Thursday, December 6, 2018

STOP Jual Beli Kucing Ras!!!


     Pagi ini ketika sedang membersihkan ladang jagung mendadak ada salah satu pekerja yang berteriak-teriak kepada saya. Kirain ada ular atau binatang apa tak tahunya dia menemukan seekor anak kucing berwarna hitam. Saya pun langsung mendekati kucing itu dan yang bikin kaget ternyata itu anak kucing Persia! Saya pun segera mengangkat tubuhnya yang basah dan memasukkan ke dalam karung besar. Kemudian saya pun melanjutkan kerja dan selama bekerja saya mendengar bapak berceloteh. Dia mengatakan bahwa kemarin siang memang ada seekor induk betina dengan 3 anaknya, 2 putih dan satu hitam di situ. Berhubung saat itu mendung tebal dan jelang hujan deras berpetir maka bapak tak sempat menyelamatkannya. Saya pun sudah mulai tak konsen bekerja karena memikirkan nasib si kucing. Saya kemudian mengubek-ubek ladang jagung yang becek mencari-cari induk dan anak-anak kucing itu tetapi sampai siang saya gagal menemukannya. Berarti anak kucing yang sudah saya temukan tadi itu sudah kehujanan semalaman di ladang?! Untung tidak mati! Padahal semalam hujan deras terus menerus. Rupa-rupanya si induk dan anak-anaknya terpisah. Saya yakin sekali jika si pemilik sudah membuang mereka. Sungguh orang bodoh dan tolol sekali membuang kucing dan anak-anaknya sembarangan di tengah ladang jagung jelang hujan.  Mana anak-anaknya masih kecil lagi (mungkin baru 2-3 minggu). Saya tidak yakin dua ekor anak kucing lainnya selamat. Kemungkinan besar mereka pasti akan mati kendinginan atau hanyut dibawa banjir. Saya benar-benar marah dan geram.
     Saya pun bawa kucing pulang tetapi masalah belum usai. Si kucing rupanya belum disapih jadi tidak bisa dikasih makanan padat dan yang jelas  tidak bisa diberi minum susu sapi karena akan menyebabkan diare. Saya jadi bingung. Jalan lainnya adalah dengan mencari ibu angkat. Saya coba cari-cari tetangga yang punya kucing sedang menyusui supaya bisa saya titipkan si anak kucing ini buat disusui. Kebetulan ada tetangga depan rumah dan saya pun lekas-lekas ke rumahnya. Pertama saya coba adaptasikan bau si calon anak kucing angkat dengan mengusapkan anak-anak kandungnya ke tubuhnya tetapi gagal. Si calon induk angkat menolak dan rupa-rupanya air susunya juga sudah kering karena anak-anaknya sudah mulai disapih semuanya. Terpaksa saya bawa pulang kembali si anak kucing. Saya pun mencari kandidat induk baru. Akhirnya setelah telepon kesana kemari bisa menemukan lagi satu induk tetapi sayangnya lagi-lagi gagal karena anak-anaknya sudah disapih sehingga air susunya sudah mengering. Saya jadi pusing dibuatnya dan repotnya tidak ada petshop di daerah saya yang menyediakan bahan-bahan kebutuhan anak kucing lengkap seperti susu anak kucing. Pesan online berarti harus menunggu 3-4 hari lagi terlalu lama. Apakah si kucing bisa menunggu?
     Ini bukan kali pertama menjumpai anak kucing dibuang. Makin hari makin sering saja saya menemui kejadian seperti ini dan ini menjengkelkan sekali. Pertama kalau memang mau membuang anak kucing buanglah di tempat yang ada penduduknya. Jangan dibuang di tengah sawah atau hutan. Akan tetapi jangan juga dibuang di pinggir jalan raya, bukan cuma membahayakan si kucing tetapi juga orang lain. Itu sama saja dengan membunuh mereka! Yang kedua buanglah jika sudah disapih agar si pengadopsi lebih mudah merawatnya. Pengalaman saya berulang ulang selalu gagal jika menyelamatkan anak kucing yang masih belum disapih. Ini menimbulkan dilema. Satu sisi jika dibiarkan mereka akan mati tetapi kalau saya adopsi juga pada akhirnya saya tahu si anak kucing juga akan mati. Akan tetapi jika sudah disapih sebagian besar selamat (asal awalnya memang sehat) karena bisa dengan cepat saya berikan makanan padat yang lebih mudah pemberiannya dibandingkan minuman susu. Yang ketiga carilah pengadopsi, jangan main buang kayak buang sampah saja! Kucing bukan sampah! Ada banyak orang yang mau mengadopsi jika mau sedikit usaha mencarinya. Kucing adalah sahabat manusia. Jangan sia-siakan mereka! Cepat atau lambat orang yang menyia-nyiakan sahabat pasti akan kuwalat.
     Belakangan ini memang sedang tren memelihara kucing ras di desa. Entah karena ikut-ikutan tren atau mau meningkatkan status sosial. Saya awalnya hanya heran apakah orang-orang ini tidak tahu betapa susahnya memelihara kucing ras? Kucing ras memerlukan perawatan lebih dan juga biaya yang lebih banyak.  Kucing ras lebih rentan terkena penyakit sehingga perlu divaksin. Kucing ras juga perlu disisir setiap hari (terutama bulu panjang) agar bulu yang rontok tidak tertelan yang bisa menyebabkan hair ball. Saya pecinta kucing sejak kecil tetapi saya masih jauh lebih suka memelihara kucing lokal dibandingkan kucing ras karena lebih “low maintenance”. Dugaan saya pun tak meleset! Akhirnya kucing-kucing ras ini pun menemui nasib tragis. Banyak yang kemudian dibiarkan terlantar atau mati mengenaskan. Ada kucing milik tetangga yang akhirnya tidak dirawat sehingga berkeliaran jauh dan sempat mampir ke rumah. Saya melihat tubuhnya penuh luka digaruk akibat gatal entah alergi atau kutu. Saya kasih makan dan oleskan obat gatal tetapi esoknya sudah pergi entah kemana. Beberapa kemudian melihatnya sudah berada jauh dari rumah saya. Saya kemudian tidak tahu bagaimana nasibnya. Ada juga milik keponakan yang mati karena sudah terlalu banyak kutunya.                STOP! Itulah yang ingin saya sampaikan sekarang. Bagi breeder stop melakukan penjualan kucing ras yang sudah over sekarang ini. Jangan hanya mementingkan uang doang! Pikirkan juga kesejahteraan si kucing yang anda hasilkan di tangan orang lain. Apakah anda yakin keluarga baru si kucing akan mampu memberikan kesejahteraan yang baik? Buat pembeli kucing berpikirlah seribu kali sebelum membeli kucing ras. Kucing itu mahluk hidup. Kucing bukan boneka. Kalau boneka begitu anda bosan bisa segera membuangnya ke tempat sampah. Kucing juga bukan cuma dinikmati bulunya yang halus dan indah. Jika tidak mampu memberikan kesejahteraan sebaiknya urungkan saja niat memelihara kucing atau jika masih ngotot pelihara saja kucing kampung.  

Update: 2 Januari 2019
     Balik ke kisah kucing yang saya temukan Desember lalu. Setelah menemukannya yang rupanya si kucing masih dalam usia belum disapih maka saya harus mendapatkan induk angkat. Target pertama adalah kucing betina saya yang baru saja melahirkan tetapi anaknya telah mati.  Seperti yang telah saya baca dari berbagai sumber maka saya harus membuat bau si anak kucing seperti calon induk angkatnya. Makanya saya elus-eluskan tangan ke calon induknya lalu ganti mengelus-elus si anak kucing. Rupa-rupanya cara itu gagal. Si calon induk menolak. Saya pun kemudian mencari-cari calon induk baru. Pertama ada tetangga yang juga memiliki induk kucing sedang menyusui anak-anaknya. Cara elus-elus itu saya pakai kembali dan hasilnya gagal total. Saya bingung mesti bagaimana lagi ini anak kucing dikasih makan? Akhirnya saya beri sedikit madu tetapi saya harus berusaha keras mencari calon induk baru lainnya.
     Sampai kemudian saya bertemu dengan kerabat yang memiliki induk menyusui. Saya langsung bawa si anak kucing ke rumahnya. Berhubung induknya lagi ngeluyur maka saya saya coba usapkan si anak kucing kepada anak-anak kandung calon induknya. Lagi-lagi keesokan harinya gagal total. Si calon induk menolak si anak kucing. Padahal saat itu saya melihat si anak kucing sudah sangat lemas karena tidak cukup mendapatkan makan. Cara lain adalah dengan membeli susu formula khusus anak kucing tetapi masalahnya beli dimana?? Petshop di sini saya yakin tidak akan ada yang menjual susu semacam ini. Ada petshop lengkap jualannya tetapi berada di tengah kota yang jauh. Beli OL pasti lama datangnya. Belum lagi ternyata pemakaian susu itu cukup merepotkan. Waduuhh... benar-benar memusingkan sekali! Saya benar-benar putus asa. Pasrah deh jika anak kucing ini harus mati.
     Di tengah keputus asaan itu saya mencoba kembali sekali lagi mengenalkan si anak kucing kepada calon induk angkat kucing saya. Kali ini bukan tangan yang saya usapkan tetapi langsung si anak kucing kepada calon induk. Ternyata ada keajaiban, si calon induk langsung menganggap si anak kucing itu sebagai anak kandungnya. Jadilah si anak kucing kemudian dipeliharanya. Benar-benar hero si induk angkat. Sebenarnya air susunya sudah tidak terlalu banyak tetapi dia terus menyusui si anak kucing. Hari demi hari berjalan BB si anak kucing tidak tambah-tambah juga tetapi paling tidak saya melihatnya masih bertahan. Maklumlah kondisi dehidrasi yang cukup parah ditambah kualitas dan kuantitas susu induk angkat yang minim membuat BBnya susah bertambah. Beberapa waktu kemudian saya melihat si anak kucing mulai makan makanan padat. Syukurlah dia sudah mau makan makanan padat. Harapan saya semoga BBnya cepat naik dan ternyata benar tak lama kemudian BBnya pelan tapi pasti naik. Dia pun sudah mulai bisa bermain dan berlarian kesana kemari. Sungguh ajaib dia bisa hidup hingga hari ini. Warna bulu dan matanya yang serba hitam membuatnya kami beri nama dia, si Gosong. 

2 comments: