Wednesday, May 18, 2016

Olahraga Lari Telah Terbukti Meningkatkan Kualitas Hidupku


     Dulu sewaktu masih anak SD aku paling benci dengan palajaran olahraga. Penyebabnya adalah kegiatan olahraga itu identik dengan kekerasan. Waktu itu tiap sore di desaku sering diselenggarakan pertandingan kasti dan bola voly. Sudah lumrah kalau usai pertandingan selalu terjadi keributan yeng menjurus kepada kekerasan entah antar suporter atau antar pemain. Bahkan tak jarang menyebabkan jatuhnya korban hingga luka-luka. aBahkan tak jarang mereka menjadikan olahraga seperti sepakbola untuk mem-bully anak-anak lain yang lebih lemah dan lebih kecil. Aku ingat pernah suatu waktu aku menonton sepakbola di lapangan sekolah dari pinggir lapangan. Salah seorang pemain dengan sengaja mengarahkan bolanya kepadaku. Jadilah aku yang lagi asik makan snack di pinggir lapangan jatuh terjengkang. Snack yang merupakan kue basah itu langsung jatuh 
Nilai olahraga saat masih SD

mengenai bajuku sehingga baju seragamku menjadi kotor. Semua anak-anak yang lain bukannya menolong aku  namun malah menertawakanku. Jadilah nilai pelajaran olahragaku rata-rata cuma 6 alias hanya asal tidak merah saja. Padahal teman-teman sekelasku rata-rata mendapatkang angka 7.

     Masuk SMP situasinya juga masih sama aja malah ditambah guru olahraganya lumayan galak. Aku sering menjadi bulan-bulanan. Saat bermain bola juga teman-temanku sering dengan sengaja menendang kakiku atau mendorong tubuhku. Aku jadi semakin benci dengan yang namanya olahraga. Kalau ada kegiatan lari jauh aku selalu menjadi peserta yang finish paling belakang. Yang lain bisa berlari, aku hanya jalan kaki. Kalau aku paksakan berlari perut langsung kram. Syukurlah saat SMA pelajaran olahraga hanya sampai kelas 2 saja. Untuk kelas 3 sudah tidak ada pelajaran olahraga lagi. Di luar kegiatan sekolah aku juga tidak pernah berolahraga karena aku menganggap olahraga itu cuma buang waktu dan tenaga. Sama sekali tidak ada gunanya. Kalau hari libur aku menghabiskan waktu dengan banyak menonton TV seharian atau membaca buku.
     Begitu pula saat kuliah dengan jadwal yang padat aku nyaris tidak pernah berolahraga sejenak pun selama bertahun-tahun. Akibatnya daya tahan tubuhku jadi sangat jelek. Aku mudah sekali sakit sejak SD. Minimal 1x/bulan aku selalu berkunjung ke dokter. Entah itu hanya serangan pilek, batuk, demam, atau sakit kepala sudah membuatku terbaring selama beberapa hari meskipun sudah minum obat. Aku jadi berpikir mungkin aku perlu suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuhku supaya tidak mudah sakit karena aku sering melihat iklan suplemen di TV yang kelihatannya sungguh meyakinkaku. Akhirnya beragam suplemen aku konsumsi dengan rutin tetapi aku merasa entah kenapa suplemen-suplemen itu tidak terlalu banyak menolongku. Akhirnya tahun 2008 aku benar-benar ambruk terkena serangan demam berdarah hingga shock. Terpaksa aku dirawat di RS selama 5 hari. Pemulihan tubuhku pun berjalan sangat lambat. Hingga
Kuitansi saat dirawat di RS karena DB
1 bulan sesudah pulang dari RS aku merasa baru benar-benar bisa beraktivitas normal kembali.


     Kemudian saat browsing internet aku mendapatkan aneka macam info jika salah satu cara ampuh meningkatkan daya tahan tubuh supaya tidak gampang sakit adalah dengan olahraga. Sempat ragu, apakah benar itu? Masalahnya adalah di lingkunganku tidak ada orang yang berolahraga secara rutin. Kupikir tidak ada salahnya dicoba. Kalau tidak dicoba kan tidak pernah tahu hasilnya? Pertama olahraga yang aku lakukan adalah senam setiap pagi selama 15 menit. Persoalannya adalah senam sendirian sangat membosankan. Mau mengajak teman atau tetangga untuk gabung aku yakin mereka sudah pasti tidak mau karena mereka juga tidak paham manfaat olahraga. Kemudian aku mencoba bersepeda tetapi entah kenapa sekencang apapun aku bersepeda rasa-rasanya badan tidak mau hangat dan berkeringat juga. Pilihan berikutnya adalah tenis. Awalnya ada seorang teman yang mau diajak main tiap pagi tetapi lama-lama teman ini tidak konsisten. Kadang datang kadang tidak. Jadilah aku mulai malas main tenis. Terpaksa raket yang sudah aku beli mahal-mahal cuma aku pakai sebentar terus cuma aku gantung saja. Sempat terpikir renang tetapi telingaku sering bermasalah dengan air. Aku memiliki lubang telinga yang sempit. Jika kemasukan air maka akan susah keluar sehingga lubang telinga menjadi lembab dan terkena infeksi. Lama aku berpikir berhari-hari olahraga apalagi nih yang benar-benar pas buatku? Yang mudah, murah, bisa aku lakukan sendirian, dan bisa benar-benar bisa membuatku berkeringat. Sekali lagi aku baca-baca di internet dan satu jenis olahraga yang selama ini aku hindari kayaknya akan menjadi sebuah jawaban yaitu: lari! Tiap kali terdengar kata-kata olahraga lari hanya kram perut yang terbayang di benakku. Akan tetapi sekali lagi tak ada salahnya aku coba. 


     Akhirnya suatu pagi aku berangkatlah lari. Baru 200 m napas sudah mau putus dan yang kutakutkan memang terjadi: kram perut sisi kanan. Terpaksa aku berhenti kemudian berjalan-jalan pelan-pelan. Sesudah kram menghilang aku lanjutkan berlari. Begitu seterusnya sampai jarak 1 km kemudian balik ke rumah. Begitulah rutinitasku selama 1 tahun. Belum ada keberanian untuk menambah jarak. Sepatu yang aku pakai waktu itu adalah sepatu biasa yang lumayan berat makanya jadi cepat kelelahan. Bukan sepatu khusus lari. Itulah kenapa setiap usai lari pagi kaki selalu pegal-pegal dan kram tetapi aku coba untuk tetap bertahan. Sampai kemudian istri memiliki sepatu biasa namun sangat ringan. Jadilah aku coba menggunakan sepatu istri ini. Memang lari jadi bisa lebih cepat dan lebih jauh lagi. Jarak terjauh yang bisa aku tempuh waktu itu sekitar 5 km. jadi tidak pulang pergi tetapi hanya sekali jalan. Pulangnya biasanya aku telepon istri untuk menjemput dengan motor. Rupanya sepatu ringan ini meski bisa membuat lari lebih cepat tetapi tidak cukup memberikan perlindungan untuk kaki. Lapisan solnya tipis (makanya ringan) sehingga impact ke aspal tidak bisa teredam dengan baik. Setiap selesai berlari telapak kaki jadi kesemutan dan nyeri. Syukurlah sepatu ini tidak bertahan lama. Cuma 2 bulan pakai dah hancur lebur. Berikutnya aku coba membeli sepatu biasa tetapi dengan harga lebih mahal. Rupanya daya tahan sepatu-sepatu ini rendah sehingga tidak sampai 3 bulan sudah robek disana sini. Wah ini tidak bisa diterus-teruskan sampai kemudian aku memesan sepatu khusus untuk berlari. Harganya memang jauh lebih mahal dan memang lebih nyaman dan aman di kaki tetapi sayangnya aku salah pilih bentuk sepatu. Ternyata sepatu lari dibagi menjadi 3 macam sesuai bentuk kaki yaitu untuk kaki over pronator, netral, dan under pronator. Rupanya kakiku termasuk under pronator dan sepatu yang aku pilih adalah untuk kaki over pronator. Dampaknya selama 1 tahun aku diserang cedera habis-habisan. Bolak balik masuk RS dan klinik untuk fisioterapi. Sembuh 2 minggu, 2 bulan dibekap cedera, sembuh 1 bulan, 3 bulan dihantam cedera lagi. Meskipun demikian aku masih tetap bertahan. Untuk mengurangi nyeri aku membawa tube balsem pereda nyeri yang aku simpan di bawah topi saat berlari. Sebelum berangkat aku oleskan dan jika efek analgesiknya mulai turun aku oleskan lagi berulang-ulang. Masalah selesai saat aku menyesuaikan bentuk kakiku sesuai dengan bentuk sepatu. Kini dalam 1 hari rata-rata aku sudah bisa menempuh jarak minimal 10 km tanpa rasa lelah, ngos-ngosan, ataupun kram perut atau kaki. Bahkan rute yang aku tempuh sudah tidak aspal melulu tetapi off road dan jalan menanjak curam juga sudah aku libas. Ke depan aku berencana untuk mengikuti event-event marathon. Untuk saat ini memang belum bisa ikut karena masih banyak kegiatan dan pekerjaan yang harus aku selesaikan. 

Manfaat yang aku rasakan sejak rutin berolahraga lari:
1. Lebih jarang sakit dan kalaupun sakit lebih cepat sembuh. Dulu meskipun hanya terkena demam, aku bisa 2 minggu tidak bisa bangun dari ranjang meski sudah minum obat penurun demam. Manfaat lainnya lebih irit karena bisa mengurangi ongkos periksa dokter dan buat beli obat. Kalaupun harus minum obat biasanya saya sudah cukup dengan obat-obatan yang murah. Dulu saya juga pengidap rhinitis kronis yang parah. Musim hujan adalah siksaan setiap hari karena sudah pasti hidung mampet. Yang jadi masalah adalah cairan hidung ini kemudian mengalir ke dalam telinga dan terjebak di dalamnya sehingga membuat telinga menjadi lembab sehingga menyebabkan radang telinga tengah.
2. tidak lekas capek. Meski pagi berolah raga penuh, sesiang bekerja keras tetapi sore hari sama sekali tidak terasa lelah atau mengantuk. Badan tetap terasa segar bugar. Aku tidak perlu minum minuman energi yang katanya bisa membuat segar bugar terus karena aku pernah punya pengalaman buruk dengan minuman jenis itu.  Sehabis minum lambungku malah sakit dan kepalaku pusing.
3. tidur lebih nyenyak. Dulu semasa SMA aku termasuk pengidap insomnia kronis. Jam 9 atau 10 malam sudah berangkat tidur tetapi biasanya baru benar-benar terlelap setelah jam 00 atau 1 dinihari. Bangun pagi bukannya segar tetapi malah lesu dan masih mengantuk.
4. lebih produktif. Meskipun waktu istirahat saat bekerja dikurangi (misal karena mengejar deadline) badan tetap terasa OK sehingga pekerjaan bisa selesai tepat waktu.
5. badan terasa hangat terus menerus karena peredaran darah lancar meski terkena hujan atau angin dingin. Dulu kalau terkena hujan sedikit saja badan langsung kedinginan dan masuk angin tetapi sekarang meski lama diguyur hujan lebat atau terkena angin malam yang dingin terus menerus badan tetap fit.
6. makan lebih enak dan BAB lebih lancar. Meskipun yang aku makan tiap hari bukanlah makanan yang mewah tetapi aku selalu bisa makan dengan lahap. BAB juga lancar setiap hari meski tidak meminum suplemen serat.

7. anemia no way! Dulu saya termasuk pengidap anemia kronis tetapi dengan berolahraga rutin 
Kartu donor darahku

kadar HB saya stabil. Terbukti tiap donor darah tiap 3 bulan saya selalu lolos tes HB.
8. menjaga berat badan tetap ideal. Setelah menikah aku sempat overweight (kelebihan berat badan) meski belum sampai pada taraf obesitas. Perutku mulai membuncit.  Benar-benar gak asik kalau dipandang. Banyak celana mulai tidak muat. Sekarang sejak rutin berolahraga berat badan tetap terjaga ideal dan baju serta celana bisa aku pakai bertahun-tahun tanpa khawatir kekecilan.

9.  lebih minim stress. Olahraga tidak hanya membuat badan sehat tetapi jiwa kita juga ikut sehat. Dengan berolahraga aku merasa lebih rileks dan tenang menghadapi masalah seberat apapun. Rasa cemas dan sedih akan berbagai persoalan hidup yang dulu kerap datang menerpa kini sudah turun sekali levelnya. Aku juga merasa menjadi orang yang lebih bisa banyak bersyukur belakangan ini. Sesuai dengannya namanya olahraga = sport membuatku menjadi orang yang lebih sportif yaitu mau menerima kegagalan diri sendiri dan mau menghargai keberhasilan orang lain.


     Kini olahraga lari sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupku. Tidak ada hal yang mengecewakan dalam sehari selain tidak memiliki kesempatan berolahraga meski sebentar. Tantangan terbesar saat ini justru datang dari orang-orang di sekelilingku yang masih menganggap olahraga sebagai sebuah kegiatan yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Yah kupikir tidak ada gunanya selalu mendengarkan perkataan orang lain yang tidak benar. Kalau dipikir-pikir memang tidak ada enaknya bangun pagi-pagi di tengah udara dingin lalu berlari-lari di jalanan padahal saat-saat itu paling asik jika masih bergelung hangat di atas ranjang atau minum secangkir kopi dan menghisap sebatang rokok atau nongkrong di pinggir jalan sambil berkerudung sarung. Tidak jarang tatapan aneh atau suara menyindir orang yang aku terima saat berlari pagi tetapi inilah hidupku. Aku akan berlari terus hingga suatu saat nanti aku akan berhenti ketika aku sudah tidak mampu lagi melangkahkan kaki barang sejengkal. Olahraga terbukti sudah meningkatkan kualitas hidupku selama ini. Bagi siapapun dengan usia berapapun tidak ada kata terlambat untuk memulai berolahraga detik ini juga.