Tuesday, December 11, 2018

Berbagi Pengalaman Mendapatkan Pelayanan di Galeri Pelayanan Dipesduk Jember


     Artikel ini masih ada benang merah dengan artikel sebelumnya. Sebelum artikel ini saya tulis memang saya sudah melihat sendiri bagaimana pelayanan  Galeri di Roxy ini beberapa waktu lalu walaupun belum pernah mencoba sendiri merasakan pelayanannya. Seperti yang pernah saya tuliskan bagaimana “purbanya” pelayanan Galeri ini. Maaf jika saya menggunakan kata yang kurang pantas tetapi saya kira kata itu cukup mewakili kualitas pelayanan. Di era digital yang menuntut segalanya serba cepat dan mudah eh masih aja pakai antri-antri panjang macam begitu macam antri BBM jaman orde lama saja (1955). Padahal ini sudah tahun berapa? Akan tetapi hari ini (11-12-2018) saya melihat ada sesuatu yang sedikit berbeda yaitu ada kursi buat menunggu walaupun jumlahnya tidak seimbang dengan yang antri (seingat saya dulu belum ada). Jadinya sebagian penunggu harus rela duduk-duduk di lantai (karena bersandar di tembok tidak diperbolehkan sama pak SATPAMnya).
     Baiklah saya akan bercerita bagaimana kemudian kronologis hingga saya atau tepatnya kami (dengan istri) tiba di Galeri ini. Bulan Agustus 2018 lalu telah terjadi sebuah tragedi yaitu dompet istri hilang padahal di dalamnya ada KTPnya, ada kartu ATM saya, dan sejumlah uang (padahal itu uang kami satu-satunya). Dompet itu jatuh di pinggir hutan dan tidak sampai 10 menit kami pun kembali ke area dimana kira-kira dompet itu lenyap tetapi ternyata hasilnya nol. Dompet tetap hilang. Kami pun memasang pengumuman di sejumlah grup dan juga medsos siapa tahu ada yang menemukannya. Dengan adanya KTP di dalam dompet kami berharap sekali KTP itu bisa dikembalikan walaupun uangnya tak kembali. Akan tetapi apa yang terjadi? Ternyata malam setelah kehilangan memang ada si penelepon yang mengaku sudah menemukan dompet itu. Dia mengaku berada di Pati. Saya heran, Jember ke Pati kan sangat jauh tetapi cepat banget ya dompet itu terbang dari Jember ke Pati? Apa kira-kira dompetnya naik pesawat? Bisa saja sih tetapi keganjilan pertama adalah kok begitu mudahnya dia menemukan dompet di pinggir hutan? Apa dia seorang petualang alam gitu? Dia menemukan dompet itu tanpa uang dan cuma ada KTP. Lucunya dia masih meminta transfer sejumlah uang supaya dompet itu dikirim balik. Keganjilan kedua, sewaktu istri saya meminta menyebutkan nomor KTP yang berada di dalam dompet dia sama sekali tidak bisa menyebutkan. Skak mat deh! Yang lebih mengherankan lagi si penipu ini masih marah-marah sama istri lagi! Ah orang Indonesia banget gitu loh! Setelah itu tak berapa lama kemudian muncul lagi penipu ke-2 yang menelepon masih dengan modus sama yaitu telah menemukan dompet tetapi oleh istri langsung ditutup. Setelah kejadian itu maka cepat-cepat saya edit nomor telepon kontak di medsos sehingga jika ada yang memang benar-benar menemukannya maka saya sarankan untuk diberikan ke balai desa atau kantor polisi terdekat. Sungguh menyakitkan di saat ada orang sedang mengalami kesulitan bukannya membantu namun malah justru masih berniat menipu. Semoga orang-orang ini kelak disadarkan oleh Allah entah dengan cara apa.
     Akhirnya hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan tidak ada kabar juga dari si dompet. Kami pun berkesimpulan jika dompet itu memang telah raib. Kami hanya menduga jika si penemu sudah mengambil uang dan membuang KTP, kartu ATM beserta dompetnya. Mungkin si penemu takut disuruh mengembalikan uang atau entahlah. Kami pun harus segera mencari pengganti kartu ATM dan KTP itu. Langkah perdana adalah mencari surat kehilangan di kantor POLSEK. Awalnya kami cuma datang doang tanpa membawa dokumen apapun. Ternyata untuk mendapatkan surat kehilangan harus ada data pendukung. Kalau KTP harus ada KK dan begitu sebaliknya. Untuk kartu ATM harus ada buku tabungan. Kami pun pulang dan balik lagi beberapa hari kemudian ke kantor polisi. Ternyata satu surat hanya untuk satu macam dokumen yang hilang. Jadi kalau sampai ada 5 dokumen yang hilang maka akan ada 5 lembar surat yang berbeda. Syukurlah pelayanan di kantor POLSEK cepat.
     Sedikit out of topic, saya pun kemudian mendapatkan pengganti kartu ATM yang hilang di bank. Prosesnya cepat karena cuma menyodorkan KTP dan surat kehilangan langsung diganti deh itu kartu. Nah yang kemudian menjadi persoalan adalah si KTP istri ini. Istri mencoba mencari-cari info bagaimana supaya bisa mendapatkan KTP pengganti. Konon katanya ada aplikasi SIP Online yang bisa memudahkan mengurus dokumen kependudukan (tidak cuma KTP doang). akan tetapi ternyata aplikasinya memble alias tidak berfungsi dengan baik. Typical aplikasi pelayanan pemerintah yang biasanya cuma bagus di awal doang tetapi lama kelamaan jadi memble seiring waktu. Kami pun harus bersiap dengan plan B. saya mengusulkan jika sebaiknya mengurus lewat kantor kecamatan saja dengan alasan dekat dibandingkan dengan mengurus di Galeri di kota yang sangat jauh. Istri menolak dengan alasan pelayanan di kantor kecamatan sangat lamban. Dia berkilah kalau bisa sehari jadi ngapain harus menunggu sebulan atau setahun? Konon ada temannya yang mengurus akta lahir setahun baru jadi. Saya pikir masak sih bisa selama itu? Karena saya pernah mengurus KK dan akte lahir si kecil dulu 2 bulan juga sudah jadi dan menurut saya itu tidak lama. Lagian saya tak yakin kalau di Galeri sehari bisa langsung jadi. Proses pembuatan KTP langsung jadi yang pernah saya alami cuma di jaman Suharto dulu. Sudah lekat jika layanan birokrasi pemerintah identik dengan lambat dan berbelit jadi tidak ada gunanya jika kita mengharapkan cepat selesai. Istilahnya take it or leave it dan sebagai warga negara mau tidak mau kita harus take it. Prinsip saya dalam menghadapi birokrasi adalah ikuti saja permainannya! Enggak usah banyak berharap! Kalau mau cepat ya pakai PUNGLI atau suap tapi kayaknya sekarang dimana hampir semua urusan serba online akan semakin menyulitkan praktek PUNGLI ini. Birokrasi pemerintah ibarat naik becak jadi jangan berharap cepat. Bisa sampai tujuan dengan selamat saja sudah syukur banget. Si istri masih ngotot saja tetap menginginkan supaya pengurusan KTPnya dilakukan di Galeri di Roxy sementara saya bersikeras sebaiknya di kantor kecamatan saja. Akibatnya muncul riak-riak kecil antara saya dan istri karena masing-masing tetap bersikukuh mana yang terbaik. Situasi pun semakin memanas dari waktu ke waktu. Daripada pecah perang Baratayuda 40 hari 40 malam akhirnya saya mengalah menyetujui untuk melakukan pengurusan di Galeri sembari sekali mendapatkan kartu KIA buat si kecil.
     Sebelum berangkat istri mencari info lewat teman-temannya bagaimana tata cara pengurusan di Galeri. Yang utama konon harus berangkat sepagi mungkin! Nomor antrian mulai dibagikan pukul 7. Akhirnya hari ini tanggal 11 Desember jam 6 pagi kami sudah berangkat karena perjalanan ke Galeri sendiri memerlukan waktu 1 jam. Sampai di Roxy masih pukul 7 dan suasana cukup sepi. Pintu-pintu masuk Roxy sendiri juga masih tutup. Tempat parkir motor dan mobil belum dibuka jadi saya
nongkrong di pinggir jalan. Istri pun masuk lewat pintu sempit depan Roxy untuk mengambil antrian. Ternyata petugas yang membagikan antrian belum datang. Pukul 7.30 tempat parkir motor baru dibuka dan kalau mobil pukul 9. Jadi mending kalau mengurus pakai motor saja karena kalau mobil harus parkir di pinggir jalan depan Roxy sampai pukul 9 yang notabene ada rambu larangan parkir. Rupa-rupanya ada salah satu orang yang mungkin belum pernah datang kesini. Melihat Roxy masih tutup dia bingung mau masuk lewat mana dan jadilah nekad masuk dengan melompati pagar. Aksinya ini ketahuan bapak SATPAM dan langsung kena tegur. Begitu pula ada beberapa orang naik motor yang mau keluar dari Roxy tetapi terhalang pintu parkir yang masih tertutup karena memang belum beroperasi sepagi itu.  Mereka tertahan ada 1 jam sendiri di situ.
     Kami pun menuju sisi timur Roxy dan di sana kami mengantri secara “tak resmi” artinya mengantrilah dari arah utara ke selatan karena nantinya petugas berada di utara. Udara pagi mendung tetapi hawanya sangat panas bikin keringat bercucuran. Saya lihat yang antri sudah cukup banyak (mungkin 50 orang). Ada bahkan yang berangkat sedari pukul 5 pagi! Akhirnya pukul 8 datanglah 2 petugas pria yang memberikan nomor antrian. Ada yang mengeluh kecele karena mereka malah asyik mengobrol di utara gedung dan bukannya antri "tak resmi" di timur Roxy. Sesudah semua orang menerima tiket kami masih memiliki waktu 1 jam hingga layanan dibuka. Lumayan lama juga sementara kami terpaksa harus bertahan di halaman Roxy yang panas udaranya. Pukul 9 pintu Roxy dibuka tetapi Galeri sendiri masih tutup. Orang-orang di halaman pun masuk ke dalam Roxy yang lebih adem. Pukul 10 semua petugas datang dan 10 menit kemudian satu per satu
Antrian "tak resmi"
mulai dipanggil. Ada 4 macam layanan di sini yaitu loket 1 untuk akta (lahir atau kematian), 2 untuk KIA, 3 untuk KK, dan 4 untuk KTP. Lebih setengah jam angka di layar monitor antrian tidak bergerak. Saya lihat petugasnya seperti orang yang sedang menghadapi mobil mogok di tengah jalan yang ramai. Mereka sibuk menelepon kesana kemari. Feeling saya pasti ada yang tidak beres dengan komputer di depan mereka dan biasanya itu karena jaringan down. Saya pun kemudian dipanggil di loket KIA. Saya berikan semua dokumen dan mbaknya bilang jika kartu tidak langsung jadi. Feeling saya pun ternyata tidak meleset!! Jaringan internetnya memang down! Saya cuma diberi secarik kertas yang bertuliskan tanggal saya akan bisa menngambil kartu itu. Lah ini berarti saya harus bolak balik kesini lagi? O my god!! Speechless deh. Akan semakin banyak waktu yang harus saya buang lagi nanti buang ambil kartu KIA beberapa hari lagi. Setelah itu antrian bisa bergerak lebih cepat.
     Di bagian pengurusan KTP istri saya juga dipanggil tak lama kemudian tapi berhubungan jaringan down maka istri tidak mendapatkan apapun. Petugasnya cuma menyarakan untuk membuat surat keterangan pengganti KTP di kantor kecamatan. Nah lho??! Akhirnya endingnya urusan mesti balik lagi ke kantor kecamatan. Jadi buat apa sudah capek-capek datang kesini jauh-jauh sudah menghabiskan waktu tenaga dan BBM???! Kami pun kemudian pulang tiba di rumah pukul 13. Nyaris 7 jam sudah kami buang tapi tidak mendapatkan hasil apapun di Galeri ini! Benar- benar sangat mengecewakan sekaligus melelahkan!
     Kalau saya kaji sebenarnya keberadaan Galeri ini sudah OK-lah dalam membantu masyarakat mendapatkan layanan administrasi kependudukan tetapi tidak untuk semua orang. Artinya layanan ini lebih cocok diperuntukkan bagi warga dalam kota yang bekerja sibuk seharian sehingga hanya memiliki waktu malam atau sore untuk mengurus administrasi kependudukan (karena buka sampai pukul 21).  Untuk warga yang jauh dari lokasi mending mengurus langsung ke kantor kecamatan
terdekat daripada harus jauh-jauh datang kesini. Jadi kalau misalnya di kantor kecamatan terjadi gangguan atau hambatan maka tidak akan membuang waktu dan tenaga yang banyak. Kalau seluruh warga kabupaten yang jumlahnya jutaan orang maunya tumplek bleg di sini bisa dijamin bakalan overload yang ujung-ujungnya akan berdampak kepada menurunnya kualitas pelayananan. Biaya pengurusan memang gratis tetapi waktu yang terbuang setengah hari tidak bisa bekerja, waktu yang terbuang dalam perjalanan, menunggu, mengantri, biaya untuk membeli BBM, uang makan, dll kalau dihitung-hitung malah jauh lebih costly. Inilah yang pada akhirnya membuat PUNGLI tidak bisa dibabat habis. Orang akhirnya jadi berpikir lebih baik memberikan sejumlah uang kepada petugas asal dia tidak repot dan urusan lebih cepat beres.










Thursday, December 6, 2018

STOP Jual Beli Kucing Ras!!!


     Pagi ini ketika sedang membersihkan ladang jagung mendadak ada salah satu pekerja yang berteriak-teriak kepada saya. Kirain ada ular atau binatang apa tak tahunya dia menemukan seekor anak kucing berwarna hitam. Saya pun langsung mendekati kucing itu dan yang bikin kaget ternyata itu anak kucing Persia! Saya pun segera mengangkat tubuhnya yang basah dan memasukkan ke dalam karung besar. Kemudian saya pun melanjutkan kerja dan selama bekerja saya mendengar bapak berceloteh. Dia mengatakan bahwa kemarin siang memang ada seekor induk betina dengan 3 anaknya, 2 putih dan satu hitam di situ. Berhubung saat itu mendung tebal dan jelang hujan deras berpetir maka bapak tak sempat menyelamatkannya. Saya pun sudah mulai tak konsen bekerja karena memikirkan nasib si kucing. Saya kemudian mengubek-ubek ladang jagung yang becek mencari-cari induk dan anak-anak kucing itu tetapi sampai siang saya gagal menemukannya. Berarti anak kucing yang sudah saya temukan tadi itu sudah kehujanan semalaman di ladang?! Untung tidak mati! Padahal semalam hujan deras terus menerus. Rupa-rupanya si induk dan anak-anaknya terpisah. Saya yakin sekali jika si pemilik sudah membuang mereka. Sungguh orang bodoh dan tolol sekali membuang kucing dan anak-anaknya sembarangan di tengah ladang jagung jelang hujan.  Mana anak-anaknya masih kecil lagi (mungkin baru 2-3 minggu). Saya tidak yakin dua ekor anak kucing lainnya selamat. Kemungkinan besar mereka pasti akan mati kendinginan atau hanyut dibawa banjir. Saya benar-benar marah dan geram.
     Saya pun bawa kucing pulang tetapi masalah belum usai. Si kucing rupanya belum disapih jadi tidak bisa dikasih makanan padat dan yang jelas  tidak bisa diberi minum susu sapi karena akan menyebabkan diare. Saya jadi bingung. Jalan lainnya adalah dengan mencari ibu angkat. Saya coba cari-cari tetangga yang punya kucing sedang menyusui supaya bisa saya titipkan si anak kucing ini buat disusui. Kebetulan ada tetangga depan rumah dan saya pun lekas-lekas ke rumahnya. Pertama saya coba adaptasikan bau si calon anak kucing angkat dengan mengusapkan anak-anak kandungnya ke tubuhnya tetapi gagal. Si calon induk angkat menolak dan rupa-rupanya air susunya juga sudah kering karena anak-anaknya sudah mulai disapih semuanya. Terpaksa saya bawa pulang kembali si anak kucing. Saya pun mencari kandidat induk baru. Akhirnya setelah telepon kesana kemari bisa menemukan lagi satu induk tetapi sayangnya lagi-lagi gagal karena anak-anaknya sudah disapih sehingga air susunya sudah mengering. Saya jadi pusing dibuatnya dan repotnya tidak ada petshop di daerah saya yang menyediakan bahan-bahan kebutuhan anak kucing lengkap seperti susu anak kucing. Pesan online berarti harus menunggu 3-4 hari lagi terlalu lama. Apakah si kucing bisa menunggu?
     Ini bukan kali pertama menjumpai anak kucing dibuang. Makin hari makin sering saja saya menemui kejadian seperti ini dan ini menjengkelkan sekali. Pertama kalau memang mau membuang anak kucing buanglah di tempat yang ada penduduknya. Jangan dibuang di tengah sawah atau hutan. Akan tetapi jangan juga dibuang di pinggir jalan raya, bukan cuma membahayakan si kucing tetapi juga orang lain. Itu sama saja dengan membunuh mereka! Yang kedua buanglah jika sudah disapih agar si pengadopsi lebih mudah merawatnya. Pengalaman saya berulang ulang selalu gagal jika menyelamatkan anak kucing yang masih belum disapih. Ini menimbulkan dilema. Satu sisi jika dibiarkan mereka akan mati tetapi kalau saya adopsi juga pada akhirnya saya tahu si anak kucing juga akan mati. Akan tetapi jika sudah disapih sebagian besar selamat (asal awalnya memang sehat) karena bisa dengan cepat saya berikan makanan padat yang lebih mudah pemberiannya dibandingkan minuman susu. Yang ketiga carilah pengadopsi, jangan main buang kayak buang sampah saja! Kucing bukan sampah! Ada banyak orang yang mau mengadopsi jika mau sedikit usaha mencarinya. Kucing adalah sahabat manusia. Jangan sia-siakan mereka! Cepat atau lambat orang yang menyia-nyiakan sahabat pasti akan kuwalat.
     Belakangan ini memang sedang tren memelihara kucing ras di desa. Entah karena ikut-ikutan tren atau mau meningkatkan status sosial. Saya awalnya hanya heran apakah orang-orang ini tidak tahu betapa susahnya memelihara kucing ras? Kucing ras memerlukan perawatan lebih dan juga biaya yang lebih banyak.  Kucing ras lebih rentan terkena penyakit sehingga perlu divaksin. Kucing ras juga perlu disisir setiap hari (terutama bulu panjang) agar bulu yang rontok tidak tertelan yang bisa menyebabkan hair ball. Saya pecinta kucing sejak kecil tetapi saya masih jauh lebih suka memelihara kucing lokal dibandingkan kucing ras karena lebih “low maintenance”. Dugaan saya pun tak meleset! Akhirnya kucing-kucing ras ini pun menemui nasib tragis. Banyak yang kemudian dibiarkan terlantar atau mati mengenaskan. Ada kucing milik tetangga yang akhirnya tidak dirawat sehingga berkeliaran jauh dan sempat mampir ke rumah. Saya melihat tubuhnya penuh luka digaruk akibat gatal entah alergi atau kutu. Saya kasih makan dan oleskan obat gatal tetapi esoknya sudah pergi entah kemana. Beberapa kemudian melihatnya sudah berada jauh dari rumah saya. Saya kemudian tidak tahu bagaimana nasibnya. Ada juga milik keponakan yang mati karena sudah terlalu banyak kutunya.                STOP! Itulah yang ingin saya sampaikan sekarang. Bagi breeder stop melakukan penjualan kucing ras yang sudah over sekarang ini. Jangan hanya mementingkan uang doang! Pikirkan juga kesejahteraan si kucing yang anda hasilkan di tangan orang lain. Apakah anda yakin keluarga baru si kucing akan mampu memberikan kesejahteraan yang baik? Buat pembeli kucing berpikirlah seribu kali sebelum membeli kucing ras. Kucing itu mahluk hidup. Kucing bukan boneka. Kalau boneka begitu anda bosan bisa segera membuangnya ke tempat sampah. Kucing juga bukan cuma dinikmati bulunya yang halus dan indah. Jika tidak mampu memberikan kesejahteraan sebaiknya urungkan saja niat memelihara kucing atau jika masih ngotot pelihara saja kucing kampung.  

Update: 2 Januari 2019
     Balik ke kisah kucing yang saya temukan Desember lalu. Setelah menemukannya yang rupanya si kucing masih dalam usia belum disapih maka saya harus mendapatkan induk angkat. Target pertama adalah kucing betina saya yang baru saja melahirkan tetapi anaknya telah mati.  Seperti yang telah saya baca dari berbagai sumber maka saya harus membuat bau si anak kucing seperti calon induk angkatnya. Makanya saya elus-eluskan tangan ke calon induknya lalu ganti mengelus-elus si anak kucing. Rupa-rupanya cara itu gagal. Si calon induk menolak. Saya pun kemudian mencari-cari calon induk baru. Pertama ada tetangga yang juga memiliki induk kucing sedang menyusui anak-anaknya. Cara elus-elus itu saya pakai kembali dan hasilnya gagal total. Saya bingung mesti bagaimana lagi ini anak kucing dikasih makan? Akhirnya saya beri sedikit madu tetapi saya harus berusaha keras mencari calon induk baru lainnya.
     Sampai kemudian saya bertemu dengan kerabat yang memiliki induk menyusui. Saya langsung bawa si anak kucing ke rumahnya. Berhubung induknya lagi ngeluyur maka saya saya coba usapkan si anak kucing kepada anak-anak kandung calon induknya. Lagi-lagi keesokan harinya gagal total. Si calon induk menolak si anak kucing. Padahal saat itu saya melihat si anak kucing sudah sangat lemas karena tidak cukup mendapatkan makan. Cara lain adalah dengan membeli susu formula khusus anak kucing tetapi masalahnya beli dimana?? Petshop di sini saya yakin tidak akan ada yang menjual susu semacam ini. Ada petshop lengkap jualannya tetapi berada di tengah kota yang jauh. Beli OL pasti lama datangnya. Belum lagi ternyata pemakaian susu itu cukup merepotkan. Waduuhh... benar-benar memusingkan sekali! Saya benar-benar putus asa. Pasrah deh jika anak kucing ini harus mati.
     Di tengah keputus asaan itu saya mencoba kembali sekali lagi mengenalkan si anak kucing kepada calon induk angkat kucing saya. Kali ini bukan tangan yang saya usapkan tetapi langsung si anak kucing kepada calon induk. Ternyata ada keajaiban, si calon induk langsung menganggap si anak kucing itu sebagai anak kandungnya. Jadilah si anak kucing kemudian dipeliharanya. Benar-benar hero si induk angkat. Sebenarnya air susunya sudah tidak terlalu banyak tetapi dia terus menyusui si anak kucing. Hari demi hari berjalan BB si anak kucing tidak tambah-tambah juga tetapi paling tidak saya melihatnya masih bertahan. Maklumlah kondisi dehidrasi yang cukup parah ditambah kualitas dan kuantitas susu induk angkat yang minim membuat BBnya susah bertambah. Beberapa waktu kemudian saya melihat si anak kucing mulai makan makanan padat. Syukurlah dia sudah mau makan makanan padat. Harapan saya semoga BBnya cepat naik dan ternyata benar tak lama kemudian BBnya pelan tapi pasti naik. Dia pun sudah mulai bisa bermain dan berlarian kesana kemari. Sungguh ajaib dia bisa hidup hingga hari ini. Warna bulu dan matanya yang serba hitam membuatnya kami beri nama dia, si Gosong. 

Monday, December 3, 2018

Sudah Kodrat Manusia Hidup Untuk Merusak Alam Semesta


     Tulisan ini saya rilis hari ini (3 Desember 2018) dari kisah hidup saya sendiri selama ini. Saat seseorang sudah berumah tangga maka biasanya mereka akan membuat rumah sendiri terpisah dari orang tuanya. Sebenarnya sih sejak masih bujang saya sudah mampu untuk membangun rumah sendiri, tetapi saya cenderung menunda-nundanya. Alasan saya yang utama adalah membangun rumah akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pertama daya serap tanah akan berkurang makanya banjir di musim hujan dan kekeringan saat kemarau adalah hal yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Yang kedua akan semakin berkurangnya pasokan buah-buahan karena banyak pohon ditebang dan yang terakhir akan semakin berkurangnya cacing tanah dan kunang-kunang. Yang ketiga dengan berkurangnya jumlah pohon maka suhu lingkungan akan semakin panas.
      Bahkan walau sudah berumah tangga saya masih terus menerus menunda membuat rumah sendiri sampai akhirnya saya tahu bahwa saya sudah tidak mungkin untuk menundanya lagi. Hari yang saya takutkan itupun datang juga. Beberapa pohon dan tanaman yang sudah berusia belahan hingga puluhan tahun di pekarangan terpaksa dibabat habis untuk calon lokasi rumah. Sedih sekali rasanya melihat pohon-pohon itu tumbang semuanya. Saya tahu bahwa saya sudah membuat kerusakan nyata di muka bumi ini tetapi saya tidak memiliki pilihan lain. Ketika eksploitasi berbenturan dengan konservasi maka saya tahu jika eksploitasi akan selalu menang. Saya sadar mungkin memang sudah jalan hidup manusia harus dengan merusak alam semesta ini.  Teknologi yang digadang-gadang membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih baik namun di sisi lain sebenarnya memiliki sisi gelap laksana dua keping sisi mata uang yang akan cepat atau lambat mendorong ke arah kehancuran alam. Pada dasarnya manusia tengah membangun lubang kuburnya sendiri. Saya hanya bisa pasrah menghadapi semua ini.