kotor. Semua anak-anak yang lain bukannya menolong aku namun malah menertawakanku. Jadilah nilai
pelajaran olahragaku rata-rata cuma 6 alias hanya asal tidak merah saja. Padahal
teman-teman sekelasku rata-rata mendapatkang angka 7.
Masuk SMP situasinya juga masih sama aja malah ditambah guru olahraganya
lumayan galak. Aku sering menjadi bulan-bulanan. Saat bermain bola juga
teman-temanku sering dengan sengaja menendang kakiku atau mendorong tubuhku.
Aku jadi semakin benci dengan yang namanya olahraga. Kalau ada kegiatan lari
jauh aku selalu menjadi peserta yang finish paling belakang. Yang lain bisa
berlari, aku hanya jalan kaki. Kalau aku paksakan berlari perut langsung kram. Syukurlah
saat SMA pelajaran olahraga hanya sampai kelas 2 saja. Untuk kelas 3 sudah
tidak ada pelajaran olahraga lagi. Di luar kegiatan sekolah aku juga tidak
pernah berolahraga karena aku menganggap olahraga itu cuma buang waktu dan
tenaga. Sama sekali tidak ada gunanya. Kalau hari libur aku menghabiskan waktu
dengan banyak menonton TV seharian atau membaca buku.
Begitu pula saat kuliah dengan jadwal yang padat aku nyaris tidak pernah
berolahraga sejenak pun selama bertahun-tahun. Akibatnya daya tahan tubuhku
jadi sangat jelek. Aku mudah sekali sakit sejak SD. Minimal 1x/bulan aku selalu
berkunjung ke dokter. Entah itu hanya serangan pilek, batuk, demam, atau sakit
kepala sudah membuatku terbaring selama beberapa hari meskipun sudah minum
obat. Aku jadi berpikir mungkin aku perlu suplemen untuk meningkatkan daya
tahan tubuhku supaya tidak mudah sakit karena aku sering melihat iklan suplemen
di TV yang kelihatannya sungguh meyakinkaku. Akhirnya beragam suplemen aku konsumsi
dengan rutin tetapi aku merasa entah kenapa suplemen-suplemen itu tidak terlalu
banyak menolongku. Akhirnya tahun 2008 aku benar-benar ambruk terkena serangan
demam berdarah hingga shock. Terpaksa aku dirawat di RS selama 5 hari.
Pemulihan tubuhku pun berjalan sangat lambat. Hingga
Kuitansi saat dirawat di RS karena DB |
1 bulan sesudah pulang
dari RS aku merasa baru benar-benar bisa beraktivitas normal kembali.
Kemudian
saat browsing internet aku mendapatkan aneka macam info jika salah satu cara
ampuh meningkatkan daya tahan tubuh supaya tidak gampang sakit adalah dengan
olahraga. Sempat ragu, apakah benar itu? Masalahnya adalah di lingkunganku
tidak ada orang yang berolahraga secara rutin. Kupikir tidak ada salahnya
dicoba. Kalau tidak dicoba kan tidak pernah tahu hasilnya? Pertama olahraga
yang aku lakukan adalah senam setiap pagi selama 15 menit. Persoalannya adalah
senam sendirian sangat membosankan. Mau mengajak teman atau tetangga untuk
gabung aku yakin mereka sudah pasti tidak mau karena mereka juga tidak paham
manfaat olahraga. Kemudian aku mencoba bersepeda tetapi entah kenapa sekencang
apapun aku bersepeda rasa-rasanya badan tidak mau hangat dan berkeringat juga. Pilihan
berikutnya adalah tenis. Awalnya ada seorang teman yang mau diajak main tiap
pagi tetapi lama-lama teman ini tidak konsisten. Kadang datang kadang tidak. Jadilah
aku mulai malas main tenis. Terpaksa raket yang sudah aku beli mahal-mahal cuma
aku pakai sebentar terus cuma aku gantung saja. Sempat terpikir renang tetapi
telingaku sering bermasalah dengan air. Aku memiliki lubang telinga yang
sempit. Jika kemasukan air maka akan susah keluar sehingga lubang telinga
menjadi lembab dan terkena infeksi. Lama aku berpikir berhari-hari olahraga
apalagi nih yang benar-benar pas buatku? Yang mudah, murah, bisa aku lakukan sendirian, dan
bisa benar-benar bisa membuatku berkeringat. Sekali lagi aku baca-baca di
internet dan satu jenis olahraga yang selama ini aku hindari kayaknya akan
menjadi sebuah jawaban yaitu: lari! Tiap kali terdengar kata-kata olahraga lari
hanya kram perut yang terbayang di benakku. Akan tetapi sekali lagi tak ada
salahnya aku coba.
Akhirnya suatu pagi aku berangkatlah lari. Baru 200 m napas sudah mau putus dan
yang kutakutkan memang terjadi: kram perut sisi kanan. Terpaksa aku berhenti
kemudian berjalan-jalan pelan-pelan. Sesudah kram menghilang aku lanjutkan
berlari. Begitu seterusnya sampai jarak 1 km kemudian balik ke rumah. Begitulah
rutinitasku selama 1 tahun. Belum ada keberanian untuk menambah jarak. Sepatu
yang aku pakai waktu itu adalah sepatu biasa yang lumayan berat makanya jadi
cepat kelelahan. Bukan sepatu khusus lari. Itulah kenapa setiap usai lari pagi
kaki selalu pegal-pegal dan kram tetapi aku coba untuk tetap bertahan. Sampai
kemudian istri memiliki sepatu biasa namun sangat ringan. Jadilah aku coba
menggunakan sepatu istri ini. Memang lari jadi bisa lebih cepat dan lebih jauh
lagi. Jarak terjauh yang bisa aku tempuh waktu itu sekitar 5 km. jadi tidak
pulang pergi tetapi hanya sekali jalan. Pulangnya biasanya aku telepon istri
untuk menjemput dengan motor. Rupanya sepatu ringan ini meski bisa membuat lari
lebih cepat tetapi tidak cukup memberikan perlindungan untuk kaki. Lapisan
solnya tipis (makanya ringan) sehingga impact ke aspal tidak bisa teredam
dengan baik. Setiap selesai berlari telapak kaki jadi kesemutan dan nyeri. Syukurlah
sepatu ini tidak bertahan lama. Cuma 2 bulan pakai dah hancur lebur. Berikutnya
aku coba membeli sepatu biasa tetapi dengan harga lebih mahal. Rupanya daya
tahan sepatu-sepatu ini rendah sehingga tidak sampai 3 bulan sudah robek disana
sini. Wah ini tidak bisa diterus-teruskan sampai kemudian aku memesan sepatu
khusus untuk berlari. Harganya memang jauh lebih mahal dan memang lebih nyaman
dan aman di kaki tetapi sayangnya aku salah pilih bentuk sepatu. Ternyata
sepatu lari dibagi menjadi 3 macam sesuai bentuk kaki yaitu untuk kaki over
pronator, netral, dan under pronator. Rupanya kakiku termasuk under pronator dan sepatu
yang aku pilih adalah untuk kaki over pronator. Dampaknya selama 1 tahun aku
diserang cedera habis-habisan. Bolak balik masuk RS dan klinik untuk
fisioterapi. Sembuh 2 minggu, 2 bulan dibekap cedera, sembuh 1 bulan, 3 bulan
dihantam cedera lagi. Meskipun demikian aku masih tetap bertahan. Untuk
mengurangi nyeri aku membawa tube balsem pereda nyeri yang aku simpan di bawah
topi saat berlari. Sebelum berangkat aku oleskan dan jika efek analgesiknya
mulai turun aku oleskan lagi berulang-ulang. Masalah selesai saat aku
menyesuaikan bentuk kakiku sesuai dengan bentuk sepatu. Kini dalam 1 hari
rata-rata aku sudah bisa menempuh jarak minimal 10 km tanpa rasa lelah,
ngos-ngosan, ataupun kram perut atau kaki. Bahkan rute yang aku tempuh sudah
tidak aspal melulu tetapi off road dan jalan menanjak curam juga sudah aku
libas. Ke depan aku berencana untuk mengikuti event-event marathon. Untuk saat ini
memang belum bisa ikut karena masih banyak kegiatan dan pekerjaan yang harus aku
selesaikan.
Manfaat yang aku rasakan sejak rutin berolahraga lari:
1. Lebih jarang sakit dan kalaupun sakit lebih cepat sembuh. Dulu meskipun
hanya terkena demam, aku bisa 2 minggu tidak bisa bangun dari ranjang meski
sudah minum obat penurun demam. Manfaat lainnya lebih irit karena bisa
mengurangi ongkos periksa dokter dan buat beli obat. Kalaupun harus minum obat
biasanya saya sudah cukup dengan obat-obatan yang murah. Dulu saya juga
pengidap rhinitis kronis yang parah. Musim hujan adalah siksaan setiap hari
karena sudah pasti hidung mampet. Yang jadi masalah adalah cairan hidung ini
kemudian mengalir ke dalam telinga dan terjebak di dalamnya sehingga membuat
telinga menjadi lembab sehingga menyebabkan radang telinga tengah.
2. tidak
lekas capek. Meski pagi berolah raga penuh, sesiang bekerja keras tetapi sore
hari sama sekali tidak terasa lelah atau mengantuk. Badan tetap terasa segar
bugar. Aku tidak perlu minum minuman energi yang katanya bisa membuat segar
bugar terus karena aku pernah punya pengalaman buruk dengan minuman jenis itu. Sehabis minum lambungku malah sakit dan
kepalaku pusing.
3. tidur
lebih nyenyak. Dulu semasa SMA aku termasuk pengidap insomnia kronis. Jam 9
atau 10 malam sudah berangkat tidur tetapi biasanya baru benar-benar terlelap setelah
jam 00 atau 1 dinihari. Bangun pagi bukannya segar tetapi malah lesu dan masih
mengantuk.
4. lebih
produktif. Meskipun waktu istirahat saat bekerja dikurangi (misal karena
mengejar deadline) badan tetap terasa OK sehingga pekerjaan bisa selesai tepat
waktu.
5. badan
terasa hangat terus menerus karena peredaran darah lancar meski terkena hujan
atau angin dingin. Dulu kalau terkena hujan sedikit saja badan langsung
kedinginan dan masuk angin tetapi sekarang meski lama diguyur hujan lebat atau
terkena angin malam yang dingin terus menerus badan tetap fit.
6. makan
lebih enak dan BAB lebih lancar. Meskipun yang aku makan tiap hari bukanlah
makanan yang mewah tetapi aku selalu bisa makan dengan lahap. BAB juga lancar
setiap hari meski tidak meminum suplemen serat.
7. anemia
no way! Dulu saya termasuk pengidap anemia kronis tetapi dengan berolahraga
rutin
Kartu donor darahku |
kadar HB saya stabil. Terbukti tiap donor darah tiap 3 bulan saya selalu
lolos tes HB.
8. menjaga
berat badan tetap ideal. Setelah menikah aku sempat overweight (kelebihan berat
badan) meski belum sampai pada taraf obesitas. Perutku mulai membuncit. Benar-benar gak asik kalau dipandang. Banyak
celana mulai tidak muat. Sekarang sejak rutin berolahraga berat badan tetap
terjaga ideal dan baju serta celana bisa aku pakai bertahun-tahun tanpa
khawatir kekecilan.
9. lebih minim stress. Olahraga tidak
hanya membuat badan sehat tetapi jiwa kita juga ikut sehat. Dengan berolahraga aku
merasa lebih rileks dan tenang menghadapi masalah seberat apapun. Rasa cemas
dan sedih akan berbagai persoalan hidup yang dulu kerap datang menerpa kini sudah
turun sekali levelnya. Aku juga merasa menjadi orang yang lebih bisa banyak bersyukur
belakangan ini. Sesuai dengannya namanya olahraga = sport membuatku menjadi orang
yang lebih sportif yaitu mau menerima kegagalan diri sendiri dan mau menghargai
keberhasilan orang lain.
Kini olahraga lari sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupku. Tidak ada
hal yang mengecewakan dalam sehari selain tidak memiliki kesempatan berolahraga
meski sebentar. Tantangan terbesar saat ini justru datang dari orang-orang di
sekelilingku yang masih menganggap olahraga sebagai sebuah kegiatan yang tidak
ada manfaatnya sama sekali. Yah kupikir tidak ada gunanya selalu mendengarkan
perkataan orang lain yang tidak benar. Kalau dipikir-pikir memang tidak ada
enaknya bangun pagi-pagi di tengah udara dingin lalu berlari-lari di jalanan
padahal saat-saat itu paling asik jika masih bergelung hangat di atas ranjang
atau minum secangkir kopi dan menghisap sebatang rokok atau nongkrong di
pinggir jalan sambil berkerudung sarung. Tidak jarang tatapan aneh atau suara
menyindir orang yang aku terima saat berlari pagi tetapi inilah hidupku. Aku
akan berlari terus hingga suatu saat nanti aku akan berhenti ketika aku sudah
tidak mampu lagi melangkahkan kaki barang sejengkal. Olahraga terbukti sudah
meningkatkan kualitas hidupku selama ini. Bagi siapapun dengan usia berapapun tidak ada kata terlambat untuk memulai berolahraga detik ini juga.