Sejak kenaikan harga Pertamax dan Pertalite beberapa waktu lalu kini bensin Premium kembali menjadi idola. Padahal sebelum kenaikan harga bisa dibilang orang-orang mulai banyak yang mulai beralih menggunakan Pertamax dan Pertalite. Sebenarnya kenaikan harga Pertamax dan Pertalite tidaklah seberapa banyak tetapi seperti yang selalu terjadi bahwa dampak psikologis kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan dengan dampak ekonomisnya. Coba naik Rp 1000 perak saja sudah luar biasa dampaknya sementara tarif kuota internet naik Rp 10 ribu per bulan aya aya wae... Jadilah sekarang di SPBU besar dispenser untuk premium selalu dipenuhi oleh para pembeli. Dah kayak antri sembako saja. Bahkan jauh sebelum SPBU buka pada jam 5 pagi, yang antri sudah mengular. Sementara itu dispenser untuk Pertalite dan Pertamax makin hari makin sepi. Saya sering melihat petugasnya sekarang lebih sering duduk-duduk saja.
Beberapa waktu
lalu pas pinjem motor tiba-tiba di tengah jalan kehabisan bensin. Seperti biasa
saya tengok kanan kiri cari pengecer yang jual Pertalite atau Pertamax. Saya memang
tidak pernah mengisi Premium 2 tahun ini karena saya pikir toh dengan selisih
harga sedikit dengan Premium sudah bisa mendapatkan Pertalite atau Pertamax
yang lebih bagus. Dapat pengecer eh gak jual kedua macam bensin itu. yang
tersedia cuma Premium. Cari lagi pengecer lain eh sama juga. Ya sudah daripada
capek-capek mendorong motor kesana kemari akhirnya saya isi Premium. Harga per
botol Rp 8000 yang sama dengan harga Pertamax di SPBU. Gak tahu deh sebotol itu
benar-benar seliter atau enggak. Sembari si bapak mengisi Premium ke tangki
saya mendengar perbincangan si bapak dengan temannya. Kesimpulannya sekarang
Premium semakin dicari sehingga si bapak hanya mau menyediakan Premium. Dulu saya
pernah ngobrol dengan tetangga yang menjual bensin eceran kalau botol bensin
meskipun bentuknya persis sama tetapi katanya ada yang sedikit lebih kecil. Akhirnya
setelah motor menyala saya coba sambil jalan pasang mata lebih teliti kepada
para pengecer BBM di pinggir jalan dan memang hampir semuanya hanya menyediakan
Premium padahal sebelum kenaikan harga Pertalite dan Pertamax lalu kedua jenis bensin
itu mudah sekali ditemui. Kalau dihitung-hitung laba jualan Premium memang
lebih besar. Dengan harga beli Rp 6500 mereka jual Rp 8000 sementara seliter
Pertalite dengan harga Rp 7500 juga dijual Rp 8000 sekarang. Mungkin saja kalau
ada yang mengecer Pertalite agak dikurangi volumenya sedikit.
Ya masyarakat
emang sudah terlalu jatuh cinta dengan Premium. Saya coba membuat beberapa
alasan mengapa masyarakat kita sedemikian cinta matinya dengan Premium:
1. Tidak ada edukasi dari pihak
pemerintah tentang perbedaan mutu bensin yang sedang beredar di pasaran. Bagi masyarakat
desa seperti di tempat saya beda bensin ya cuma harganya. Kalau Premium itu
murah, Pertalite agak mahal, dan Pertamax yang paling mahal. Itu saja! Masyarakat
tidak tahu kalau yang membedakan sebenarnya adalah kandungan oktannya. Makin tinggi
kadar oktan ya semakin mahal. Setahu saya kandungan oktan semakin tinggi akan
semakin bagus buat mesin karena bisa menekan gejala knocking. Knocking ini
dalam jangka panjang bisa merusak mesin. Apalagi mesin-mesin kendaraan jaman
sekarang dibuat dengan kompresi tinggi yang menuntut penggunaan bensin dengan
oktan tinggi pula. Dulu waktu SMA saya masih ingat betul jika bensin adalah
campuran Heptana dan Oktana dimana Heptana itu murah sementara Oktana itu
mahal. Wajar kalau oktan makin tinggi semakin mahal pula harganya. Mungkin pemerintah
berpikir masyarakat sudah tahu perbedaannya tanpa edukasi, atau mungkin toh
lama-lama masyarakat akan tahu sendiri juga. Seharusnya kalau memang pemerintah
menginginkan masyarakat lebih banyak menggunakan Pertalite atau Pertamax ya
mesti diedukasi secara gencar dong. Coba buat event misal ada motor yang
dinyalakan terus menerus selama beberapa hari dengan yang satu diisi Pertamax/Pertalite
sementara yang satu Premium lalu bongkar ruang bakarnya gimana hasilnya. Mana
yang lebih bersih? Atau coba pakai alat ukur knocking mana yang lebih “parah”
knockingnya. Pokoknya buat masyarakat yakin dan mengerti kalau semakin tinggi
oktan akan semakin bagus buat mesin kendaraan. Kalau masyarakat mengerti saja
tidak gimana mau pakai? Ungkapan tak kenal maka tak sayang kayaknya kurang
pemerintah pahami. Atau ada “sesuatu” yang lain saya tidak tahu pasti maklum
Premium ini katanya masih disubsidi dan kalau sudah ada kata ini berarti ada
sesuatu yang bisa “dimainkan”. Entahlah!
2. Di sisi konsumen selama puluhan
tahun tahunya cuma Premium. Bensin ya Premium! Contoh Pertalite di tempat saya
baru nongol 1 tahun ini kalau Pertamax sudah 2 tahunan. Kalau di kota besar
kehadiran Pertamax memang sudah lama sekali.
3. Ini yang parah, Pertamax dan
Pertalite HANYA untuk motor atau mobil baru sedangkan Premium untuk kendaraan
bermotor lama titik! Akhirnya saya pernah lihat ada orang dengan motor lamanya
mau mengisi Premium di SPBU namun ternyata kehabisan sehingga kemudian
membatalkan pengisian BBM-nya padahal Pertalite dan Pertamax masih tersedia di
situ. Lebih parah lagi ada yang berpendapat jika Pertamax dan Pertalite malah
merusak mesin dan lebih bagus Premium. Sebegitu besarnya ya cinta masyarakat
kita kepada Premium.
Lalu siapa yang terkena dampaknya dengan hal
ini? Tentu saja para pemilik SPBU mini resmi. Sudah 3 bulan ini keberadaan SPBU
mini mulai menjamur di tempat saya. Mereka hanya menyediakan Pertamax dan
Pertalite. Saya lihat kendaraan yang mengisi di SPBU mini ini masih sangat
sepi. Gimana mau ramai kalau di sekelilingnya mereka dikepung oleh para pengecer
Premium? Dengan uang Rp 8000 orang lebih
suka memilih sebotol Premium di pengecer tak resmi daripada seliter Pertamax di
SPBU mini resmi. Selama ini saya melihat stok Premium di SPBU besar sebagian
besar hanya dihabiskan oleh pengecer. Jadi siapa yang sebenarnya menikmati
subsidi BBM ini??
Mungkin ada yang bilang kan pembelian Premium dengan
dirigen sudah dibatasi? Benar! Tetapi bukan orang Indonesia kalau tidak bisa
mengakali peraturan. Beberapa waktu lalu pengisian Premium di tangki, wadah,
atau dirigen modifikasi diperbolehkan tetapi sekarang sepertinya sudah dilarang
sehingga hanya tangki bawaan motor yang diperbolehkan untuk diisi. Akan tetapi
saya melihat para pengecer mulai banyak menggunakan motor sport untuk mengisi
Premium. Kapasitas tangkinya jauh lebih banyak daripada motor bebek atau matik.
Adalagi yang mengakali dengan menggunakan mobil. Ini malah lebih ganas lagi
karena sekali isi bisa puluhan liter. Pantas saja mulai banyak pengecer Premium
yang memiliki mobkas di rumahnya padahal saya melihat mobkasnya seperti mobkas
yang hanya bisa jalan saja dan bukan digunakan untuk alat transportasi. Apalagi
mobkas sekarang sudah murah-murah jadi makin mudah buat memilikinya. Kalau pakai
mobil cukup antri 3-4x sudah dapat puluhan liter sementara kalau motor tentu
harus antri berkali-kali untuk mendapatkan jatah Premium yang sama.
Hanya bisa mengharap supaya pemerintah
sebaiknya mulai melakukan edukasi serius tentang produk-produknya terutama
bensin ini. Jangan dikira masyarakat akan tahu sendiri tanpa edukasi. Selanjutnya
pemerintah bisa mulai mengurangi dan selanjutnya menghentikan pasokan Premium
ke SPBU besar. Kasihanilah para operator SPBU mini itu. mereka sudah
berinvestasi banyak tetapi di lapangan mereka menghadapi perlakuan tak adil
dengan harus bersaing dengan para pengecer tak resmi. Mereka adalah mitra-mitra
Pertamina yang seharusnya dijaga dan dibantu terus supaya lebih maju ke
depannya. Merekalah yang mendekatkan produk Pertamina kepada para konsumennya. Konsumen
tak perlu jauh-jauh ke SPBU besar dan antri lama hanya sekedar untuk mengisi
bensin. Kalau di kota dalam 1 km ada beberapa SPBU besar tetapi di luar kota? 30
km belum tentu menemukan 1 SPBU.
Update: Juli 2017
Sejak awal Juni semua SPBU di dekat rumah sudah tidak menyediakan lagi premium. Jadi yang tersisa hanya Pertalite dan Pertamax. Para pengecer tak resmi pun juga hanya menyediakan ke-2 produk Pertamina itu meskipun kadang saya masih juga menjumpai Premium entah didapat darimana.
Update: Juli 2017
Sejak awal Juni semua SPBU di dekat rumah sudah tidak menyediakan lagi premium. Jadi yang tersisa hanya Pertalite dan Pertamax. Para pengecer tak resmi pun juga hanya menyediakan ke-2 produk Pertamina itu meskipun kadang saya masih juga menjumpai Premium entah didapat darimana.
No comments:
Post a Comment