Lebih
setahun ini saya dan istri mencoba mengisi waktu luang menjadi kuter atau kuis
hunter. Saya sama sekali tidak menyangka jika awalnya ada dunia seperti itu.
Yang pertama-tama membuat saya dan istri menjadi kuter adalah adik saya di
Surabaya. Waktu itu orang tua saya tengah berkunjung kesana dan pas pulang
bercerita banyak jika adik saya sering menerima hadiah. Pas chat dengan adik,
saya coba menggali info darimana asal hadiah-hadiah itu. adik saya bercerita
jika dia selama ini tengah mencoba hobi baru menjadi kuter. Beberapa hadiahnya
bahkan sempat dialamatkan ke rumah saya seperti biskuit dan minyak goreng
masing-masing sekardus. Lumayan. Meskipun demikian saya masih tidak tertarik
tetapi berbeda dengan istri saya. Rupanya setelah chatting dengannya, istri
saya langsung mencoba hobi yang sama menjadi kuter. Lumayan dia sering dapat
pulsa gratis dan beberapa vocer belanja sekitar awal 2016. Melihat istri saya “kebanjiran”
hadiah akhirnya saya kok jadi kepingin ikutan. Awalnya saya mencoba ikutan live
chat di web sebuah produk susu anak karena anak saya kebetulan juga sedang
mengkonsumsi SUFOR merek itu. Tak disangka saya mendapat vocer belanja Rp 100
ribu. Syukurlah. Kemudian ada lomba foto (lomfot) sebuah toko online di FB dan
lagi-lagi saya mendapat smartwatch padahal fotonya biasa-biasa banget. Kayaknya
yang ikutan sepi. Sampai kemudian saya dan istri jadi ketagihan. Kalau ada
waktu luang kami selalu mengisinya dengan mengikuti kuis online ini. Berbagai
hadiah pun kami dapat. Dari yang cuma pulsa Rp 10 ribu perak, vocer belanja,
kaos, camilan, router,sampai smartphone. Selama 2016 kami mendapat 2
smartphone. Lumayan bisa mengirit uang buat beli smartphone. Dalam seminggu
bahkan saya bisa memenangkan hingga 3x kuis. Kuis-kuis itu ada yang
diselenggarakan di web, FB, Twitter, dan Instagram. Dari yang mudah seperti
tebak gambar atau kata-kata sampai yang sulit seperti mengikuti tantangan foto
selama beberapa bulan kami ikuti. Kalau dihitung-hitung selama 2016 kami berdua
sudah mendapatkan sekitar 100-an hadiah. Itu yang sempat saya catat. Setiap dapat
kiriman hadiah istri saya memotretnya dan dibuatkan album khusus di akun
FB-nya.
Kalau lomba
blogging sudah beberapa kali saya ikut cuma mungkin pengalaman menulis masih
seumur jagung jadi baru 2x menang meskipun bukan juara utama. Lumayan bisa
dapat vocer Gr*med*a Rp 100 ribu dan hardisk eksternal 1 TB. Kalau lomba
offline seperti kirim kode unik atau bungkus sudah pernah diikuti oleh kami
tetapi zonk semua hahaha.. Kayaknya sih bagi kami lomba offline seperti ini
tidak begitu cocok karena perlu modal besar. Ada satu akun yang friend dengan
istri saya yang memang seorang spesialis lomba offline dan sering posting jika
dia mengeluarkan banyak sekali modal untuk tiap event lomba bisa sampai jutaan
rupiah dan memang hasilnya dia sering menang mulai dari liburan, smartphone,
sampai motor dan paket umrah. Misal ada lomba kirim bungkus susu maka kotak
kemasannya dibuka lalu dikirim sementara isinya dijual kembali dengan harga
lebih murah. Kalau saya seandainya punya banyak duit akan berpikir 1000 kali
sebelum mengikuti cara ini karena saya paling tidak suka membeli sesuatu yang
tidak saya butuhkan. Contoh susu bubuk saya jarang sekali mengkonsumsinya
karena saya tidak begitu suka minum susu. Seandainya dijual kembali juga mau
dijual ke siapa? Di desa orang juga jarang minum susu. Seandainya ditawarkan
dengan harga murah pun mereka belum tentu mau membelinya. Lomba offline ini
memang menggiurkan karena selalu menawarkan hadiah yang jauh lebih besar
dibandingkan lomba online. Motor atau mobil sudah biasa. Kata yang sudah sering
menang kirim bungkus semacam ini salah tips supaya menang adalah menggunakan
amplop cokelat yang besar supaya lebih mudah terambil + gunakan ID pengirim
yang berbeda-beda misal punya istri, anak, orang tua, kerabat, saudara atau mertua
karena biasanya kalau yang terambil nama yang sama berturut-turut umumnya hanya
akan tetap mendapatkan satu hadiah. Akan tetapi itu juga tergantung rule atau
SKB dari pihak penyelenggara. Ada lagi tips yaitu jangan mengirim lewat dropbox
tetapi gunakan saja jasa kurir atau pos. ada yang bilang jika surat undian yang
dikirim lewat dropbox kebanyakan akan dibuang atau tidak diambil. Entahlah...
akan tetapi kalau saya lebih suka kirim lewat dropbox karena gratis ongkir.
Kalau lewat pos berat di ongkos. Ada yang menyiasatinya dengan mengirim dalam
bungkus yang lebih besar. Jadi misal akan kirim 30 amplop maka semua amplop itu
dimasukkan ke dalam kardus atau amplop yang lebih besar yang nantinya di sana
akan dibongkar lagi. Kalau pakai cara ini ada penyelenggara yang tidak
mempermasalahkan tetapi ada pula yang tidak mau. Ada yang mengharuskan satu amplop
ya hanya buat satu nomor undian artinya tidak bisa dikirim bulk satu amplop besar
berisi beberapa amplop kecil. Yang mengikuti aturan ini contohnya undian susu
A*nl*ne beberapa waktu lalu.
Untuk
undian dengan kirim kode unik saya pikir adik saya termasuk sukses. Dia lumayan
sering menang. Terakhir dia memenangkan vocer belanja Alf*m*d* dari undian
sebuah produk teh botol. Triknya sih yang pertama tentu modal yang cukup.
Berbeda dengan saya yang cuma kirim 1-2 kode unik tentu mana akan menang?
Hehehe... Yang kedua cobalah membeli dari outlet yang berbeda-beda. Jadi kalau
anda dalam 1 hari ingin mendapatkan 10 kode unik maka carilah 5 kode unik dari
outlet A dan 5 kode unik dari outlet B. yang ketiga saat mengirimkan kode unik
gunakan nomor hape yang berbeda-beda. Jadi kalau bisa 10 kode unik untuk 1 satu
nomor hape. Jika anda memiliki 100 kode unik maka kirimkan dari 10 nomor hape
yang berbeda. Anda bisa menggunakan nomor hape pasangan, anak, mertua,
tetangga, atau teman. Jika penyelenggara mewajibkan untuk mengisi ID saat
pengiriman kode unik lewat hape gunakan juga ID yang berbeda-beda misal ID
pasangan, kerabat, atau si pemilik hape yang anda pinjam nomornya. Mengapa
demikian? Karena akhir-akhir ini ada salah satu rule dari penyelanggara bahwa
undian dengan kode unik tidak ditujukan untuk kuter atau pedagang. Beberapa
waktu lalu di FP salah satu minimarket ada seorang pedagang yang marah-marah
karena merasa sudah keluar banyak modal untuk mendapatkan kode unik namun
ternyata tidak menang. Sialnya lagi ternyata produk yang sudah dia kulak ternyata
malah susah dijual kembali. Si adminnya cuma jawab jika program undian itu
ditujukan bukan untuk pedagang.
Untuk lomba
foto kalau pengen menang selain harus kreatif juga “bermodal”. Kalau dulu modal
wig saja peluang untuk menang sudah cukup besar tetapi sekarang juga harus
ditunjang oleh kostum yang memadai + kamera semakin OK maka hasilnya akan
semakin cling. Bahkan saya dengar sampai banyak yang menyewa fotografer
profesional dan studio untuk mendapatkan hasil gambar yang bagus. Tentu uang
yang dikeluarkan juga tidak sedikit tetapi mungkin mereka pikir toh nanti bisa
dikompensasi oleh hasil kemenangan. Semakin banyak yang ikutan dalam satu foto
maka kemungkinan menang akan semakin besar. Salah satu kunci sukses lainnya
adalah adanya produk di dalam foto tersebut. Jika ada 2 buah foto yang satu
bagus dan yang satu kurang bagus namun ada produk di dalamnya biasanya admin
akan memenangkan foto yang kurang bagus itu. Jika ada 2 foto yang sama-sama
bagus dan ada produknya maka foto dengan produk terbanyak biasanya yang akan
terpilih. Perhatikan juga syarat-syarat pengambilan fotonya karena kadang ada
penyelenggara yang mewajibkan mengambil gambar hanya dengan kamera DSLR atau
saku sementara kamera hape tidak diperbolehkan. Ada juga yang harus mengirimkan
foto asli jika menjadi pemenang. Tips lainnya jika kuis diadakan di 2 medsos
sekaligus misal FB dan Instagram maka pilihlah upload di Instagram karena
gambar akan lebih jernih hasilnya. Saya sudah mengalami itu berkali-kali, yang
menang selalu yang dari Instagram.
Terus apa suka dukanya selama ini?
Sukanya:
1. Tentu kalau dapat hadiah atau
menang. Kadang walau cuma menang pulsa Rp 10 ribu rasanya sudah senang banget.
2. Banyak mengenal teman sesama kuter. Banyak
sekali cerita pengalaman mereka selama menggeluti hobi ini.
3. Tidak pernah membosankan. Selalu ada
tantangan baru yang berbeda-beda dari sebelumnya.
Dukanya:
1. Hadiah tidak dikirim oleh
penyelenggara. Kalau saya tipe kuter yang tidak mau “ngupret-ngupret” admin
supaya kirim hadiah karena saya pikir mereka kan memang sudah seharusnya
profesional? Bagi saya asal sudah kirim data sebagai pemenang ya berarti
kewajiban mereka harus kirim hadiahnya dong. Syukurlah event-event yang sudah
saya menangkan hampir semuanya sudah mengirimkan hadiahnya. Ada beberapa yang
tidak mengirimkan seperti susu C*lpic* yang saya menangkan awal 2016 lalu.
Kalau nilainya kecil saya biarkan sajalah tidak dikirimkan.
2. Hadiah dikirim lambat kadang sampai
berbulan-bulan seperti minuman energi M*** sampai tulisan ini diturunkan hadiah
belum datang juga. Sudah diPM data diri sejak Januari lalu ternyata belum
dibaca sama adminnya padahal event sudah berakhir sekitar November 2016.
3. Mengadakan event terus menerus
tetapi tidak pernah ada pengumuman pemenang. Solusi buat FP seperti ini ya UNLIKE atau
UNFOLLOW. Siapa yang mau dibohongi terus menerus? Menurut saya 30% FP yang menyelenggarakan kuis termasuk kategori ini.
4. Tidak taat dengan rule yang
dibuatnya sendiri. Kalau dikomplen biasanya pakai dalih keputusan admin tidak
bisa diganggu gugat. Foto lewat deadline
diloloskan menjadi pemenang.
5. Pemenang fiktif. Ini parah banget.
Terkadang pemenangnya hanya akun fiktif yang tidak jelas. Kadang akun digembok
tapi bisa menang. Aneh. Bisa jadi itu akun kloningan si admin. Bisa juga
pemenang adalah teman atau keluarga si admin. Dulu pernah ada event lomfot
sebuah produk minum mineral yang ternyata pemenangnya adalah teman si admin
sendiri. Males ah akhirnya saya UNFOLLOW dan tidak pernah FOLLOW lagi meskipun FP
ini mengadakan event kuis lagi (apalagi di event berikutnya malah ada biaya
pendaftaran segala). Meskipun semakin banyak mengikuti event kuis semakin besar
tetapi harus tetap selektif karena logikanya tidak mungkinlah mengerjakan semua
event kuis yang ada.
6. Peserta curang tidak didiskualifikasi.
Ada peserta yang suka comot foto orang eh dimenangkan. Dikomplen tetap saja si
pemenang tidak didiskualifikasi. Ini saya alami pada FP salah satu produk
perusahaan jamu.
7. Admin pelit. Biasanya ini adminnya
produsen mobil. Ada yang cuma kasih pulsa 25K buat 2 orang tiap minggu. Saya
pernah dapat pin dari produsen mobil terkenal dan itupun harus menunggu lama
sekali padahal harga pin juga paling enggak sampai goceng. Padahal kalau mereka
niat mau kasih pulsa 25 juta per hari juga enggak bakalan rugi. Sekarang kalau
ada event kuis dari produsen mobil cenderung saya cuekin saja.
8. Admin tidak pedulian. Istri saya
pernah memenangkan sebuah produk kosmetik dan ketika diterima bocor semuanya
karena packing kurang bagus. Oleh istri dikomplen dan dijanjikan akan dikirim
ulang tetapi nyatanya sampai detik ini sudah berbulan-bulan tidak ada kabar.
Ada juga admin yang dikomplen tidak mau menjawab sama sekali. Bahkan dibaca aja tidak.
9. Admin tidak kompeten. Kadang foto
blur enggak jelas bisa menang sementara foto yang bagus dan kreatif malah
enggak menang. Bahkan banyak admin yang tidak bisa memberikan definisi foto
selfie. Ada yang mendefinisikan asal foto sendirian itu selfie dan ada juga
yang menganggap bahwa selfie haruslah dirinya sendiri yang mengambil foto.
1- Admin korup. Ini dialami adik saya
sendiri. Hadiah yang dikirim tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Langsung adik
saya kontak perusahaannya langsung dan kena deh tuh adminnya.
1- Admin tidak masuk akal. Beberapa waktu
lalu ada teman kuter di Kalimantan yang memenangkan sebuah event kuis produk
teh. Katanya adminnya sih hadiah eksklusif tetapi ternyata setelah sampai cuma
4 botol teh dan sebuah tumbler yang kalau dinilai dengan uang mungkin tidak
sampai Rp 50 ribu. Saya heran itu ongkirnya berapa Jakarta sampai Kalimantan?
Apalagi teh 4 botol kan lumayan berat dan tehnya berupa cairan padahal kiriman
berupa cairan biasanya dikenakan ongkir jauh lebih mahal. Nilai nominal
hadiahnya tidak sebanding dengan ongkirnya. Beberapa waktu lalu juga saya
memenangkan sebuah produk sabun. Sialnya si penyelenggara tidak mau menanggung
ongkirnya dan ternyata ongkirnya mahal. Ya sudah saya tidak jadi mengambil
hadiahnya.
Contoh admin pemalas + gak niat kasih hadiah |
1- FP abal-abal. Beberapa waktu ada
kontes selfie e-KTP. Jadi si peserta disuruh selfie sama e-KTPnya. Buat apa
coba kontes semacam itu? Jelas ada maksud-maksud tertentu yang kurang baik.
E-KTP bukan untuk mainan kontes foto yang tidak jelas. Setahun lalu juga ada FP
tak jelas yang menyelenggarakan kuis berhadiah mobil. Tak tahunya cuma April
Mop.
-- Admin pendendam. Saya kira tadinya tidak ada admin yang seperti ini tetapi admin juga manusia. Saya tahu tipe admin ini sewaktu saya mencoba follow sebuah FP (Dum*t School). Saya heran kok tombol LIKE-nya tidak ada. Saya juga tidak bisa komen. Waktu saya sampaikan hal ini kepada teman-teman baru tahu saya jika saya sudah diblokir. Saya coba-coba mengingat apakah saya pernah follow FP ini sebelumnya. Baru kemudian saya ingat saya pernah ikutan kuisnya dulu tetapi cuma sekali dan itupun saya juga tidak menang. Kalau tidak salah saya kemudian UNLIKE karena saya merasa FP-nya kurang menarik. Mungkin karena saya sudah pernah UNLIKE itulah yang membuat saya diblokir. Seharusnya si admin tidak perlu bersikap seperti itu. Kalau ada atau banyak follower yang unfollow introspeksi saja apa yang menjadi penyebabnya. Jangan buru-buru menyalahkan follower. Mereka pasti punya alasan hingga keluar dari FP-nya. Justru akan menjadi kesan buruk jika adminnya suka main blokir. Blokir seharusnya diberlakukan terhadap user yang suka mengganggu kenyamanan FP tetapi ah sudahlah...
-
OK sekarang saya coba merangkum baik dari pengalaman sendiri atau kenalan kuter tips supaya sukses ber-kuis:
-- Admin pendendam. Saya kira tadinya tidak ada admin yang seperti ini tetapi admin juga manusia. Saya tahu tipe admin ini sewaktu saya mencoba follow sebuah FP (Dum*t School). Saya heran kok tombol LIKE-nya tidak ada. Saya juga tidak bisa komen. Waktu saya sampaikan hal ini kepada teman-teman baru tahu saya jika saya sudah diblokir. Saya coba-coba mengingat apakah saya pernah follow FP ini sebelumnya. Baru kemudian saya ingat saya pernah ikutan kuisnya dulu tetapi cuma sekali dan itupun saya juga tidak menang. Kalau tidak salah saya kemudian UNLIKE karena saya merasa FP-nya kurang menarik. Mungkin karena saya sudah pernah UNLIKE itulah yang membuat saya diblokir. Seharusnya si admin tidak perlu bersikap seperti itu. Kalau ada atau banyak follower yang unfollow introspeksi saja apa yang menjadi penyebabnya. Jangan buru-buru menyalahkan follower. Mereka pasti punya alasan hingga keluar dari FP-nya. Justru akan menjadi kesan buruk jika adminnya suka main blokir. Blokir seharusnya diberlakukan terhadap user yang suka mengganggu kenyamanan FP tetapi ah sudahlah...
-
OK sekarang saya coba merangkum baik dari pengalaman sendiri atau kenalan kuter tips supaya sukses ber-kuis:
1. Jangan menyerah. Toh jumlah kuis
online itu bejibun. Kalah di satu tempat masih banyak peluang di tempat lain.
2. Baca SKBnya dengan teliti. Apakah
harus tag teman? Kalau tag minim berapa orang? Apakah cukup mention atau harus
tag foto di Instagram? Pokoknya SKB ini harus dibaca baik-baik.
3. Saat share medsosnya cobalah buat
skrinsot jika anda sudah share dan upload saat komen. Tujuannya admin supaya
bisa cepat mengecek apakah kita sudah memenuhi SKB.
4. Tag teman lebih banyak jika ada
aturan tag teman sebanyak-banyaknya.
5. Ganti foto profile dengan produk
yang sedang kita ikuti kuisnya. Kadang ini manjur.
6. Sertakan jawaban berupa gambar. Ini
jauh lebih menarik. Bahkan sekarang ada yang sudah membuat animasi GIF. Buatlah
gambar yang bagus dan kreatif.
7. Jika event diselenggarakan di 3
medsos misalnya maka ikutlah semuanya agar kesempatan menang lebih besar.
8. Jika ada lomba video dan foto di
event yang sama maka pilihlah video karena kesempatan menang lebih besar
dibandingkan upload foto.
- Jika lomba foto pilih saja akun Instagram karena lebih jernih gambarnya.
- Jika lomba foto pilih saja akun Instagram karena lebih jernih gambarnya.
Meskipun sudah tidak populer tetapi ada sejumlah lomfot atau event kuis yang
menentukan pemenang berdasarkan dengan LIKE terbanyak. Saya sudah mengikuti kuis jenis ini
beberapa kali dan memang hasilnya selalu kalah. Para pemenang utamanya selalu
menggunakan jasa LIKER atau bot. Yang pasti tidak ada gunanya melawan bot. Mau
sekeras apapun jari kita meminta LIKE tidak akan bisa menandingi kecepatan bot. Dalam tempo satu jam bot bisa menghasilkan ratusan LIKE padahal saya sendiri
pernah mencoba sendiri mengemis LIKE kesana kemari berdua dengan istri dalam
sehari cuma dapat 100-an itupun mulai pagi sampai malam. Biasanya sih admin
selalu bilang kalau yang pakai bot akan didiskualifikasi tetapi kenyataannya
dari berbagai event seperti itu tetap saja adminnya tidak peduli. Artinya meski
sudah jelas pemenang pakai bot atau jasa LIKER tetap saja kalau jumlah LIKE-nya
terbanyak akan dimenangkan juga. Bot bisa dilihat dari kenaikan fantastis
jumlah LIKE-nya. Ada peserta yang penambahan jumlah LIKEnya sangat pelan tetapi
jelang deadline event tiba-tiba dalam semalam bisa mendapatkan ribuan LIKE. LIKERnya
pun biasanya akun-akun dari negara asing. Kalau dilihat akun-akun mereka juga
tidak menggunakan bahasa Indonesia. Logiskah ribuan orang asing dengan bahasa
Vietnamese, Arab, atau Tagalog di timeline-nya menge-LIKE status sebuah akun
milik orang Indonesia yang berbahasa Indonesia? Jika akunnya dari dalam negeri
berarti dia menggunakan jasa LIKER lokal. Coba search aja deh di internet,
bertaburan jasa LIKER seperti itu dengan berbagai tarifnya. Kalau tidak punya
uang ada penyedia jasa LIKER yang bersedia menggunakan sistem bagi hasil. Jadi
kalau menang sekian buat peserta dan sekian buat si pemberi jasa LIKER. Yang
pakai bot atau jasa LIKER lokal ini biasanya kelihatan banget dari jomplangnya
antara jumlah LIKE dan komen di bawahnya. Apakah masuk akal yang LIKE ada 5000
akun tetapi yang komen di bawahnya cuma 2-3 biji akun? Padahal masak sih yang
barusan LIKE kok tidak mau meninggalkan jejak komen di bawahnya padahal kalau
saya kasih LIKE komen ke akun lain selalu kasih komen di bawahnya walau sekedar
done atau GBU buat notif ke peserta yang minta LIKE supaya tahu kalau kita
sudah LIKE statusnya. Sebenarnya kalau ada pemenang yang menggunakan bot yang
dirugikan juga si penyelenggara karena toh yang LIKE akun-akun bodong yang tak
jelas. Penganut sistem LIKE ini biasanya adalah akun-akun milik lembaga atau
organisasi pemerintah. Dulu di Instagram ada lomfot, si admin bilang jika
pemenang ditentukan berdasar kreativitas dan LIKE terbanyak. Saya komen di
status dia jika berdasar LIKE terbanyak malas ah ikutan. Si admin menjawab
bahwa kreativitas akan dinilai juga. Akhirnya pas pengumuman benar dugaan saya,
pemenang adalah peserta dengan LIKE terbanyak padahal fotonya biasa-biasa saja
sementara banyak foto-foto lain yang lebih bagus malah tidak menang. Menurut
saya penganut sistem LIKE adalah admin pemalas karena mereka enggak mau ribet
meneliti dan memberikan nilai satu per satu konten yang sudah dihadirkan oleh peserta.
Mereka tinggal melihat peserta dengan jumlah LIKE terbanyak dan menjadikannya
pemenang. Selesai sudah. Tidak sampai 1 menit juga sudah selesai penjuriannya.
Yang jelas media medsos saat ini bisa dianggap sebagai salah satu media promosi yang tidak hanya efektif tetapi juga murah. Kalau beriklan lewat TV dalam semenit saja perusahaan pemasang iklan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Sementara kalau lewat medsos cukup dengan hadiah pulsa Rp 50 ribu/hari maka sebulan juga hanya mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta. Meskipun demikian jangan lupa jika medsos juga harus dikelola dengan profesional selayaknya mengelola media iklan lainnya. Jangan sampai malah memberi kesan buruk akibat misalnya ulah adminnya yang tidak profesional atau seenaknya. Jika hal itu terjadi bisa-bisa malah menjadi bumerang yang akan menjatuhkan reputasi produk dan nama perusahaan. Jadi mengadakan kuis lewat medsos meskipun mudah dan murah tetapi ibarat pedang bermata dua sebaiknya dikelola dengan serius.