Wednesday, April 18, 2018

Belanja Pakai Tcash Di Elevenia Yang Enggak Banget


     Dulu sebenarnya pernah belanja pakai Tcash di Elevenia dan hasilnya error. Seperti biasa saya langsung komplain CSnya dan direspon dengan cepat. Hasilnya pembayaran dengan Tcash tetap gagal. Cuma meskipun gagal bayar tetapi saldo tak berkurang. Saya berpikir mungkin karena saya bayarnya siang jadi server (entah servernya Tcash atau Elevenia) padat dan rawan error jadilah keesokan paginya saya coba kembali membayar dengan Tcash dan hasilnya lancar. Sejak saat itulah saya nyaman menggunakan cara pembayaran dengan Tcash di Elevenia beberapa kali.
     Sampai kemudian saya mencoba kembali berbelanja di Elevenia dengan memakai Tcash. Setelah membuat token saya pun masukkan kodenya di halaman pembayaran Elevenia. Hasilnya jreng jreng… pembayaran gagal dan sialnya saldo Tcash terpotong. Saya cepat-cepat komplain ke CS Elevenia dan disuruh menunggu 24 jam. Saya kira setelah 24 jam akan batal otomatis dan saldo dikembalikan. Teryata setelah 24 jam transaksi tidak batal dan tetap menyajikan status menunggu pembayaran. Heran deh. Gak tahu ini yang trobel Elevenianya atau Tcashnya? Saya kembali komplain dan dijawab oleh CS Elevenia disuruh komplain ke Tcash. Saya mulai merasa ada gejala per-pingpong-an (mirip kasus BRI vs Alfamart yang pernah saya tulis). Saya belum pernah komplain ke Tcash selama ini cuma saya melihat akun resmi twitternya lamban sekali dalam menangani komplain bahkan banyak yang tidak ditangani dengan baik. Jadilah pagi-pagi saya sudah komplain lewat DM Twitter Tcash sekaligus saya twit langsung (tanggal 1 April 2018). Kalau tidak salah sesudah itu ada pihak Elevenia menghubungi saya lewat telpon jika mereka memang belum menerima pembayaran itu. Saya iyakan saja karena toh bagaimana pun saldo jelas-jelas sudah terpotong tetapi mengapa kok dikatakan pembayaran belum diterima? Saya harus ngeyel bagaimana lagi?
     Belanja online memang menyenangkan, praktis, dan mudah namun salah satu kelemahan yang sangat nyata adalah rawan terjadinya trobel entah itu dalam pembayaran atau pengiriman. Coba deh kita lihat FP belanja online selalu sarat dengan para pelanggan yang mengalami masalah. Ada situs belanja yang hanya membiarkan para pelangganannya yang tidak puas namun ada juga yang mencoba membantu memberikan solusi. Akan tetapi dengan semakin kompleksnya layanan yang diberikan situs belanja online baik metode pembayaran maupun jasa kurir membuat potensi masalah yang muncul juga semakin banyak dan beragam. Nah inilah yang seharusnya harus sudah dipikirkan oleh mereka cara penanganannya atau error counternya. Jadi begitu muncul masalah begini mereka sudah tahu harus diberikan solusi yang bagaimana. Begitu pula jika muncul masalah begitu maka tentu lain lagi solusinya. Yang repot jika mereka tidak menyiapkan error counter sehingga begitu ada masalah mereka cuma bisa lempar ke pihak lain atau lebih buruk lagi justru menyalahkan pelanggan. 
     Hingga hari ini saat tulisan ini diturunkan (18 April) masih belum ada respon sama sekali dari Tcash yang berarti sudah 17 hari masalah ini masih menggantung tidak jelas. Sedemikian pelikkah mengatasi masalah semacam ini hingga memerlukan waktu yang sangat amat lama sekali??



Tuesday, April 17, 2018

Nganggur Ngono Bantale Setan


     Biasanya hari-hari begini adalah saat menganggur bagi banyak warga kampung di sini. Sebenarnya ada dua waktu dimana warga kampung lebih banyak menganggur yaitu usai tanam padi dan usai panen padi. Setelah padi ditanam praktis warga kampung tidak memiliki aktivitas lain. Begitu pula usai panen biasanya disusul oleh hujan deras yang membuat ladang becek sehingga tidak bisa diolah. Jika dipaksakan diolah akan menyebabkan tanahnya mudah mengeras. Berhubung sama sekali sudah tidak ada aktivitas maka para warga menghabiskan banyak waktunya dengan dua macam kegiatan yaitu memancing dan ini yang terbanyak yaitu ngerumpi. Pagi-pagi di rumah orang tua saya selalu saja sudah hadir orang-orang yang siap membawa aneka bahan untuk ngerumpi. Mulai dari topik A sampai Z dibahas dan 99% topik yang dibicarakan adalah tentang orang lain entah itu tetangga, kerabat, saudara, atau kenalan. Dari 99% topik itu 90% adalah membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain. Ini tidak hanya berlaku buat para wanita tetapi para pria pun kalau sudah tidak ada kerjaan juga sama saja akan mengisi waktunya dengan membicarakan orang lain.
     Jangan dikira mereka hanya akan ngerumpi 1-2 jam. Tak jarang mereka bisa menghabiskan waktu hingga dzuhur tiba. Sembari ditemani secangkir kopi atau makanan ringan bisa mejadi pelumas mulut tahan ngerumpi berjam-jam. Yang saya ingat benar beberapa hari lalu ketika salah seorang tetangga pria yang terkenal sebagai biang ngerumpi. Menurut saya kalau soal ngerumpi dia lebih jago dari perempuan manapun. Tubuhnya sebenarnya sudah tidak sehat yang membuatnya tidak mampu bekerja keras seperti dulu. Seperti biasa pagi-pagi dia sudah datang di dapur orang tua saya dan yang menarik dia menggunjing salah satu paklik saya sebut saja pak B. Pertama yang dibahas adalah dia seperti menyalahkan pak B yang tidak segera menikah. Saya heran, pak B baru ditinggal istrinya (meninggal karena penyakit) juga masih 3 bulan kenapa sudah disuruh-suruh menikah? Itu kan urusan personal pak B mau menikah atau tidak atau menikah kapan pun dia inginkan. Kenapa harus rese mengurus urusan kehidupan rumah tangga pak B? Yang kedua si tetangga rempong itu mempersoalkan pak B yang tidak pernah bekerja seumur hidupnya. Ya itu juga urusan pribadi pak B toh? Pak B itu pada dasarnya memang anak orang kaya dari dulu. Harta warisannya banyak. Enggak bekerja pun dia sudah memiliki ladang dan pekarangan luas yang bisa menjadi pendapatan pasif walau dia tidak bekerja. Setahu saya pak B ini juga tidak pernah sampai tidak makan atau mengemis ke rumah si tetangga rempong itu. Malah yang unik sebenarnya jumlah kekayaan pak  B jauh lebih banyak dibandingkan si tetangga usil itu lantas kenapa dia begitu mempersoalkan sekali? Apakah dia tidak melihat dirinya sendiri seperti apa sekarang? Tubuh juga sudah sakit-sakitan dan tidak kuat bekerja tetapi malah menjelek-jelekkan pak B yang juga sama-sama tidak bekerjanya.
     Saya jadi teringat saat masih sekolah SMP dulu ada tulisan besar-besar yang dibuat salah seorang guru di pagar dengan menggunakan cat berwarna hitam: nganggur mono bantale setan atau menganggur itu akan membuat kita mudah melakukan hal-hal negatif. Saya kira itu tepat sekali. Waktu yang kosong ibarat sebuah wadah tanpa isi dan apa saja akan bisa masuk ke dalamnya baik itu debu atau kotoran. Kalau di kampung saya, warga mengisinya dengan kegiatan menggunjing yang sebenarnya bisa menimbulkan kebencian dan fitnah. Oleh sebab itu dalam agama Islam menggunjing ibarat makan daging orang. Orang yang bertaubat dari menggunjing nantinya akan menjadi penghuni terakhir surga. Begitu beratnya hukuman menggunjing tetapi sudahkah semua orang menyadari bahayanya?

Sunday, April 15, 2018

Pengalaman Menghadapi Bang Tipu Gojek


     Siang-siang mendadak dapat SMS ada yang mereset password aplikasi Gojek saya. Saya menduga pasti ada orang yang sudah mencoba mereset akun saya padahal saya merasa jika tidak melakukan. Selang 10 menit kemudian ada sebuah telpon dengan suara pria di ujung sana. Awalnya memperkenalkan diri sebagai pihak manajemen Gojek dan mengatakan jika saya mendapatkan hadiah Rp 2 juta. Masak iya sih dapat hadiah Rp 2 juta? Akan tetapi program apa? Saya tak ingat ikut program apapun. Saya kemudian mencoba mengecek nomor yang menelepon saya dan eh kok nomor hape? Bukankah seharusnya jika memang itu dari perusahaan pakailah nomor kantor. Saya mulai curiga jika ini adalah penipuan. Saya sedang berhadapan dengan penipu di ujung sana. Saya mencoba tidak langsung marah atau gugup. Saya hanya berpura-pura seolah-olah saya memang mempercayai semua kibulannya. Saya biarkan dia mengoceh panjang ngalor ngidul yang sebenarnya sangat membuang waktu. Belakangan dia meminta saya ke ATM karena uang akan ditransfer tetapi hape tak boleh dimatikan. Modus yang sudah basi banget masih aja dipakai! Saya iyakan saja. Akhirnya saya memang tak matikan panggilan tetapi saya dekatkan hape dengan TV yang sedang menyala dengan suara keras. Biar kupingnya sakit. Kapokmu kapan! Sampai akhirnya panggilan dimatikan olehnya. Akan tetapi rupanya dia pantang menyerah. Dia menelepon lagi lalu saya angkat dan langsung saya dekatkan TV yang sedang menyala. Begitu seterusnya berkali-kali sampai kemudian saya masukkan nomornya kedalam daftar blokir panggilan sehingga panggilan tetap bisa masuk tetapi tidak ada nada dering. Mungkin akhirnya dia lelah dan tak pernah menelepon lagi sampai sekarang.
     
Emang enak ngomong sama TV? Hehe..
     Satu yang saya tarik dari kejadian ini bahwa registrasi nomor pra bayar tidak efektif. Artinya pelaku kejahatan tetap saja tidak takut dengan adanya aturan ini. Mereka tetap saja nyaman dengan aktivitasnya ini. Registrasi pra bayar juga masih banyak bermasalah. Saya mendengar belakangan ini ada nomor-nomor yang sudah terdaftar tetapi tetap saja terblokir. Saya juga memiliki nomor yang sudah didaftarkan tetapi begitu saya pindahkan ke hape lain eh minta didaftarkan ulang lagi. Jadi merepotkan sekali padahal sesungguhnya tidak ada gunanya. Ya mungkin pendapat saya ini berlawanan dengan anjuran pemerintah atau opini banyak orang tetapi begitulah adanya yang sudah saya rasakan selama ini. Saya lebih suka jika punishment pelaku kejahatan semacam ini diperbesar saja. Mau secanggih apapun membuat aturan selama hukuman buat pelaku masih ringan maka semuanya akan sia-sia belaka. Hukuman untuk pengedar narkoba yang sudah seberat itu saja tidak membuat jera juga sampai sekarang apalagi pelaku penipuan yang hukumannya jauh lebih ringan. 

Friday, April 6, 2018

Perjuangan Menemukan Sang Pengganti Si Biru

     Setelah berpisah dengan XL-Go (si biru) maka saya harus segera menemukan koneksi pengganti. Yang jelas saya tidak mungkin berlama-lama dengan koneksi serep si merah yang kuotanya cuma seiprit. Yang pasti juga saya tidak mungkin menggunakan si merah sebagai koneksi utama karena bisa bikin kantong bolong. Pilihan akhirnya jatuh kepada si kuning dan si angka. Sebenarnya masih ada si teman pintar tetapi berhubung dulu pernah pakai dan tidak memuaskan maka saya jadi malas mau menggunakannya lagi. Pertama si kuning dengan paket andalannya Yell*w jelas-jelas sangat murah dan menarik tetapi berhubung reputasi buruknya suka curi pulsa membuat saya ogah mau memakainya lagi. Akhirnya pilihan satu-satunya hanya jatuh kepada si angka. Jadilah saya kemudian sore hari mulai mencari-cari kartu perdananya. Ternyata oh ternyata mendapatkan kartu perdana si angka sangat susah! Dari 3 konter yang saya datangi tak satupun menyediakannya. Kebanyakan cuma menjual perdana si merah dan kuning. Baru di konter ke-4 saya bisa menemukan kartu perdana si angka. Kartu perdana yang tersedia dibandrol dengan harga Rp 16 ribu dan sudah disertakan kuota 1 GB. Sebuah harga yang lumayan mahal untuk sebuah kartu perdana.
      Sesampainya di rumah segera saya masukkan ke dalam mifi unlocked yang tadinya saya pakai untuk XL-GO. Setelah mifi menyala eh indikator sinyal menunjukkan warna merah alias tidak ada sinyal. Rupa rupanya saya lupa men-set jaringan menjadi auto sehingga mifi hanya mau menerima sinyal LTE saja dan kabar buruknya adalah daerah saya belum tercover LTE si angka alias masih HSDPA! Aaarghh… hari-hari yang sudah menyebalkan bersama si biru sekarang masih harus ditambah dengan si angka yang sinyalnya masih HSDPA! Saya pun cuma bisa pasrah. Habis mau gimana lagi? Sudah tidak ada pilihan lainnya. Beginilah memangnya gambaran nyata mendapatkan koneksi internet di Indonesia. Begitu saya set mifi menjadi auto maka indikator sinyal langsung berubah hijau. Saya lihat di aplikasi Hilink, sinyal HSDPA full bar. Yah, sebuah langkah mundur. Setelah itu saya coba melakukan aktivitas berinternet dengan menggunakan smartphone dan dari PC. Saya kaget ternyata meskipun sinyal HSDPA tetapi lumayan kencang! Kalau saya bandingkan dengan LTE sekarang ini si biru jauh bumi dengan langit. Untuk membuka 1 halaman FB dengan si biru bisa reload berulang-ulang sampai jenggotan tetapi dengan si angka tidak perlu menunggu terlalu lama. Saya benar-benar terkesima. Mungkin karena tidak ada penggunanya jadi lancar. Maklum saya belum pernah melihat ada orang yang memiliki nomor si angka di sini. Ya sudahlah sementara tak apalah sembari mencari-cari alternatif lainnya jika ada yang lebih baik .
      Tugas selanjutnya adalah menemukan paket internet si angka yang cocok. Saya coba browsing-browsing situs si angka dan jujur saja dari sekian banyak paket yang tersedia tidak ada satu pun yang menyenangkan! Harga paket-paketnya lumayan mahal (termasuk yang untuk jaringan 4G only) menurut ukuran kantong saya. Ada juga yang murah jika dihitung per GBnya tetapi sayangnya cuma mingguan seperti paket 100GB Rp 89 ribu untuk seminggu. Coba kalau paket ini untuk durasi sebulan pasti laris manis atau paling tidak kasih 50 GB sajalah. Siapa yang mau menghabiskan 400 GB/bulan dengan uang hampir Rp 400 rb? Akan tetapi saya  tidak punya pilihan lainnya. Mau tidak mau saya harus memilih dan memakai paket yang tersedia. Akhirnya saya memakai paket mingguan 5 GB plus gratis nelpon + SMS + Genflix atau embel-embel apalah yang menurut saya tidak penting banget!! Saya sengaja tidak memakai paket bulanan supaya kalau ada alternatif lainnya yang lebih baik saya bisa segera pindah. Berharap segera menemukan paket internet entah dari provider mana tidak masalah asalkan lancar, nyaman, dan ramah di kantong. 
     BTW konon katanya ada sih paket internet si angka yang murah mirip paket Yell*w si kuning, Rp 1500 untuk 2 GB/hari dan Rp 2000 untuk 2.5 GB/hari. Sayangnya paket ini adalah paket eksklusif yang tidak semua nomor bisa mendapatkannya. Mirip paket-paket si merah di *550# dulu yang terkenal murah tapi eksklusif yang kalau tidak salah saya cuma bisa mendapatkan promonya 2-3 kali saja.  Sialnya nomor si angka saya tidak mendapatkan paket murah ini. Saya cek dua nomor adik juga tidak mendapatkan promo ini. Entahlah bagaimana cara mendapatkan promonya. 



Update: 10-4-2018

     Beberapa hari lalu saya menemukan nomor Tri lama di hape yang sudah tidak terpakai. Saya pikir nomor ini sudah mati tetapi waktu saya cek ternyata masih hidup. Iseng saya coba cek menu-menunya eh sama saja dengan nomor Tri saya yang masih baru. Akhirnya saya pun melupakannya walau tidak saya buang. Pagi ini iseng-iseng cek menu nomor Tri lama itu dan jeng jeng... keluarlah paket yang sudah lama saya tunggu-tunggu yaitu paket Rp 2000 dengan kuota 2,5 GB harian. Alhamdulillah rasanya seperti mendapat durian runtuh! Langsung saya isi pulsa. Untuk sementara saya akan bertahan dengan paket ini hingga promo berakhir entah kapan. Mendinglah daripada si biru yang sudah koit internetnya. 





     Salah satu sisi positif dari provider angka ini adalah tidak mengenal tarif retail per KB. Jika nomor tidak memiliki paket internet maka otomatis tidak bisa melakukan koneksi internet. Dengan demikian tidak akan terjadi aktivitas sedot menyedot pulsa begitu kuota paket habis layaknya semua operator lainnya. Bagi saya ini sebuah langkah positif yang dilakukan oleh si angka. Selain itu setahu dia jarang memasang konten-konten premium penyedot pulsa tanpa seijin pelanggan. Beda sekali dengan si biru yang gemar sekali memasang konten-konten begituan. Selama saya memakai AON dulu hampir setahun, nomor saya tidak pernah sama sekali dipasangi konten-konten berlangganan premium. Boleh saya simpulkan jika si angka ini adalah operator yang jujur.
     Kekurangannya hanya pada sinyal. Entah mengapa ketika kartu di masukkan ke dalam hape paling banter cuma ada 1 batang sinyal dan lebih sering blank alias tidak ada sinyal. Yang ajaib adalah jika kartu dimasukkan mifi langsung full bar sinyalnya. Itulah saya kira yang membuat banyak orang di sini tidak mau menggunakan si angka. Bagaimana mereka mau pakai jika sinyal aja tidak ada di hape mereka? Berharap semoga saya tahun ini saya sudah bisa menikmati sinyal LTE-nya.  

















Tuesday, April 3, 2018

Let You Go, XL-GO!!

     Kenapa harus berpisah dengan XL?
1. Suka maling pulsa! Dah berkali-kali pulsa saya dicuri dan berkali-kali pula saya komplain. Karakternya 11 12 dengan operator kuning. Dulu operator kuning ini adalah andalan saya tetapi lama kelamaan suka banget colong pulsa. Bahkan saya pernah sampai komplen ke galerinya dan hasilnya pulsa tetap tidak mau balik. Sejak itu kapok pakai operator kuning. Kalau XL ini masih mau balikin pulsa walaupun yang dibalikin cuma sedikit dan butuh waktu sangat lama lagi. Akan tetapi namanya maling ya tetap maling tidak peduli berapapun jumlah yang sudah dicurinya.
2.  Anti mainstream. Di saat operator lain berlomba-lomba menurunkan harga paket internet, eh XL masih aja bertahan dengan paket-paket lama yang mahal. Contoh si kuning sudah mengeluarkan paket Yell*w Rp 1000 untuk 1 GB per hari. Begitu pula si angka juga telah melepas paket Rp 2000 untuk 2,5 GB per hari. Walaupun masih mahal tetapi operator merah juga sudah mulai menurunkan harga sebagian paketnya. XL masih gembar gembor paket “murah” Rp 10 ribu dapat 30 GB yang ternyata itu sebenarnya cuma 1 GB sementara sisanya biasa buat layanan-layanan internet yang tidak setiap orang memerlukannya. Apalagi terakhir dengan meluncurkan XLGO IZI jelas-jelas merupakan sebuah blunder XL yang sangat sempurna. Harga paket XL GO Broadband Plan yang sudah “lumayan” bersahabat malah diganti dengan paketan baru XLGO IZI yang mencekik.
3. Yang terakhir adalah koneksi internet yang semakin memburuk seminggu terakhir ini.  Sudah seminggu lebih internet XL terkena pemadaman bergilir byar pet dan saya pun langsung pindah menggunakan “koneksi serep” si merah. Di komputer jelas sekali terlihat ada tanda seru kuning di pojok kanan bawah padahal sinyal LTE 3 bar. Sebenarnya gejala-gejala ketidakberesan XL sudah lama terjadi beberapa hari lalu dengan sering internet XL putus nyambung putus nyambung walau sinyal ada. Dan seperti biasa saya pun rajin komplain dan si CS juga rajin menjawab dengan kalimat-kalimat default seperti restart hape, airplane mode, dll yang basi banget dan tak pernah menyelesaikan masalah. Padahal sebelum komplen CS sudah saya restart mifi berkali kali tetapi masih juga memble internetnya. Hingga tulisan ini dimuat (3 April 2018) koneksi internet di lokasi saya masih sering mati. Kalau dijumlahkan mungkin total sudah 10 hari koneksi internet XL mati suri. Sebuah rekor yang luar biasa! This is the worst ever!


     Sebenarnya ada yang bilang jika hancurnya koneksi internet XL akibat penataan frekuensi jaringan tetapi yang menjadi pertanyaan saya, apakah menata frekuensi harus dilakukan dengan mengorbankan pelanggan? Kalau memang demikian mengapa tidak ada kompensasi sama sekali dari pihak XL? Logikanya bukankah kerugiaan pelanggan yang sudah jelas-jelas akibat ulah produsen harus diberikan kompensasi? Dimana UU Perlindungan Konsumen? Cuma angin kali UU itu dibuat padahal untuk membuatnya dulu rakyat sudah mengeluarkan banyak uang.  Akhirnya berhubung tidak mungkin putus hubungan dengan koneksi internet maka saya pun terpaksa memasukkan simcard Telkomsel ke dalam mifi (untung UNLOCK) dan koneksi internet pun kembali lancar . Saya pun kembali komplen kepada CS XL dengan menggunakan koneksi internet Telkomsel tetapi yang unik mereka tidak membalasnya seperti hari-hari sebelumnya. Entah karena mereka kebanjiran jutaan komplen atau internet mereka sendiri koit sehingga tidak bisa terhubung ke internet dan membalas komplen pelanggan. Bagi saya ini adalah gangguan internet yang terburuk belakangan ini dan anehnya sama sekali tidak ada kompensasi dari XL. Saya sendiri tidak memiliki kepastian kapan koneksi internet XL akan pulih sehingga saya pun akhirnya juga tidak betah jika harus menunggu berhari-hari tidak jelas. Solusinya tentu pindah operator. Buat apa menggunakan operator yang sudah jelas-jelas koneksinya mati? Memang ikan apa yang walau mati masih laku dijual? Koneksi internet mati ya mending ke laut saja deh! Sementara waktu ini saya masih menggunakan Telkomsel. Terima kasih buat XL yang sudah kasih layanan internet yang lebih banyak bikin sakit kepala selama hampir 1 tahun ini! Saya yakin hidup saya akan lebih bahagia tanpa XL!!

     Kandidat pengganti XL awalnya adalah paket Yell*w dari si kuning tetapi berhubung dari banyak review di internet  mengatakan jika paket ini suka sedot-sedot pulsa semaunya maka otomatis saya harus menyingkirkan pilihan ini. Rupa-rupanya si kuning masih tidak mau berubah dari jaman jebot sampai sekarang suka curi pulsa. Pilihan berikutnya jatuh kepada operator si angka yang kendengarannya menarik tetapi entahlah apakah bagus atau tidak saat ini saya tidak tahu. Dulu sempat pakai saat masih jaya-jayanya paket A*N tetapi setelah paket itu meredup maka sudah tidak pernah sentuh-sentuh lagi dengan produk-produk si angka.