Thursday, March 23, 2017

Peringatan Setahun Nguter

Lebih setahun ini saya dan istri mencoba mengisi waktu luang menjadi kuter atau kuis hunter. Saya sama sekali tidak menyangka jika awalnya ada dunia seperti itu. Yang pertama-tama membuat saya dan istri menjadi kuter adalah adik saya di Surabaya. Waktu itu orang tua saya tengah berkunjung kesana dan pas pulang bercerita banyak jika adik saya sering menerima hadiah. Pas chat dengan adik, saya coba menggali info darimana asal hadiah-hadiah itu. adik saya bercerita jika dia selama ini tengah mencoba hobi baru menjadi kuter. Beberapa hadiahnya bahkan sempat dialamatkan ke rumah saya seperti biskuit dan minyak goreng masing-masing sekardus. Lumayan. Meskipun demikian saya masih tidak tertarik tetapi berbeda dengan istri saya. Rupanya setelah chatting dengannya, istri saya langsung mencoba hobi yang sama menjadi kuter. Lumayan dia sering dapat pulsa gratis dan beberapa vocer belanja sekitar awal 2016. Melihat istri saya “kebanjiran” hadiah akhirnya saya kok jadi kepingin ikutan. Awalnya saya mencoba ikutan live chat di web sebuah produk susu anak karena anak saya kebetulan juga sedang mengkonsumsi SUFOR merek itu. Tak disangka saya mendapat vocer belanja Rp 100 ribu. Syukurlah. Kemudian ada lomba foto (lomfot) sebuah toko online di FB dan lagi-lagi saya mendapat smartwatch padahal fotonya biasa-biasa banget. Kayaknya yang ikutan sepi. Sampai kemudian saya dan istri jadi ketagihan. Kalau ada waktu luang kami selalu mengisinya dengan mengikuti kuis online ini. Berbagai hadiah pun kami dapat. Dari yang cuma pulsa Rp 10 ribu perak, vocer belanja, kaos, camilan, router,sampai smartphone. Selama 2016 kami mendapat 2 smartphone. Lumayan bisa mengirit uang buat beli smartphone. Dalam seminggu bahkan saya bisa memenangkan hingga 3x kuis. Kuis-kuis itu ada yang diselenggarakan di web, FB, Twitter, dan Instagram. Dari yang mudah seperti tebak gambar atau kata-kata sampai yang sulit seperti mengikuti tantangan foto selama beberapa bulan kami ikuti. Kalau dihitung-hitung selama 2016 kami berdua sudah mendapatkan sekitar 100-an hadiah. Itu yang sempat saya catat. Setiap dapat kiriman hadiah istri saya memotretnya dan dibuatkan album khusus di akun FB-nya.

Kalau lomba blogging sudah beberapa kali saya ikut cuma mungkin pengalaman menulis masih seumur jagung jadi baru 2x menang meskipun bukan juara utama. Lumayan bisa dapat vocer Gr*med*a Rp 100 ribu dan hardisk eksternal 1 TB. Kalau lomba offline seperti kirim kode unik atau bungkus sudah pernah diikuti oleh kami tetapi zonk semua hahaha.. Kayaknya sih bagi kami lomba offline seperti ini tidak begitu cocok karena perlu modal besar. Ada satu akun yang friend dengan istri saya yang memang seorang spesialis lomba offline dan sering posting jika dia mengeluarkan banyak sekali modal untuk tiap event lomba bisa sampai jutaan rupiah dan memang hasilnya dia sering menang mulai dari liburan, smartphone, sampai motor dan paket umrah. Misal ada lomba kirim bungkus susu maka kotak kemasannya dibuka lalu dikirim sementara isinya dijual kembali dengan harga lebih murah. Kalau saya seandainya punya banyak duit akan berpikir 1000 kali sebelum mengikuti cara ini karena saya paling tidak suka membeli sesuatu yang tidak saya butuhkan. Contoh susu bubuk saya jarang sekali mengkonsumsinya karena saya tidak begitu suka minum susu. Seandainya dijual kembali juga mau dijual ke siapa? Di desa orang juga jarang minum susu. Seandainya ditawarkan dengan harga murah pun mereka belum tentu mau membelinya. Lomba offline ini memang menggiurkan karena selalu menawarkan hadiah yang jauh lebih besar dibandingkan lomba online. Motor atau mobil sudah biasa. Kata yang sudah sering menang kirim bungkus semacam ini salah tips supaya menang adalah menggunakan amplop cokelat yang besar supaya lebih mudah terambil + gunakan ID pengirim yang berbeda-beda misal punya istri, anak, orang tua, kerabat, saudara atau mertua karena biasanya kalau yang terambil nama yang sama berturut-turut umumnya hanya akan tetap mendapatkan satu hadiah. Akan tetapi itu juga tergantung rule atau SKB dari pihak penyelenggara. Ada lagi tips yaitu jangan mengirim lewat dropbox tetapi gunakan saja jasa kurir atau pos. ada yang bilang jika surat undian yang dikirim lewat dropbox kebanyakan akan dibuang atau tidak diambil. Entahlah... akan tetapi kalau saya lebih suka kirim lewat dropbox karena gratis ongkir. Kalau lewat pos berat di ongkos. Ada yang menyiasatinya dengan mengirim dalam bungkus yang lebih besar. Jadi misal akan kirim 30 amplop maka semua amplop itu dimasukkan ke dalam kardus atau amplop yang lebih besar yang nantinya di sana akan dibongkar lagi. Kalau pakai cara ini ada penyelenggara yang tidak mempermasalahkan tetapi ada pula yang tidak mau. Ada yang mengharuskan satu amplop ya hanya buat satu nomor undian artinya tidak bisa dikirim bulk satu amplop besar berisi beberapa amplop kecil. Yang mengikuti aturan ini contohnya undian susu A*nl*ne beberapa waktu lalu.

Untuk undian dengan kirim kode unik saya pikir adik saya termasuk sukses. Dia lumayan sering menang. Terakhir dia memenangkan vocer belanja Alf*m*d* dari undian sebuah produk teh botol. Triknya sih yang pertama tentu modal yang cukup. Berbeda dengan saya yang cuma kirim 1-2 kode unik tentu mana akan menang? Hehehe... Yang kedua cobalah membeli dari outlet yang berbeda-beda. Jadi kalau anda dalam 1 hari ingin mendapatkan 10 kode unik maka carilah 5 kode unik dari outlet A dan 5 kode unik dari outlet B. yang ketiga saat mengirimkan kode unik gunakan nomor hape yang berbeda-beda. Jadi kalau bisa 10 kode unik untuk 1 satu nomor hape. Jika anda memiliki 100 kode unik maka kirimkan dari 10 nomor hape yang berbeda. Anda bisa menggunakan nomor hape pasangan, anak, mertua, tetangga, atau teman. Jika penyelenggara mewajibkan untuk mengisi ID saat pengiriman kode unik lewat hape gunakan juga ID yang berbeda-beda misal ID pasangan, kerabat, atau si pemilik hape yang anda pinjam nomornya. Mengapa demikian? Karena akhir-akhir ini ada salah satu rule dari penyelanggara bahwa undian dengan kode unik tidak ditujukan untuk kuter atau pedagang. Beberapa waktu lalu di FP salah satu minimarket ada seorang pedagang yang marah-marah karena merasa sudah keluar banyak modal untuk mendapatkan kode unik namun ternyata tidak menang. Sialnya lagi ternyata produk yang sudah dia kulak ternyata malah susah dijual kembali. Si adminnya cuma jawab jika program undian itu ditujukan bukan untuk pedagang.

Untuk lomba foto kalau pengen menang selain harus kreatif juga “bermodal”. Kalau dulu modal wig saja peluang untuk menang sudah cukup besar tetapi sekarang juga harus ditunjang oleh kostum yang memadai + kamera semakin OK maka hasilnya akan semakin cling. Bahkan saya dengar sampai banyak yang menyewa fotografer profesional dan studio untuk mendapatkan hasil gambar yang bagus. Tentu uang yang dikeluarkan juga tidak sedikit tetapi mungkin mereka pikir toh nanti bisa dikompensasi oleh hasil kemenangan. Semakin banyak yang ikutan dalam satu foto maka kemungkinan menang akan semakin besar. Salah satu kunci sukses lainnya adalah adanya produk di dalam foto tersebut. Jika ada 2 buah foto yang satu bagus dan yang satu kurang bagus namun ada produk di dalamnya biasanya admin akan memenangkan foto yang kurang bagus itu. Jika ada 2 foto yang sama-sama bagus dan ada produknya maka foto dengan produk terbanyak biasanya yang akan terpilih. Perhatikan juga syarat-syarat pengambilan fotonya karena kadang ada penyelenggara yang mewajibkan mengambil gambar hanya dengan kamera DSLR atau saku sementara kamera hape tidak diperbolehkan. Ada juga yang harus mengirimkan foto asli jika menjadi pemenang. Tips lainnya jika kuis diadakan di 2 medsos sekaligus misal FB dan Instagram maka pilihlah upload di Instagram karena gambar akan lebih jernih hasilnya. Saya sudah mengalami itu berkali-kali, yang menang selalu yang dari Instagram.

Terus apa suka dukanya selama ini?

Sukanya:

1.       Tentu kalau dapat hadiah atau menang. Kadang walau cuma menang pulsa Rp 10 ribu rasanya sudah senang banget.
2.       Banyak mengenal teman sesama kuter. Banyak sekali cerita pengalaman mereka selama menggeluti hobi ini.
3.       Tidak pernah membosankan. Selalu ada tantangan baru yang berbeda-beda dari sebelumnya.

Dukanya:
1.       Hadiah tidak dikirim oleh penyelenggara. Kalau saya tipe kuter yang tidak mau “ngupret-ngupret” admin supaya kirim hadiah karena saya pikir mereka kan memang sudah seharusnya profesional? Bagi saya asal sudah kirim data sebagai pemenang ya berarti kewajiban mereka harus kirim hadiahnya dong. Syukurlah event-event yang sudah saya menangkan hampir semuanya sudah mengirimkan hadiahnya. Ada beberapa yang tidak mengirimkan seperti susu C*lpic* yang saya menangkan awal 2016 lalu. Kalau nilainya kecil saya biarkan sajalah tidak dikirimkan.
2.       Hadiah dikirim lambat kadang sampai berbulan-bulan seperti minuman energi M*** sampai tulisan ini diturunkan hadiah belum datang juga. Sudah diPM data diri sejak Januari lalu ternyata belum dibaca sama adminnya padahal event sudah berakhir sekitar November 2016.
3.       Mengadakan event terus menerus tetapi tidak pernah ada pengumuman pemenang. Solusi buat FP seperti ini ya UNLIKE atau UNFOLLOW. Siapa yang mau dibohongi terus menerus? Menurut saya 30% FP yang menyelenggarakan kuis termasuk kategori ini. 
4.       Tidak taat dengan rule yang dibuatnya sendiri. Kalau dikomplen biasanya pakai dalih keputusan admin tidak bisa diganggu gugat. Foto  lewat deadline diloloskan menjadi pemenang.
5.       Pemenang fiktif. Ini parah banget. Terkadang pemenangnya hanya akun fiktif yang tidak jelas. Kadang akun digembok tapi bisa menang. Aneh. Bisa jadi itu akun kloningan si admin. Bisa juga pemenang adalah teman atau keluarga si admin. Dulu pernah ada event lomfot sebuah produk minum mineral yang ternyata pemenangnya adalah teman si admin sendiri. Males ah akhirnya saya UNFOLLOW dan tidak pernah FOLLOW lagi meskipun FP ini mengadakan event kuis lagi (apalagi di event berikutnya malah ada biaya pendaftaran segala). Meskipun semakin banyak mengikuti event kuis semakin besar tetapi harus tetap selektif karena logikanya tidak mungkinlah mengerjakan semua event kuis yang ada.
6.       Peserta curang tidak didiskualifikasi. Ada peserta yang suka comot foto orang eh dimenangkan. Dikomplen tetap saja si pemenang tidak didiskualifikasi. Ini saya alami pada FP salah satu produk perusahaan jamu.
7.       Admin pelit. Biasanya ini adminnya produsen mobil. Ada yang cuma kasih pulsa 25K buat 2 orang tiap minggu. Saya pernah dapat pin dari produsen mobil terkenal dan itupun harus menunggu lama sekali padahal harga pin juga paling enggak sampai goceng. Padahal kalau mereka niat mau kasih pulsa 25 juta per hari juga enggak bakalan rugi. Sekarang kalau ada event kuis dari produsen mobil cenderung saya cuekin saja.
8.       Admin tidak pedulian. Istri saya pernah memenangkan sebuah produk kosmetik dan ketika diterima bocor semuanya karena packing kurang bagus. Oleh istri dikomplen dan dijanjikan akan dikirim ulang tetapi nyatanya sampai detik ini sudah berbulan-bulan tidak ada kabar. Ada juga  admin yang dikomplen tidak mau menjawab sama sekali. Bahkan dibaca aja tidak.
9.       Admin tidak kompeten. Kadang foto blur enggak jelas bisa menang sementara foto yang bagus dan kreatif malah enggak menang. Bahkan banyak admin yang tidak bisa memberikan definisi foto selfie. Ada yang mendefinisikan asal foto sendirian itu selfie dan ada juga yang menganggap bahwa selfie haruslah dirinya sendiri yang mengambil foto.
1-   Admin korup. Ini dialami adik saya sendiri. Hadiah yang dikirim tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Langsung adik saya kontak perusahaannya langsung dan kena deh tuh adminnya.
1-   Admin tidak masuk akal. Beberapa waktu lalu ada teman kuter di Kalimantan yang memenangkan sebuah event kuis produk teh. Katanya adminnya sih hadiah eksklusif tetapi ternyata setelah sampai cuma 4 botol teh dan sebuah tumbler yang kalau dinilai dengan uang mungkin tidak sampai Rp 50 ribu. Saya heran itu ongkirnya berapa Jakarta sampai Kalimantan? Apalagi teh 4 botol kan lumayan berat dan tehnya berupa cairan padahal kiriman berupa cairan biasanya dikenakan ongkir jauh lebih mahal. Nilai nominal hadiahnya tidak sebanding dengan ongkirnya. Beberapa waktu lalu juga saya memenangkan sebuah produk sabun. Sialnya si penyelenggara tidak mau menanggung ongkirnya dan ternyata ongkirnya mahal. Ya sudah saya tidak jadi mengambil hadiahnya.
Contoh admin pemalas + gak niat kasih hadiah
1-   Admin gak niat kasih hadiah. Biasanya tipe admin ini kalau pengumuman enggak mau mention atau PM/DM si pemenang sehingga si pemenang tidak tahu jika dirinya menang. Hadiah saya dan istri sudah ada beberapa yang hangus gara-gara si admin tidak mau mention (kayak gambar sebelah tuh). Padahal apa sih susahnya mention atau PM/DM? Kadang memang dari medsosnya sendiri (misal FB) sudah memble. Pernah saya di-PM lewat FB tetapi ternyata entah bagaimana bisa terfilter sehingga messagenya baru bisa saya baca beberapa bulan kemudian. Ini salah satu admin yang pemalas.

1-   FP abal-abal. Beberapa waktu ada kontes selfie e-KTP. Jadi si peserta disuruh selfie sama e-KTPnya. Buat apa coba kontes semacam itu? Jelas ada maksud-maksud tertentu yang kurang baik. E-KTP bukan untuk mainan kontes foto yang tidak jelas. Setahun lalu juga ada FP tak jelas yang menyelenggarakan kuis berhadiah mobil. Tak tahunya cuma April Mop.
--  Admin pendendam. Saya kira tadinya tidak ada admin yang seperti ini tetapi admin juga manusia. Saya tahu tipe admin ini sewaktu saya mencoba follow sebuah FP (Dum*t School). Saya heran kok tombol LIKE-nya tidak ada. Saya juga tidak bisa komen. Waktu saya sampaikan hal ini kepada teman-teman baru tahu saya jika saya sudah diblokir. Saya coba-coba mengingat apakah saya pernah follow FP ini sebelumnya. Baru kemudian saya ingat saya pernah ikutan kuisnya dulu tetapi cuma sekali dan itupun saya juga tidak menang. Kalau tidak salah saya kemudian UNLIKE karena saya merasa FP-nya kurang menarik. Mungkin karena saya sudah pernah UNLIKE itulah yang membuat saya diblokir. Seharusnya si admin tidak perlu bersikap seperti itu. Kalau ada atau banyak follower yang unfollow introspeksi saja apa yang menjadi penyebabnya. Jangan buru-buru menyalahkan follower. Mereka pasti punya alasan hingga keluar dari FP-nya. Justru akan menjadi kesan buruk jika adminnya suka main blokir. Blokir seharusnya diberlakukan terhadap user yang suka mengganggu kenyamanan FP tetapi ah sudahlah... 
-
OK sekarang saya coba merangkum baik dari pengalaman sendiri atau kenalan kuter tips supaya sukses ber-kuis:
1.       Jangan menyerah. Toh jumlah kuis online itu bejibun. Kalah di satu tempat masih banyak peluang di tempat lain.
2.       Baca SKBnya dengan teliti. Apakah harus tag teman? Kalau tag minim berapa orang? Apakah cukup mention atau harus tag foto di Instagram? Pokoknya SKB ini harus dibaca baik-baik.
3.       Saat share medsosnya cobalah buat skrinsot jika anda sudah share dan upload saat komen. Tujuannya admin supaya bisa cepat mengecek apakah kita sudah memenuhi SKB.
4.       Tag teman lebih banyak jika ada aturan tag teman sebanyak-banyaknya.
5.       Ganti foto profile dengan produk yang sedang kita ikuti kuisnya. Kadang ini manjur.
6.       Sertakan jawaban berupa gambar. Ini jauh lebih menarik. Bahkan sekarang ada yang sudah membuat animasi GIF. Buatlah gambar yang bagus dan kreatif.
7.       Jika event diselenggarakan di 3 medsos misalnya maka ikutlah semuanya agar kesempatan menang lebih besar.
8.       Jika ada lomba video dan foto di event yang sama maka pilihlah video karena kesempatan menang lebih besar dibandingkan upload foto.
-    Jika lomba foto pilih saja akun Instagram karena lebih jernih gambarnya. 

Yang jelas peserta kuis online ini semakin hari semakin banyak jumlahnya jadi peluang untuk menang juga semakin kecil sekarang. Setahun lalu kalau ada event kuis sampai periode kuis selesai biasanya paling banter jumlah pesertanya hanya 500 tetapi sekarang dalam tempo 1 jam sesudah event diumumkan kadang yang komen sudah ada 500 padahal yang menang juga cuma dipilih seorang. Hadiahnya juga banyak yang semakin kecil. Yang perlu diperhatikan saat tag atau mention teman supaya mereka tidak terganggu. Oleh sebab itu sebaiknya tag saja teman sesama kuter atau teman sendiri yang memang sudah tahu “hobi” kita sehingga mereka tidak menganggap kita nyepam. Saat tag juga jangan dilakukan berlebihan supaya akun kita tidak diblokir oleh pihak medsos karena saya sudah sering menemui para pemenang yang mengeluh sesudah event berakhir karena akun mereka di-blokir oleh pihak admin medsos karena dianggap sudah melakukan spamming. Yang paling ganas adalah instagram karena aktivitas yang dianggap spamming sedikit saja kelihatan oleh mereka maka akun kita akan diblokir. Kalau pemblokiran cuma sementara sih bukan masalah tetapi kalau permanen sayang sekali kan? Bisa saja sih buat akun baru tetapi ya harus ribet cari teman lagi dan itu lumayan memakan waktu. Jadi berhati-hatilan jika melakukan regram/repost. Bagi yang senior mungkin mereka sudah memiliki banyak akun kloning kali ya? Sehingga jika ada yang terblokir mereka masih bisa menggunakan akun lainnya.

Meskipun sudah tidak populer tetapi ada sejumlah lomfot atau event kuis yang menentukan pemenang berdasarkan dengan LIKE terbanyak. Saya sudah mengikuti kuis jenis ini beberapa kali dan memang hasilnya selalu kalah. Para pemenang utamanya selalu menggunakan jasa LIKER atau bot. Yang pasti tidak ada gunanya melawan bot. Mau sekeras apapun jari kita meminta LIKE tidak akan bisa menandingi kecepatan bot. Dalam tempo satu jam bot bisa menghasilkan ratusan LIKE padahal saya sendiri pernah mencoba sendiri mengemis LIKE kesana kemari berdua dengan istri dalam sehari cuma dapat 100-an itupun mulai pagi sampai malam. Biasanya sih admin selalu bilang kalau yang pakai bot akan didiskualifikasi tetapi kenyataannya dari berbagai event seperti itu tetap saja adminnya tidak peduli. Artinya meski sudah jelas pemenang pakai bot atau jasa LIKER tetap saja kalau jumlah LIKE-nya terbanyak akan dimenangkan juga. Bot bisa dilihat dari kenaikan fantastis jumlah LIKE-nya. Ada peserta yang penambahan jumlah LIKEnya sangat pelan tetapi jelang deadline event tiba-tiba dalam semalam bisa mendapatkan ribuan LIKE. LIKERnya pun biasanya akun-akun dari negara asing. Kalau dilihat akun-akun mereka juga tidak menggunakan bahasa Indonesia. Logiskah ribuan orang asing dengan bahasa Vietnamese, Arab, atau Tagalog di timeline-nya menge-LIKE status sebuah akun milik orang Indonesia yang berbahasa Indonesia? Jika akunnya dari dalam negeri berarti dia menggunakan jasa LIKER lokal. Coba search aja deh di internet, bertaburan jasa LIKER seperti itu dengan berbagai tarifnya. Kalau tidak punya uang ada penyedia jasa LIKER yang bersedia menggunakan sistem bagi hasil. Jadi kalau menang sekian buat peserta dan sekian buat si pemberi jasa LIKER. Yang pakai bot atau jasa LIKER lokal ini biasanya kelihatan banget dari jomplangnya antara jumlah LIKE dan komen di bawahnya. Apakah masuk akal yang LIKE ada 5000 akun tetapi yang komen di bawahnya cuma 2-3 biji akun? Padahal masak sih yang barusan LIKE kok tidak mau meninggalkan jejak komen di bawahnya padahal kalau saya kasih LIKE komen ke akun lain selalu kasih komen di bawahnya walau sekedar done atau GBU buat notif ke peserta yang minta LIKE supaya tahu kalau kita sudah LIKE statusnya. Sebenarnya kalau ada pemenang yang menggunakan bot yang dirugikan juga si penyelenggara karena toh yang LIKE akun-akun bodong yang tak jelas. Penganut sistem LIKE ini biasanya adalah akun-akun milik lembaga atau organisasi pemerintah. Dulu di Instagram ada lomfot, si admin bilang jika pemenang ditentukan berdasar kreativitas dan LIKE terbanyak. Saya komen di status dia jika berdasar LIKE terbanyak malas ah ikutan. Si admin menjawab bahwa kreativitas akan dinilai juga. Akhirnya pas pengumuman benar dugaan saya, pemenang adalah peserta dengan LIKE terbanyak padahal fotonya biasa-biasa saja sementara banyak foto-foto lain yang lebih bagus malah tidak menang. Menurut saya penganut sistem LIKE adalah admin pemalas karena mereka enggak mau ribet meneliti dan memberikan nilai satu per satu konten yang sudah dihadirkan oleh peserta. Mereka tinggal melihat peserta dengan jumlah LIKE terbanyak dan menjadikannya pemenang. Selesai sudah. Tidak sampai 1 menit juga sudah selesai penjuriannya.

Kalau saya sih lebih suka main jujur saat berkuis soalnya toh saya pikir kalaulah dapat hadiah kan saya atau keluarga yang menikmatinya kan? Alangkah baiknya kalau itu berasal dari sumber yang bersih (dalam arti tidak curang). Walau kalau mau saya juga bisa menggunakan bot atau akun kloning tetapi saya pikir tidak perlulah. Bagi saya dan istri tujuan utama mengikuti kuis atau lomba adalah sekedar hanya hobi dan bersenang-senang belaka. Kalau dapat hadiah itu adalah bonus. Yang terpenting kami berdua menikmati apa yang sudah kami lakukan.

Yang jelas media medsos saat ini bisa dianggap sebagai salah satu media promosi yang tidak hanya efektif tetapi juga murah. Kalau beriklan lewat TV dalam semenit saja perusahaan pemasang iklan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Sementara kalau lewat medsos cukup dengan hadiah pulsa Rp 50 ribu/hari maka sebulan juga hanya mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta. Meskipun demikian jangan lupa jika medsos juga harus dikelola dengan profesional selayaknya mengelola media iklan lainnya. Jangan sampai malah memberi kesan buruk akibat misalnya ulah adminnya yang tidak profesional atau seenaknya. Jika hal itu terjadi bisa-bisa malah menjadi bumerang yang akan menjatuhkan reputasi produk dan nama perusahaan. Jadi mengadakan kuis lewat medsos meskipun mudah dan murah tetapi ibarat pedang bermata dua sebaiknya dikelola dengan serius. 

Tuesday, March 14, 2017

Bensin Premium Makin Dicinta dan Makin Diburu


Sejak kenaikan harga Pertamax dan Pertalite beberapa waktu lalu kini bensin Premium kembali menjadi idola. Padahal sebelum kenaikan harga bisa dibilang orang-orang mulai banyak yang mulai beralih menggunakan Pertamax dan Pertalite. Sebenarnya kenaikan harga Pertamax dan Pertalite tidaklah seberapa banyak tetapi seperti yang selalu terjadi bahwa dampak psikologis kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak ekonomisnya. Coba naik Rp 1000 perak saja sudah luar biasa dampaknya sementara tarif kuota internet naik Rp 10 ribu per bulan aya aya wae... Jadilah sekarang di SPBU besar dispenser untuk premium selalu dipenuhi oleh para pembeli. Dah kayak antri sembako saja. Bahkan jauh sebelum SPBU buka pada jam 5 pagi, yang antri sudah mengular. Sementara itu dispenser untuk Pertalite dan Pertamax makin hari makin sepi. Saya sering melihat petugasnya sekarang lebih sering duduk-duduk saja.

Beberapa waktu lalu pas pinjem motor tiba-tiba di tengah jalan kehabisan bensin. Seperti biasa saya tengok kanan kiri cari pengecer yang jual Pertalite atau Pertamax. Saya memang tidak pernah mengisi Premium 2 tahun ini karena saya pikir toh dengan selisih harga sedikit dengan Premium sudah bisa mendapatkan Pertalite atau Pertamax yang lebih bagus. Dapat pengecer eh gak jual kedua macam bensin itu. yang tersedia cuma Premium. Cari lagi pengecer lain eh sama juga. Ya sudah daripada capek-capek mendorong motor kesana kemari akhirnya saya isi Premium. Harga per botol Rp 8000 yang sama dengan harga Pertamax di SPBU. Gak tahu deh sebotol itu benar-benar seliter atau enggak. Sembari si bapak mengisi Premium ke tangki saya mendengar perbincangan si bapak dengan temannya. Kesimpulannya sekarang Premium semakin dicari sehingga si bapak hanya mau menyediakan Premium. Dulu saya pernah ngobrol dengan tetangga yang menjual bensin eceran kalau botol bensin meskipun bentuknya persis sama tetapi katanya ada yang sedikit lebih kecil. Akhirnya setelah motor menyala saya coba sambil jalan pasang mata lebih teliti kepada para pengecer BBM di pinggir jalan dan memang hampir semuanya hanya menyediakan Premium padahal sebelum kenaikan harga Pertalite dan Pertamax lalu kedua jenis bensin itu mudah sekali ditemui. Kalau dihitung-hitung laba jualan Premium memang lebih besar. Dengan harga beli Rp 6500 mereka jual Rp 8000 sementara seliter Pertalite dengan harga Rp 7500 juga dijual Rp 8000 sekarang. Mungkin saja kalau ada yang mengecer Pertalite agak dikurangi volumenya sedikit.

Ya masyarakat emang sudah terlalu jatuh cinta dengan Premium. Saya coba membuat beberapa alasan mengapa masyarakat kita sedemikian cinta matinya dengan Premium:
1.       Tidak ada edukasi dari pihak pemerintah tentang perbedaan mutu bensin yang sedang beredar di pasaran. Bagi masyarakat desa seperti di tempat saya beda bensin ya cuma harganya. Kalau Premium itu murah, Pertalite agak mahal, dan Pertamax yang paling mahal. Itu saja! Masyarakat tidak tahu kalau yang membedakan sebenarnya adalah kandungan oktannya. Makin tinggi kadar oktan ya semakin mahal. Setahu saya kandungan oktan semakin tinggi akan semakin bagus buat mesin karena bisa menekan gejala knocking. Knocking ini dalam jangka panjang bisa merusak mesin. Apalagi mesin-mesin kendaraan jaman sekarang dibuat dengan kompresi tinggi yang menuntut penggunaan bensin dengan oktan tinggi pula. Dulu waktu SMA saya masih ingat betul jika bensin adalah campuran Heptana dan Oktana dimana Heptana itu murah sementara Oktana itu mahal. Wajar kalau oktan makin tinggi semakin mahal pula harganya. Mungkin pemerintah berpikir masyarakat sudah tahu perbedaannya tanpa edukasi, atau mungkin toh lama-lama masyarakat akan tahu sendiri juga. Seharusnya kalau memang pemerintah menginginkan masyarakat lebih banyak menggunakan Pertalite atau Pertamax ya mesti diedukasi secara gencar dong. Coba buat event misal ada motor yang dinyalakan terus menerus selama beberapa hari dengan yang satu diisi Pertamax/Pertalite sementara yang satu Premium lalu bongkar ruang bakarnya gimana hasilnya. Mana yang lebih bersih? Atau coba pakai alat ukur knocking mana yang lebih “parah” knockingnya. Pokoknya buat masyarakat yakin dan mengerti kalau semakin tinggi oktan akan semakin bagus buat mesin kendaraan. Kalau masyarakat mengerti saja tidak gimana mau pakai? Ungkapan tak kenal maka tak sayang kayaknya kurang pemerintah pahami. Atau ada “sesuatu” yang lain saya tidak tahu pasti maklum Premium ini katanya masih disubsidi dan kalau sudah ada kata ini berarti ada sesuatu yang bisa  “dimainkan”. Entahlah!
2.       Di sisi konsumen selama puluhan tahun tahunya cuma Premium. Bensin ya Premium! Contoh Pertalite di tempat saya baru nongol 1 tahun ini kalau Pertamax sudah 2 tahunan. Kalau di kota besar kehadiran Pertamax memang sudah lama sekali.
3.       Ini yang parah, Pertamax dan Pertalite HANYA untuk motor atau mobil baru sedangkan Premium untuk kendaraan bermotor lama titik! Akhirnya saya pernah lihat ada orang dengan motor lamanya mau mengisi Premium di SPBU namun ternyata kehabisan sehingga kemudian membatalkan pengisian BBM-nya padahal Pertalite dan Pertamax masih tersedia di situ. Lebih parah lagi ada yang berpendapat jika Pertamax dan Pertalite malah merusak mesin dan lebih bagus Premium. Sebegitu besarnya ya cinta masyarakat kita kepada Premium.

     Lalu siapa yang terkena dampaknya dengan hal ini? Tentu saja para pemilik SPBU mini resmi. Sudah 3 bulan ini keberadaan SPBU mini mulai menjamur di tempat saya. Mereka hanya menyediakan Pertamax dan Pertalite. Saya lihat kendaraan yang mengisi di SPBU mini ini masih sangat sepi. Gimana mau ramai kalau di sekelilingnya mereka dikepung oleh para pengecer Premium?  Dengan uang Rp 8000 orang lebih suka memilih sebotol Premium di pengecer tak resmi daripada seliter Pertamax di SPBU mini resmi. Selama ini saya melihat stok Premium di SPBU besar sebagian besar hanya dihabiskan oleh pengecer. Jadi siapa yang sebenarnya menikmati subsidi BBM ini??

Mungkin ada yang bilang kan pembelian Premium dengan dirigen sudah dibatasi? Benar! Tetapi bukan orang Indonesia kalau tidak bisa mengakali peraturan. Beberapa waktu lalu pengisian Premium di tangki, wadah, atau dirigen modifikasi diperbolehkan tetapi sekarang sepertinya sudah dilarang sehingga hanya tangki bawaan motor yang diperbolehkan untuk diisi. Akan tetapi saya melihat para pengecer mulai banyak menggunakan motor sport untuk mengisi Premium. Kapasitas tangkinya jauh lebih banyak daripada motor bebek atau matik. Adalagi yang mengakali dengan menggunakan mobil. Ini malah lebih ganas lagi karena sekali isi bisa puluhan liter. Pantas saja mulai banyak pengecer Premium yang memiliki mobkas di rumahnya padahal saya melihat mobkasnya seperti mobkas yang hanya bisa jalan saja dan bukan digunakan untuk alat transportasi. Apalagi mobkas sekarang sudah murah-murah jadi makin mudah buat memilikinya. Kalau pakai mobil cukup antri 3-4x sudah dapat puluhan liter sementara kalau motor tentu harus antri berkali-kali untuk mendapatkan jatah Premium yang sama.

Hanya bisa mengharap supaya pemerintah sebaiknya mulai melakukan edukasi serius tentang produk-produknya terutama bensin ini. Jangan dikira masyarakat akan tahu sendiri tanpa edukasi. Selanjutnya pemerintah bisa mulai mengurangi dan selanjutnya menghentikan pasokan Premium ke SPBU besar. Kasihanilah para operator SPBU mini itu. mereka sudah berinvestasi banyak tetapi di lapangan mereka menghadapi perlakuan tak adil dengan harus bersaing dengan para pengecer tak resmi. Mereka adalah mitra-mitra Pertamina yang seharusnya dijaga dan dibantu terus supaya lebih maju ke depannya. Merekalah yang mendekatkan produk Pertamina kepada para konsumennya. Konsumen tak perlu jauh-jauh ke SPBU besar dan antri lama hanya sekedar untuk mengisi bensin. Kalau di kota dalam 1 km ada beberapa SPBU besar tetapi di luar kota? 30 km belum tentu menemukan 1 SPBU.

Update: Juli 2017
Sejak awal Juni semua SPBU di dekat rumah sudah tidak menyediakan lagi premium. Jadi yang tersisa hanya Pertalite dan Pertamax. Para pengecer tak resmi pun juga hanya menyediakan ke-2 produk Pertamina itu meskipun kadang saya masih juga menjumpai Premium entah didapat darimana. 

Sunday, March 12, 2017

Kiat Berburu Jamur Liar

Ada banyak spesis jamur dan ada yang bisa dibudidayakan dan ada yang tidak bisa. Jamur yang tidak bisa dibudidayakan biasanya merupakan jamur yang bersimbiosis dengan organisme lain semisal bakteri atau ganggang atau hewan. Sebagai contoh jamur barat atau Termitomycetes hanya bisa hidup di rumah atau sarang rayap di bawah tanah. Jamur ini biasanya muncul saat cuaca mulai lembab atau awal musim hujan. Saat itu rumah rayap di dalam tanah akan mulai tergenangi oleh air hujan sehingga menjadi lembab yang membuat spora jamur mudah tumbuh. Meskipun termasuk jamur liar tetapi jamur barat menjadi buruan para penduduk desa karena rasanya yang  lezat. Aromanya yang agak bau-bau tanah menurut saya sangat beda dengan jamur tiram yang nyaris tanpa aroma. Satu hal yang perlu diperhatikan jika berburu jamur ini adalah carilah yang payungnya masih menguncup. Kalau yang sudah mekar biasanya batangnya sudah dimakan oleh belatung. Sebenarnya walau belatung ini terikut di dalam masakan tidak akan menimbulkan masalah karena tidak beracun. Cuma pasti menjijikkan bagi orang-orang tertentu. Cabutlah dari tanah pelan-pelan agar tidak patah batangnya karena jamur ini rapuh. Setelah itu bersihkan dengan air tetapi jangan banyak-banyak agar jamur tidak terlalu basah. Jika terlalu kotor bisa dibersihkan dengan tisu atau kain. Selanjutnya suwar suwir dari arah tudung ke akar kemudian bisa dimasak sesuai selera. Tips menemukan jamur ini adalah carilah tempat yang biasanya banyak rayapnya. Biasanya ini terlihat saat hujan deras para laron akan beterbangan dari arah situ atau biasanya ada rumah rayap yang muncul di permukaan tanah. Ada kecenderungan jika jamur ini menyukai tumbuh di tempat yang sama setiap tahun. Kalau di pekarangan saya sudah hapal benar di mana jamur ini biasa tumbuh, di bawah rumpun bambu, di dalam kandang, dan di sepanjang pinggir tembok belakang rumah. Waktu masih kecil dulu bude saya sering memasak sup jamur ini khusus buat saya. 

Jamur yang biasa tumbuh di musim hujan adalah jamur kuping. Jamur ini biasanya berwarna hitam atau agak kemerahan atau putih bersih yang biasanya tumbuh di pohon atau ranting yang sudah lapuk. Jamur ini jika cuaca kering akan ikut mengempis sementara kalau kena hujan akan mengembang. Jadi jika anda menemukannya di ranting pohon pada akhir musim hujan dan kelihatan kering anda tidak perlu khawatir karena anda tetapi bisa memanfaatkannya. Anda tinggal memetiknya dan merendamnya dalam air hangat selama 1 jam dan jamur akan kembali seperti semula. Jamur kuping ini nyaris tidak memiliki aroma khusus tetapi jangan cemas karena anda bisa menambahkan bahan-bahan lain untuk membuatnya beraroma lebih kuat seperti daun bawang, jamur shiitake, dll. Cara menggunakan jamur ini adalah dengan mengiris-irisnya kecil-kecil lalu siap digunakan sebagai bahan masakan. Jamur ini memiliki anti koagulan yang bagus buat mencegah pembekuan darah. Di beberapa negara jamur ini juga sudah dimanfaatkan untuk membuat permen atau dodol. Saya suka memanfaatkan kuping liar ini untuk campuran mie instan kuah atau bakwan.

Jamur tiram liar. Biasanya jamur ini tumbuh di pohon-pohon lapuk di musim hujan. Perbedaan antara yang liar dengan budidaya adalah dari teksturnya. Yang liar lebih liat sementara yang budidaya lebih rapuh. Dari segi aroma yang liar lebih kuat dibandingkan yang budidaya. Yang budidaya cenderung sedikit atau kurang kuat aromanya. Dari segi warna juga biasanya yang budidaya lebih cerah sementara yang liar agak kusam (mungkin terkena debu atau kotoran pohon). Saya belum pernah memasak jamur tiram liar cuma penduduk di sekitar saya sudah sering. Katanya sih agak liat memang. Saya menduga penyebab liatnya karena mungkin sudah terlambat saat memetiknya. Mereka membuatnya menjadi oseng-oseng atau pepes.

Shitake liar. Saya hanya sekali melihat Shiitake liar ini sekitar tahun 2004 ketika berkunjung ke perkebunan jamur Champignon di Cangar, Batu. Waktu itu saya makan di sebuah warung di sana dan si ibu warung memamerkan jamur Shitake liar yang dia ambil dari hutan di dekat situ. Tudungnya lebih tipis dibanding yang budidaya dan mungkin memetiknya agak telat sehingga tudung sudah mekar penuh. Kalau melihat strain-nya termasuk Koshin dan bukan Donggo. Kalau di dataran rendah jelas tidak akan bisa menemukan jamur jenis ini karena memang menghendaki udara yang sejuk terus menerus (<20 derajat celcius). Sayangnya kala itu saya belum memiliki hape berkamera sehingga tidak bisa mengabadikan momennya. Saya pernah membaca buku p Unus S. jika di hutan Kalimantan ada strain jamur shiitake liar yang toleran hawa panas. Saya pernah meminta kerabat di sana untuk mencarinya tetapi entah tidak menemukannya. Mungkin mereka sendiri masih belum paham dengan bentuk Shiitake. 

Jamur merang liar. Biasanya muncul di tumpukan jerami saat usai panen padi pada musim hujan. Dulu saat musim hujan paling suka bersama-sama teman sepermainan mengumpulkan jamur merang liar ini. Bentuknya bulat-bulat seperti telur ayam. Aromanya lebih kuat dibandingkan yang budidaya tetapi biasanya warnanya tidak sebagus yang budidaya. Warnanya cenderung lebih gelap dan kadang dijumpai sudah agak basah karena mungkin sudah terkena embun atau hujan. Yang pasti jamur ini suka bersembunyi di balik jerami sehingga tangan mesti proaktif membongkar tumpukan jerami. Yang terjadi di lapangan orang sering tidak bisa membedakan jamur ini dengan genus Coprinus (jamur Trucuk) yang sama-sama juga hidup di jerami. Genus Coprinus tidak beracun tetapi jelas berbeda dengan genus Volvariela (jamur merang). Saya sudah sering memanfaatkan versi liar jamur merang ini. Karena kondisinya biasanya sudah basah maka cukup saya oseng-oseng saja.


Gimana asik bukan berburu jamur? Sudah saatnya Indonesia punya event mushroom forray supaya makin banyak generasi muda yang makin mengenal dunia jamur. Dari 5 kingdom dalam taksonomi hanya kindom fungi atau jamurlah yang kurang begitu dikenal orang. Berbeda dengan bakteri, virus, tumbuhan hijau, atau binatang yang setiap orang sudah banyak tahu. Wajar jika kasus keracunan jamur masih sering terjadi atau banyak yang masih tidak tahu jika jamur liar di depan rumah bisa dikonsumsi + banyak gizinya. Berikutnya pada artikel lain saya akan bahas mengenai tips membedakan jamur beracun atau tidak. 

Wednesday, March 8, 2017

Masalah Hukum = Masuk Daging Keluar Sosis

     Beberapa waktu lalu saya berjumpa dengan seorang teman lama yang sudah lama sekali tidak berjumpa. Di tengah-tengah obrolan tiba-tiba dia bercerita tentang masalah hukum yang tengah menjeratnya. Dia menjelaskan secara panjang lebar masalah yang tengah dirundungnya itu. singkat cerita sewaktu dia bekerja di luar negeri dia berniat membeli sebidang tanah yang tak jauh dari rumah orang tuanya. Waktu itu dia meminta orang tuanya yang mencarikan tanah buatnya, dia hanya mengirimkan sejumlah uang sebagai pembayaran atas tanah itu. setelah pulang ke Indonesia rupanya tanah itu adalah tanah yang sudah lama bermasalah. Sayangnya orang tuanya tidak melakukan penelitian status tanah itu sebelum membelinya. Tanah itu ternyata masih dalam sengketa para ahli warisnya. Rupanya salah seorang ahli warisnya sebut saja si P membawa masalah itu ke meja hijau. Jadilah masalah ini kemudian berlarut-larut. Si P ini adalah orang yang punya banyak duit. Dia tak segan-segan menekan teman saya itu dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan kekuatan LSM. Dia menggandeng salah satu LSM dan merekrut para anggota LSM sebagai PANASBUNG (Pasukan Nasi Bungkus) buat men-demo teman saya itu. Luar biasa bahkan meski kasus itu sudah berjalan bertahun-tahun namun seperti tidak ada titik terang hingga sekarang. Teman saya itu masih terus ditekan habis-habisan baik oleh si P, LSM, atau jaksa. Meski demikian teman saya itu tetap bersikukuh kalau dia berada di jalan yang benar. Dia juga tidak mau menyewa pengacara. Dia akan ladeni apapun kemauan si P sampai kapanpun juga. Mendengar hal itu saya hanya bisa prihatin sekali tetapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya. Teman saya hanya menyadari betapa busuknya hukum di Indonesia ini. Saya cuma bisa berkata dalam hati “baru tahu dia..” dan saya sangat yakin jika hal itu sudah bukan rahasia lagi.

     Berkaca pada pengalaman sendiri sejak jaman jebot memang begitulah Indonesia ini. Dulu saya pernah melakukan pelanggaran lalin dan ditilang oleh seorang polisi. Si bapak seperti biasa minta uang damai Rp 20 ribu (sekitar tahun 1999 mungkin). Jelas saya tolak. Kalau saya kasih pasti uang itu akan masuk kantong dia sendiri. Akhirnya saya lebih memilih supaya masalah ini diselesaikan via sidang. Pas hari H sidang saya datang ke kantor Samsat yang sudah ditunjuk dan gila antri banget dan banyak sekali calonya padahal saya memiliki jadwal kuliah yang  padat yang tidak bisa saya tinggal. Terpaksa saya harus membayar jasa calo yang kalau ditotal malah jatuhnya lebih mahal (Rp 50 ribu). Padahal pelanggaran yang saya lakukan itu termasuk pelanggaran minor sudah kayak gitu rasanya. Saya tidak tahu lagi jika pelanggaran yang termasuk kategori mayor entah bagaimana rasanya.

     Mafia-mafia yang menguasai pengadilan dan hukum di Indonesia masih terlalu kuat. Mereka bebas berbuat apa saja. Belakangan ini saya agak keheranan dengan salah satu kejadian tak jauh di tempat saya. Sudah sekitar 1 tahun pos polisi di wilayah saya kok dihilangkan? Memang sih selama ini isi pos polisi itu adalah para petugas yang suka menertibkan para pengemudi yang melanggar lalin. Entah tidak pakai helm, melanggar lampu merah, dll. Rupanya ada salah seorang pengusaha tembakau ternama merasa terganggu dengan keberadaan pos polisi itu. Saya tidak mengetahui persis kejadiannya tetapi ada selentingan jika petugas polisi di situ sering menindak para pengemudi pickup yang membawa tembakau dengan “andang”. Andang adalah tempat tembakau ditumpuk dan dibuat dari bambu. Lebar andang selalu lebih dari lebar pickup sehingga kalau andang ini diletakkan di atas pickup melintang maka ada bagian andang yang keluar dari bak pickup. Kira-kira 30-40 cm kiri dan kanan bak pickup. Jadi lebar andang ini sudah melewati kaca spion pickup padahal itu sangat berbahaya karena bisa menyerempet pengendara lain. Saya sendiri pernah beberapa kali hampir terserempet pickup dengan andangnya ini di jalan raya. Sebenarnya andang ini bisa diletakkan membujur tetapi tentu tidak ekonomis karena jadi memakan ruang dalam bak pickup. Si bos besar pengusaha tembakau itupun rupanya dengan powernya “mengusir” para polisi dari pos-nya supaya tidak lagi menilang para pengemudi pickup yang membawa tembakau + melanggar lalin dengan andang yang berbahaya itu. Bukan bermaksud memfitnah tetapi begitulah yang saya dengar entah itu benar atau tidak tetapi yang jelas petugas di pos itu sudah tidak pernah tampak lagi.
     Oleh sebab itu ketika melihat berbagai kasus hukum di Indonesia seperti kasus Jessica vs Mirna yang berlarut-larut, atau kasus penistaan agama oleh Ahok, dll saya cuma bisa bilang ah, Indonesiaku...  Terkena kasus hukum seperti daging yang masuk ke dalam penggilingan sosis. Digiling hingga lumat dan masih ditambah garam, pengawet, pewarna, dll lalu keluar pun sudah berwujud sosis yang kemudian masih direbus atau digoreng sebelum dikonsumsi. 

Tuesday, March 7, 2017

Rumah Tangga Yang Serapuh Istana Pasir


     Waktu masih bujangan dulu saya selalu berpikir kalau saya sudah menemukan orang yang tepat daan menjadi orang yang tepat maka segala sesuatunya pasti akan berjalan dengan lanncar. Begitu memasuki kehidupan rumah tangga yang sebenarnya saya hanya bisa terhenyak. Keyakinan saya salah total. Tidak ada jaminan jika saya sudah menjadi orang yang tepat dan sudah menemukan calon pasangan yang menurut saya tepat lantas rumah tangga akan berjalan dengan autopilot. Kawan, ternyata autopilot itu memang hanya ada di dalam pesawat doang. Manusia dan keadaan ternyata bisa mengubah segalanya. Sebelum menikah dulu mungkin calon istri kita adalah laksana bidadari tanpa cacat. Cantik, penurut, selalu ceria, dan pokoknya tidak ada sesuatu pun yang tampaknya tidak bakalan tidak kita sukai. Namun usai menikah mendadak dia tak lebih dari nenek sihir cerewet yang kerjaannya hanya shopping menghabiskan uang. Mungkin kita sendiri juga demikian. Dulu mungkin kita adalah orang yang penuh perhatian dan humoris namun karena tekanan pekerjaan yang terus menerus tiada henti akhirnya membuat kita menjadi orang yang pemarah. Ada ungkapan yang bilang bukalah matamu lebar-lebar sebelum menikah dan tutuplah matamu sebelah jika sudah menikah. Kalau saya sekarang lebih suka mengganti ungkapan itu menjadi bukalah lebar-lebar matamu sebelum menikah dan tutuplah semuanya setelah menikah.
     Sebagai contoh saya dan istri memiliki sangat banyak perbedaan. Saya orangnya lebih suka berdiam di rumah jika hari libur tetapi istri suka sekali berjalan-jalan. Sehari saja dia tidak keluar rumah sudah seperti pecandu narkoba yang lagi sakaw. Mungkin kalau bisa istri saya pasti bakal bahagia sekali bisa hidup ala kaum nomaden. Mengendarai karavan keliling dunia berpindah-pindah terus setiap hari. Awalnya sempat kaget juga dengan perilaku istri itu tetapi lama kelamaan saya bisa mentoleransinya. Jadi kalau dia minta jalan-jalan keluar ya saya cukup mengantarkannya entah saya senang atau tidak. Semakin lama saya jadi semakin terbiasa. 

     Yup mengemudikan biduk rumah tangga ternyata bukan perkara enteng. Maaf saja bahkan orang tua yang sudah sepuh pun hampir setiap hari bertengkar tidak jelas. Dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin, budaya, latar belakang pendidikan, usia, ekonomi, dll disatukan dalam sebuah ikatan. Ya logikanya jika tidak ada komitmen yang teguh dari keduanya maka akan mudah sekali ikatan yang bernama rumah tangga akan hancur dalam waktu sekejap. Ada data statistik jika satu dari 3 pernikahan akan berakhir dengan perceraian. Sisanya mungkin masih langgeng tetapi kalau disurvey benar-benar mungkin akan masih banyak orang yang sesungguhnya lebih suka berpisah. Mungkin karena ketergantungan finansial dan anak yang membuat sebagian besar pasangan lebih memilih bertahan. Mereka masih hidup bersama dalam 1 rumah tetapi tentu hanya sekedar “bersama” saja.

     Kalau dalam kehidupan nyata saya sudah terlalu sering melihat orang bercerai. Sepupu saya F sudah 2x bercerai. Waktu itu orang tuanya yang mengurus semua dokumen perceraiannya dan ketika tiba di kantor KUA kabupaten dia terkejut ternyata banyak juga ya orang-orang yang antri untuk mengurus surat cerai. Kecenderungan orang jaman sekarang semakin easy come easy go, kalau merasa sudah tidak ada kecocokan ya bubaran saja. Persis seperti kelakuan para artis dan selebritis yang tayang setiap hari di infotainment yang kebanyakan suka kawin cerai kawin cerai. Waktu berpacaran aduhai seolah dunia hanya milik mereka berdua. Begitu sudah muncul anak, salah satu pasangan mulai ketahuan belangnya selingkuh yang tak lama kemudian berujung dengan perceraian nan tragis. Beberapa bulan kemudian ada kabar salah satu sudah menikah dengan selingkuhannya dst dst. Padahal kalau dipikir-pikir mereka itu kurang apa coba? Yang laki-laki sudah pasti ganteng, yang perempuan cantik. Mereka terkenal + banyak fansnya. Kalau kemana-mana selalu dikerubuti para fansnya. Uang mengalir bak air bah tetapi nyatanya rumah tangga mereka pun kandas dalam waktu singkat.

     Rumah tangga bukanlah terbuat dari beton. Rumah tangga itu laksana istana pasir di tepi pantai dimana ombaknya selalu berdebur. Setiap menit ombak itu entah besar atau kecil akan menerjang istana pasir itu. Akan selalu ada bagian istana yang rusak akibat terkena ombak. Kitalah yang kemudian harus memperbaikinya segera agar bangunan itu tetap utuh. Begitu bangunan itu utuh kembali maka ombak yang lain sudah pasti akan datang dan merusakkan bagian lain istana. Begitu seterusnya sepanjang masa sepanjang jaman. Ya kedengarannya seperti sebuah kerja keras? Memang begitulah. Rumah tangga adalah sebuah kerja keras. Tidak cukup hanya modal dengan paras yang ganteng atau cantik, uang yang banyak, karir yang moncer, atau rumah yang megah. Namun komitmen yang super teguh dari masing-masing pasangan untuk selalu kompak dan tetap setia sampai akhir hayat akan membuat bangunan rumah tangga itu utuh selamanya tidak peduli ombak sebesar apapun yang akan menerjangnya. Selama masing-masing pasangan lebih suka  mengedepankan egoisme untuk menyelesaikan segala persoalan yang mereka hadapi maka jangan harap bangunan itu tidak peduli sebesar apapun akan runtuh dalam waktu singkat.
     Yang menarik adalah ketika membaca sebuah artikel di internet belum lama ini. Judulnya "Menikah Bukan Untuk Bahagia". Dan begitulah kenyataannya. Orang yang mencari kebahagiaan di dalam lembaga pernikahan seperti musafir yang melihat fatamorgana di tengah padang pasir nan luas. Pernikahan adalah sebuah tanggung jawab besar. Ada yang bilang "istriku mengambil semuanya kecuali kesalahanku". Sebuah kenyataan pahit namun tetap harus dijalani oleh sebagian besar orang. Jujur saya sering melihat orang-orang yang hidupnya kelihatan jauh lebih baik saat masih sebelum menikah.  

Monday, March 6, 2017

Berkat Kenduri Yang Semakin Mubazir

     Hidup di desa pasti pernah kenal dengan yang namanya kenduri atau selamatan. Acara ini biasanya diselenggarakan dengan berbagai tujuan. Ada yang sekedar bertujuan agar panen berhasil, mengirim doa untuk kerabat yang sudah meninggal, atau menyambut kedatangan sang jabang bayi. Umumnya acara diselenggarakan usai Ashar, Maghrib, atau Isyak. Saat jelang pulang tiap jamaah pasti akan diberi yang namanya berkat. Berkat ini terdiri dari nasi, sayur, daging, dan kue-kue. Nah masalahnya sering sekali berkat di jaman sekarang menjadi sesuatu yang mubazir. Adapun alasannya:
1. Banyak keluarga sekarang sudah tidak mengandalkan berkat untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Kalau jaman dulu mungkin iya tetapi sekarang sudah tidak relevan lagi. Kalau ada orang yang mengetahui ada tetangga akan mengadakan kenduri mereka tidak secara otomatis “Ah aku kurangi masak nasinya kan nanti makan malam dapat berkat kenduri dari si A”. Saya yakin sudah tidak ada yang berpikiran begitu. Mereka pasti akan memasak dengan jumlah seperti hari-hari biasa. Kalau sudah begini jelas yang namanya berkat akan jadi mubazir.
2. Berkat adalah masakan homemade dimana skill si pemasak sangat bervariasi. Oleh sebab itu kita akan menjumpai lauk ayam panggang yang terlalu asin, rempeyek yang masih mentah, atau donat bantat .
3. Terkadang sebagian masakannya sudah membusuk disebabkan kurang matang saat memasaknya atau masakan pagi hari yang dihidangkan sore atau malam hari.
4. Banyak masakannya dibuat ala kadarnya sehingga tidak menarik khususnya buat anak-anak. Kalau pisang goreng ya udah paling cuma digoreng doang. Kue-kue seperti apem contong atau juadah juga sudah bukan hidangan menarik lagi di era ini. Coba kalau dikasih roti atau cake berlapis keju atau cokelat yang tebal pasti bentar aja ludes. Mereka memasak bukan untuk memenuhi selera keluarga si jamaah tetapi lebih karena tradisi karena di dalam kenduri banyak sekali makanan yang menjadi simbol sebuah filsafat yang tentu tidak boleh digantikan dengan yang lain. Semisal kue apem itu untuk meminta maaf dari almarhum. Begitu juga dengan jenang merah putih. Saya juga tidak begitu paham dengan simbol-simbol yang ada tetapi tentu tetap menjadi tradisi yang harus saya hormati.
5. Terlalu banyak kenduri dalam semalam. Kadang dalam semalam bisa sampai ada 3 kali kenduri yang berarti jamaah akan mendapatkan 3 buah berkat. Keluarga mana yang bisa menghabiskan 3 buah berkat dalam semalam? Ujung-ujungnya paling dikasihkan orang lain tetapi masalahnya para tetangga dekat biasanya juga sama-sama sudah mendapat jatah berkat. Akibatnya sasaran harus beralih ke kerabat yang lebih jauh dan biasanya kebanyakan orang (termasuk saya) malas kalau malam-malam lewat isyak atau hampir larut malam pergi jauh-jauh hanya untuk mengantar berkat.
6. Waktunya yang kadang terlalu larut. Ini biasanya masalah buat acara kenduri yang diselenggarakan usai isyak yang acaranya bakal selesai sekitar pukul 20.30. Siapa orangnya yang mau makan lagi jam segitu? Lagipula makan berat sebelum tidur akan membuat asam lambung mudah naik dan bisa menyebabkan obesitas.

     Akhirnya kalau ada berkat di rumah biasanya nasinya dijemur keesokan harinya menjadi karak untuk bahan nasi aking sementara sayurnya dibuang atau dikasihkan ayam. Kalau lauk daging kadang dikasihkan kucing sedangkan kue-kue kalau tidak dimakan ya berkah buat tong sampah. Ada satu dua orang yang saya tahu sudah mencoba membuat terobosan dengan mengganti makanan yang sudah masak dengan bahan makanan yang masih mentah seperti beras, minyak, dan gula. Sebuah terobosan yang patut diacungi jempol karena sudah pasti tidak ada yang namanya mubazir karena semua bahan makanan itu tidak mudah rusak atau lekas membusuk sehingga bisa memberikan manfaat yang lebih banyak. Akan tetapi sepertinya apa yang sudah mereka lakukan rupanya tidak mendapat tanggapan positif dari banyak orang. Buktinya tidak ada yang kemudian mengikuti jejak mereka. Mungkin salah satu penyebabnya sudah jelas, banyaknya simbol filsafat di dalam acara kenduri itulah yang membuatnya tidak bisa bertransformasi ke arah yang baru. Berharap saja ada yang memelopori transformasi kenduri ke arah baru yang lebih bermanfaat. Ingatlah Allah tidak menyukai sesuatu yang mubazir apalagi soal makanan.

Misteri Kelangkaan Minyak Goreng Tiap Promo JSM Minimarket Terkuak Sudah

     Dulu kalau ada promo minyak goreng di minimarket tidak pernah ada masalah artinya mau beli berapapun pasti tersedia di minimarket baik Alfamart atau Indomaret tetapi beberapa bulan belakangan ini keadaan berubah. Tiap ada promo minyak saat JSM (Jumat Sabtu Minggu) begitu Jumat pagi-pagi sudah saya samperin hasilnya SELALU minyak sudah habis. Lho kapan habisnya padahal toko juga baru buka kok sudah habis? Aneh dan itu terjadi di semua outlet. Awalnya saya pikir itu sebuah kewajaran tetapi trennya kok terus menerus? Ada sebuah keganjilan di sini. Setelah saya amati akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan jika stok minyak goreng yang promo itu dijual sendiri oleh petugas minimarket. Mungkin ada yang bilang ahh bohong tuh tapi saya akan ajukan beberapa bukti:
1.       Tiap jumat pagi beberapa kali saya menjumpai petugas minimarket dengan motor membawa beberapa kardus minyak keluar dari toko dibawa entah kemana. Yang unik adalah kardus itu selalu merek minyak goreng yang sedang promo pada hari itu. Setahu saya suplai barang ke minimarket dibawa oleh mobil box dan bukan oleh motor. Awalnya saya sendiri yang melihat petugas itu keluar dari toko. Beberapa hari kemudian saya dan istri saya sendiri melihat dengan mata kepala sendiri pas berhenti di lampu merah. Di depan saya ada motor seorang berseragam Indomaret membawa beberapa dus minyak sambil membonceng seseorang. No picture = hoax? Hehehe... terserah boleh percaya atau tidak tetapi saya memang tidak berniat memotretnya karena saya tidak ingin  menjelekkan seseorang karena saya juga kenal baik dengan beberapa  petugasnya.
2.       - Ini kisah istri saya sendiri. Dia memiliki seorang teman sebut saja si F yang memiliki toko kelontong. Kisahnya beberapa waktu pas chat dengan si F bercerita dengan bangga jika dia bisa mendapatkan pasokan kebutuhan minyak goreng untuk tokonya dengan harga sangat miring dari minimarket. Rupanya si F enggak tahu kalau istri saya tukang belanja di minimarket. Akhirnya si F keceplosan jika dia mendapatkan pasokan minyak itu dari kenalan petugas minimarket tiap JSM. Hah pantas saja...
3.       - Beberapa waktu lalu saya order minyak yang sedang promo JSM lewat Alfacart berhubung saya sudah tidak kebagian jatah yang offline di Alfamart. Pas cek stok lewat situs ternyata tersedia dan saya lanjut ke pembayaran. Saya order pukul 6 pagi dan seharusnya saya ambil jam 12 siang tetapi berhubung saya lagi butuh minyak dan beberapa barang lainnya maka saya rencanakan ambil pukul 8 saja. Akhirnya jam 8 pun saya berangkat mau ambil barang dan jeng.. jeng... minyak kosong. Lho kok bisa padahal sudah jelas-jelas di situs Alfacart stok tersedia tetapi mengapa begitu saya datangi kok jadi kosong? Apakah situs Alfacartnya yang ngacau? Atau software stok di toko yang “bohong” atau malah petugasnya yang “bohong”? Mengapa kok bisa tidak sinkron antara status stok di toko dan situs Alfacart?? Aneh sekali. Waktu saya komplain lewat Twitter Alfacart oleh CS-nya dikatakan jika stok memang sedang kosong. Lho kosong tapi kok status di situsnya tersedia padahal logikanya situs membuat status ketersediaan stok kan membaca dulu dari status stok di toko apakah memang tersedia atau tidak? Makin tidak jelaslah. Akhirnya berhubung ada 1 item barang yaitu minyak goreng yang tidak tersedia maka otomatis satu nomor order batal semuanya termasuk barang-barang lain tidak bisa diambil. Sebenarnya yang rugi di sini Alfacart atau Alfamart karena gara-gara 1 item tidak ada maka batal semua barang yang lain dibeli oleh konsumen.

         Pihak minimarket harus bisa melihat mana konsumen akhir mana pedagang. Konsumen akhir tidak bisa dan tidak boleh disamakan dengan pedagang. Mereka pasti kalah berebut dengan pedagang. Si pedagang modal jauh lebih besar sehingga bisa membeli berapapun minyak yang mereka inginkan. Semoga ke depan pihak minimarket bisa semakin bijak dalam mengelola promo minyak JSM.

    Update 24 Mei 2017
S     Sore-sore dapat kode LINE parfum seharga Rp 5000 langsung saya meluncur ke Alfamart dekat rumah. Sesampainya di sana saya harus menelan kekecewaan karena ternyata stok habis. Mau pindah ke Alfamart lainnya hari juga sudah jelang maghrib. Didorong oleh rasa penasaran akhirnya saya coba mengecek stok parfum itu lewat aplikasi Alfacart dan ternyata statusnya tersedia. Lho lagi-lagi saya merasa dikadalin oleh petugas toko. Saya tidak tahu permainan apa yang tengah dijalankan oleh petugas Alfamart itu. Bagaimana bisa stok yang jelas-jelas ada jika dilihat dari aplikasi tetapi mengapa di toko bisa tidak ada? Di rak juga kosong tetapi di gudang stok mana saya tahu? Dimana keberadaan stok siluman itu?

S     Seharusnya pihak manajemen pusat minimarket menindak tegas para pegawai yang melakukan praktek-praktek semacam ini. Bagaiamana bisa sih pelanggan berebut stok toko dengan para pegawainya? Tiap kali saya menukar kode vocer di minimarket selalu saja para petugasnya kepo berat darimana saya dapat kode itu. Saya cuma heran kenapa mereka sendiri malah tidak tahu dengan program atau promo yang dibuat oleh pihak manajemen mereka? Bagaimana sih sebenarnya sistem rekrutmen pegawai minimarket selama ini hingga selalu saja terjadi hal-hal seperti ini?

     Update 14 Juli 2017
       Hingga saat ini kelangkaan barang yang sedang promo di Alfamart terus saja terjadi. Beberapa waktu lalu minyak Sania yang mendadak hilang pada hari Sabtu dan Minggu. Saya datang pukul 7.15 di dua buah outlet Alfamart dan semua stok minyaknya habis padahal suasana sedang sepi. Aneh juga toko sepi tapi kok stok minyak kok bisa habis? Akhirnya saat hari Selasa saya belanja di Alfamart saya sudah menjumpai minyak Sania bertumpuk-tumpuk. Begitu promo habis langsung stok menumpuk.

Wednesday, March 1, 2017

Era Mobile Internet Adalah Era Pemborosan

     Haregene hape siapa yang tidak memiliki akses ke internet? Pasti hampir sebagian besar hape sekarang sudah terhubung ke internet bahkan mungkin sudah 24 jam online terus. Kalau dulu waktu pertama kali hape dirilis sebagian besar digunakan hanya untuk SMS dan telepon. Saya masih ingat betul hape pertama yang saya miliki belum bisa mengakses GPRS tetapi hanya CSD dan rupanya saat itu belum ada operator yang support CSD di daerah saya. Jadi kalau mau online terpaksa harus pakai desktop atau laptop dengan koneksi kabel (seperti Speedy/Indihome) atau ke warnet. Akibatnya pulsa habis hanya untuk membeli paket telepon atau SMS. Kalau saya dulu cukup beli pulsa Rp 20 ribu/bulan bahkan kadang masih sisa. Akan tetapi jaman terus berubah. Sekarang kelihatannya sudah jarang orang membeli paket telepon atau SMS. Makanya sekarang terlihat kedua jenis paket itu diobral habis-habisan oleh operator. Pemilik hape kini menggunakan hampir semua pulsanya untuk membeli paket internet. Masalahnya adalah paket internet relatif mahal menurut saya. Rata-rata harga per GB untuk operator plat merah sekarang sudah mencapai 20 – 30 ribu padahal dengan semakin bejibunnya aplikasi konsumsi data internet jadi terus membengkak. Dulu istri saya dengan paket internet 1 GB/bulan sudah cukup. Tak lama kemudian konsumsinya naik jadi 2 GB/bulan dan sekarang sudah mencapai 5 GB/bulan. Kalau harga rata-rata per GB taruhlah sekarang Rp 25 ribu maka berarti per bulan istri saya harus mengeluarkan pulsa minimal Rp 125 rb! Sebuah angka yang sangat fantastis padahal dulu sebelum era internet mobile seperti sekarang ini paling pol buat SMS dan telepon paling menghabiskan Rp 30 ribu.

     Bagaimana konsumsi data istri saya tidak membengkak? Kalau dulu awalnya yang dipasang cuma aplikasi FB dan BBM tetapi sekarang sudah ada aplikasi twitter, instagram, LINE, WA, gmail, smule, Ponta, MyIndomaret, Alfagift, Alfacart, MyTelkomsel, dan banyak lagi. Padahal seperti BBM temannya nambah terus yang berarti feed update akan semakin banyak dan sering sehingga konsumsi datanya otomatis akan terus meroket. Awalnya saya pikir ini cuma terjadi pada istri saya tetapi setelah survey kecil-kecilan sama saja. Banyak orang yang mengeluhkan bahwa sejak era mobile internet ini pengeluaran untuk pembelian paket data semakin banyak dan seperti tak terkendali. Padahal ada kecenderungan harga paket internet tidak semakin murah per GB-nya. Adik saya malah pernah sebulan menghabiskan pulsa Rp 400 ribu hanya untuk membeli paket internet. Rupa-rupanya keinginan orang untuk tetap eksis di medsos membuat kecanduan sehingga akhirnya mereka sudah tidak peduli lagi dengan uang  yang harus mereka habiskan untuk membeli paket data. Paket data saat ini sudah seperti sembako saja bahkan mungkin bisa lebih penting lagi bagi banyak orang. Kalau tidak salah beberapa waktu lalu ada kasus ada salah seorang penerima dana BLT ketahuan menghabiskan uang BLTnya hanya untuk membeli pulsa dan sempat terdengar oleh bapak presiden sehingga beliau mengancam akan menghentikan bantuan bagi yang menghabiskan uang BLTnya hanya untuk pulsa. Akan tetapi maaf-maaf saja saya pikir kalaupun dihabiskan buat beli pulsa semuanya juga toh pemerintah juga enggak bakalan tahu dan kalaupun tahu juga takkan bisa berbuat apa-apa. Lagipula mana mungkin pihak pemerintah mau meneliti satu per satu dana yang sudah diterima penerima BLT mau digunakan untuk apa.

     Ditambah lagi dengan kecenderungan sekarang orang mengakses sebuah layanan situs lewat aplikasi bukan lewat browser. Satu sisi aplikasi menawarkan kepraktisan dan kemudahan dibanding browser tetapi menggunakan aplikasi sebenarnya lebih boros dibanding lewat browser. Browser-browser sekarang sudah dilengkapi fitur kompresi data yang tujuannya untuk menghemat pemakaian data sementara kalau lewat aplikasi umumnya tidak ada fitur kompresi ini. Satu-satunya aplikasi yang saya tahu yang menawarkan opsi kompresi data hanyalah instagram tetapi opsi ini harus diaktifkan manual (tidak default) dan saya yakin banyak yang tidak mengetahui dimana letak opsi ini.


     Beberapa waktu lalu ada anak tetangga yang hanya memiliki pulsa Rp 10 ribu dan ingin mengakses internet dengan si merah. Lah mana ada si merah memiliki paket internet Rp 10 ribu jaman sekarang? Kalau di kartu saya sudah tidak ada lagi soalnya. Lagipula kalaupun ada mau dapat berapa MB? Buat akses beberapa menit paling juga amblas. Akhirnya entah ngutang atau gimana akhirnya si anak tetangga ini kembali ke saya sambil bilang jika barusan top up Rp 50 ribu. Akhirnya saya paketkan Rp 40 ribu (1,5 GB) yang merupakan paket internet paling murah yang saya tahu. Memang harga paket di jaringan 4G lebih murah dibandingkan 3G tetapi masalahnya handset 4G masih relatif mahal dan sinyal 4G juga masih belum merata. Pernah adik saya pakai hape 4G di tempat saya dan hasilnya sekejap saja hapenya panas bukan main karena hape bekerja keras mencari sinyal yang memang kecil sekali. Malah banyak yang bilang jika kuota 4G jauh lebih boros dibandingkan 3G. Entahlah saya belum pernah mencobanya.

     Langkah berhemat lainnya adalah dengan menggunakan aplikasi firewall di hape. Dengan aplikasi ini akan membatasi akses data yang tidak kita inginkan. Kalau tidak menggunakan firewall banyak aplikasi yang diam-diam terus mengakses internet secara background tanpa seijin dan setahu kita yang berujung kuota habis secara ajaib. Akan tetapi kelemahan penggunaan firewall adalah kadang beberapa fitur aplikasi tidak bisa berfungsi penuh. Contoh aplikasi Alfagift jika menggunakan firewall maka tidak akan pernah keluar notifikasi kalau ada penawaran baru. Meskipun demikian kalau penggunaan aplikasi terus berjalan tanpa kendali maka meskipun sudah memakai firewall tetap saja kuota gajah akan amblas dalam sekejap.

     Selain itu jangan pernah dilupakan jika ukuran file foto atau video semakin hari akan semakin membengkak karena naiknya resolusi kamera ponsel. Ponsel dengan kamera 7 MP saja akan menghasilkan rata-rata sekitar 2 MB per gambar sementara kamera ponsel istri saya yang sudah belasan MP sekali jepret akan menghasilkan gambar rata-rata 5 MB. Jika file ini diupload langsung ke medsos tentu akan memakan banyak kuota padahal nantinya oleh medsos file ini toh akan dikompres juga hingga hanya menghasilkan puluhan atau ratusan KB saat ditayangkan di halaman medsos. Sebuah kerugian bukan buat pengguna medsos? Oleh sebab itu tiap akan upload saya selalu lihat terlebih dahulu ukuran file multimedianya. Kalau gede akan saya kompres dengan aplikasi hingga hanya sekitar 200 KB. Banyak software yang sudah mampu melakukan kompresi foto tanpa harus mengorbankan terlalu banyak kualitas foto aslinya. Memang sedikit ribet tetapi kalau bisa berhemat ngapain boros?

     Siasat lain yang bisa dilakukan adalah tidak selalu meng-ON-kan data. ON-kan hanya jika dibutuhkan. Toh kita tidak akan mengisi seluruh waktu kita dengan ber-medsos terus menerus? Yang pasti harga kuota data internet semakin hari ada kecenderungan semakin mahal.