Wednesday, August 21, 2019

Jangan Pernah Memaki Cobaan!


Dulu saya orang yang suka merasa sedih jika sedang menghadapi ujian, musibah, atau cobaan hidup. Bukan cuma itu saja tak jarang merasa marah, menyesal, atau bahkan yang terburuk mengutuki hidup ini. Seiring waktu berjalan saya semakin menyadari bila ternyata pada dasarnya hidup ini takkan pernah bebas dari yang namanya ujian. Apalagi sebenarnya ujian tidak hanya melulu berupa musibah, kesialan, kegagalan, dan sejenisnya namun kenikmatan serta kesenangan juga adalah ujian. Intinya semuanya adalah ujian! Akan tetapi pandangan masyarakat umum selama ini memang telah membuat dikotomi keliru bahwa jika musibah adalah ujian sementara kesenangan atau kegembiraan adalah anugerah dan bukan termasuk ke dalam ujian.
Setelah saya renungkan lama sekali ternyata ada manfaat besar di balik sebuah ujian.
1. Cobaan atau ujian akan menggugurkan dosa dan kesalahan manusia. Hayo siapa yang hidupnya sudah merasa tanpa memiliki dosa atau kesalahan sama sekali? Katanya manusia itu tempatnya salah dan lupa? Nah salah satu cara Allah menggugurkan dosa dan kesalahan manusia adalah dengan melalui ujian ini. Di akherat nanti bisa jadi cobaan atau ujian ini akan menjadi penyelamat seseorang dari api neraka. 
2. Akan selalu ada hikmah entah sekecil apapun di balik sebuah ujian. Biasanya hikmah ini akan berhasil ditemukan oleh orang-orang yang berpikiran positif atau mau berbaik sangka kepada Allah tetapi kalau maunya serba menyalahkan Allah maka takkan ada hikmah yang bisa dipetik. Hikmah adalah sebuah cara Allah mengajarkan sesuatu kepada manusia.
3. Cobaan akan semakin mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Sudah terlalu banyak kisah yang saya saksikan sendiri bagaimana orang-orang lebih mendekatkan diri kepada Allah setelah mendapatkan musibah dan sebaliknya. Misal salah satu tetangga seorang perempuan yang baru saja suaminya meninggal. Sebelum suaminya meninggal dia nyaris tidak pernah ikut kegiatan apapun di masjid tetapi sejak suaminya meninggal itulah dia menjadi rajin berangkat ke masjid. Saya menduga ketika si suami masih berada di sisinya maka masih ada tempat bersandar tetapi begitu suaminya telah tiada maka otomatis sandaran itu menghilang. Saya tahu benar hal ini ketika suaminya meninggal dia menangis meraung-raung di sisinya. Setelah kejadian itu saya menduga dia baru menyadari bahwa semua sandaran di dunia ini pada akhirnya akan menghilang dan hanya sandaran kepada Allah-lah yang akan kekal abadi.  
Sudah jelas bahwa cobaan atau ujian bukanlah upaya Allah untuk menghancurkan manusia. Jika Allah memang ingin menghancurkan manusia saya kira Allah tak perlu memberikan ujian atau cobaan tetapi cukup sekarang juga secara langsung  Allah sudah bisa melakukannya dengan sangat mudah.

Thursday, August 15, 2019

RCTI 30 Tahun: Langkah Mundur 30 Tahun!


Tak terasa usia RCTI kini sudah 30 tahun yang merupakan stasiun swasta tertua di tanah air. Bukan waktu yang singkat dan pada ULTAHnya kali ini saya berpendapat RCTI juga sudah mundur 30 tahun. Apa alasannya?

1. Sudah tidak FTA atau Free To Air lagi. Ini terjadi setelah sinyal RCTI lewat satelit diacak Conax belakangan ini yang berarti pemilik receiver parabola FTA sudah tidak bisa menyaksikan tayangan-tayangan MNC Grup termasuk RCTI. Untuk bisa menyaksikannya maka harus membeli dekoder MNC Vision yang berarti harus membayar iuran per bulan. Membayar iuran per bulan hanya sekedar agar bisa menonton RCTI? Kalau saya sih bakal mikir sejuta kali, bukan cuma 1000 kali. Pemirsa setia RCTI sebenarnya masih diberikan opsi menonton lewat sinyal UHF tetapi haregene siapa yang mau menonton gambar TV penuh semut nan buram? Apalagi jangkauan sinyal UHF RCTI masih sangat terbatas. Saat ini propagasi sinyal UHF sudah tidak bisa terlalu jauh dan kualitasnya semakin memburuk karena banyaknya interferensi. Bandingkan dengan tahun 90-an ketika sinyal UHF RCTI Surabaya masih bisa ditangkap dengan baik di sini padahal jarak udaranya saja hampir 200 km. Cara lain adalah menonton lewat aplikasi RCTI Plus tetapi lagi-lagi juga tidak benar-benar gratis karena harus menggunakan kuota internet. Saya sempat install sebentar aplikasinya lalu uninstall lagi karena memang tak ada yang menarik. Jadi RCTI saat ini nyaris sudah tidak ada bedanya dengan tahun 1989 karena hanya bisa dinikmati oleh pemilik dekoder, malah statusnya juga semakin tak jelas. Kalau memang mau menjadi stasiun payTV (berbayar) penuh seharusnya RCTI tidak menarik banyak iklan lagi seperti HBO, Fox, atau StarTV tetapi anehnya sekarang sudah diacak masih juga menarik banyak iklan. Saya tak tahu pasti apa alasan pihak MNC Grup melakukan hal ini. Kalau memang alasannya hanya untuk menekan operator TV kabel ilegal, mereka (para operator itu) toh masih bisa menggunakan dekoder MNC Vision untuk menjual ulang siaran MNC Grup. Dengan diacaknya RCTI ini maka secara otomatis MNC Grup akan kehilangan banyak pemirsa. Ini malah semakin aneh lagi karena justru di saat stasiun-stasiun TV lain mati-matian menggaet lebih banyak pemirsa agar tetap bertahan di tengah gempuran industri digital seperti Youtube dan Netflix, eh RCTI justru dengen pedenya membuang cukup banyak pemirsanya. Sebuah blunder yang sangat sempurna.
2. RCTI sekarang ibarat bumi dan langit jika dibandingkan tahun 1989. Sekarang apa isinya? Sinetron melulu sepanjang waktu! Kalau diingat-ingat, saya cukup intens menonton RCTI mungkin terakhir 15 tahun lalu. Sesudah itu sudah sangat jarang menonton RCTI bahkan belakangan ini sudah tidak pernah lagi. Terus terang saya tidak suka sinetron! Jauh sekali dengan acara-acara saat baru pertama kali berdiri yang penuh dengan film-film menarik, kartun, dan musik yang sangat menghibur. Kalau saya bandingkan dengan stasiun TV lain masih jauh lebih bagus RTV sekarang yang memiliki banyak sekali program khusus untuk anak-anak. RCTI yang kini sudah tak menarik lagi acara-acaranya plus malah ditambah dengan terus bersembunyi di "ketiak" Conax akan membuat kami dan sebagian besar pemirsa lainnya cepat atau lambat akan melupakannya (termasuk saya).      

Wednesday, August 7, 2019

Kemarau Panjang 2019 Yang Berbeda


     Sejak April hingga sekarang Agustus nyaris tidak ada satu tetes hujan pun turun dari langit. Di satu sisi ini cukup menyenangkan petani karena mendapatkan kepastian musim kemarau yang dijamin kering dan bukan kemarau basah yang membingungkan. Akan tetapi ternyata kenyataan tidak seindah impian, dengan cuaca yang sangat kering dan panjang membuat serangan hama kutu seperti thrips dan aphids sangat intens padahal saya tahu kedua hama ini sangat bandel dibasmi. Kedua hama ini menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan banyak masalah. Pada daun tembakau yang terserang akan tampak bercak-bercak kering atau orang menyebutnya “ngates”. kalau sudah terserang ini dijamin harga takkan bisa maksimal. Bukan cuma itu saja, thrips sangat hobi menjadi vektor virus. Ini yang justru jauh lebih berbahaya. Itulah sebabnya sejak awal musim kemarau ini saya hampir tidak melihat ada tanaman CMB yang bagus. Hampir semua daunnya keriting sehingga produktivitasnya rendah! Akibatnya sudah sangat jelas harga CMB meroket hingga tembus Rp 40 ribu/kg. Pada tanaman tembakau ini membuat daun-daunnya juga ikut keriting. Kalau sudah keriting maka tanaman takkan bisa bertambah tinggi lagi. Seperti biasanya pula para petani menghantam hama-hama ini dengan pestisida tetapi saya melihat semuanya seperti sia-sia saja. Musim yang terlalu kering membuat perkembangan trhips sangat cepat tak terkendali.
     Musim kemarau kali ini dinginnya juga awet banget dan rasa-rasanya lebih dingin. Mulai dari awal Juni hingga sekarang hampir tiap hari terasa dingin melulu. Biasanya kalau sudah masuk Agustus begini suhu udara sudah tidak begitu dingin tetapi sekarang hampir tidak ada bedanya dengan Juli. Terik matahari memang terasa menyengat tetapi udara sangat dingin. Ini membuat kaki ikut terasa kaku, dingin, dan tak nyaman. Saya coba atasi dengan rutin joging. Saat berlari memang tidak terasa dingin tetapi beberapa jam kemudian usai joging kembali rasa dingin menyiksa di kaki. Meskipun siang hari kadang saya memaksakan diri memakai kaos kaki tetapi entah mengapa seperti tidak banyak menolong. Tadinya saya berpikir mungkin hanya saya saja yang merasakan dingin di kaki tetapi sewaktu saya pegang kaki si kecil ternyata juga sedingin es! Dulu-dulu meskipun pernah terjadi kemarau panjang tetapi dinginnya tidak terasa menusuk seperti sekarang ini. Laporan cuaca di ponsel pun beberapa kali menunjukkan suhu pagi hari bisa tembus 16 derajat padahal dulu-dulu paling rendah 17 derajat. Saya juga telah coba dengan menggosok-gosokan minyak angin di kaki tetapi juga tetap saja terasa dingin. Saat mandi pagi dan sore jika tidak menggunakan air hangat maka benar-benar tidak tahan dinginnya. Air di bak mandi sudah terasa seperti es saja. Selain itu udara terasa sangat kering. Paling terasa di bibir saat sore menjelang. Bibir terasa kaku dan tidak nyaman. Di kulit juga kadang terasa gatal dan ini masih diperparah lagi dengan mandi air hangat yang membuat kulit semakin mengering saja.
     Namun ada satu keganjilan dari kemarau kali ini yaitu banyak nyamuk! Biasanya musim kemarau identik dengan bebas nyamuk karena nyamuk tidak memiliki media untuk bertelur tetapi musim ini serangan nyamuk malah sama gilanya dengan musim penghujan. Udara dingin ini kadang membuat otak saya terasa membeku dan bingung. Untuk membuat tubuh lebih hangat saya minum teh lebih sering dari biasanya walaupun sebenarnya tidak begitu banyak membantu juga sih. Apakah semuanya ini pertanda perubahan (atau kerusakan) lingkungan telah atau sedang terjadi?

Thursday, August 1, 2019

Gunting Listrik Kemei KM-2169 Yang Sangat Mengecewakan!


      Berhubung gunting listrik yang lama dah rusak maka saya terpaksa harus beli yang baru. Gunting lama rusak bermula dari bagian tuas pengatur panjang cukuran rambut. Bagian ini berupa tuas yang dapat disetel untuk memaju mundurkan mata gunting. Berhubung gunting cukur ini siapa saja boleh pakai maka rupa-rupanya ada si peminjam yang entah bagaimana telah terlalu memaksa bagian tuas ini yang membuatnya patah dan tidak bisa diperbaiki. Akibatnya mata gunting tidak memiliki penahan sehingga selalu bergeser miring saat digunakan mencukur yang menyebabkan hasil cukuran tidak rata dan amburadul. Akhirnya saya coba memilih gunting cukur baru yang tidak memiliki tuas semacam ini seperti Kemei KM-2169 ini.
     Saya membelinya di Bl*bli. Awalnya saya chat si reseller apakah gunting ini bisa digunakan langsung dengan listrik tanpa harus menggunakan baterai karena jika membaca spesifikasinya gunting ini memakai baterai. Si reseller bilang bisa yang berarti OK-lah karena jika cuma memakai baterai pasti akan sangat boros. Barang pun kemudian datang dan yang harus saya lakukan adalah mencharge-nya. Ternyata produk ini memakai baterai rechargeable atau NiCd. OK-lah saya charge dan di sini terlihat produk ini terlihat tak bagus. Saat baterai saya masukkan ke dalam tempatnya di dalam gunting cukur terlihat ruangan baterainya seperti tidak pas. Baterai jadi mudah terlepas sendiri begitu gunting dipakai bergerak sedikit saja padahal saat mencukur gunting sudah pasti harus bergerak terus? Tidak mungkin mencukur dengan cara mendiamkan gunting terus menerus. Saya pun ada akal dengan mengganjal si baterai dengan kertas dan menchargenya. Ternyata proses chargenya lumayan lama. Sesuai instruksi pada buku petunjuknya kira-kira semalaman baru bisa digunakan mencukur. Saya charge sore dan paginya lalu saya cabut. Saya pakai sorenya untuk mencukur. Saya kira seperti yang sudah disampaikan reseller jika gunting ini bisa dipakai dengan listrik langsung tetapi ternyata tidak. Gunting ini cuma bisa dipakai dengan baterai saja! Akhirnya dipakailah gunting ini untuk mencukur. Daya cukurnya tidak begitu kuat (mungkin karena pakai baterai) sehingga sering tersendat jika menemui bagian rambut yang tebal atau terlalu banyak rambut yang menggumpal di mata gunting. Ternyata baterainya lagi-lagi menimbulkan persoalan. Rupa-rupanya baterai tidak memiliki kemampuan menyimpan muatan cukup lama. Saat selesai mencukur dan saat itu pula tepat baterai habis (padahal cuma sekitar 15 menitan). Ketika dinyalakan kembali gunting sudah tidak mau bekerja. Terpaksa deh dicharge lagi semalaman dan esoknya gunting saya simpan untuk dipakai bulan depan.
     Bulan depannya ketika mau saya pakai kok gunting tidak bereaksi sama sekali? Saya curiga si baterai sudah kehabisan muatan makanya saya lagi-lagi charge ulang semalaman. Keesokan laginya saya pun optimis baterai sudah terisi tetapi apa yang terjadi? Si gunting masih tidak bergeming. Positif dah ini baterai sudah keok padahal baru sekali pakai. Saya coba gunakan baterai itu pada jam weker dan jarum jamnya juga tidak bergerak sama sekali. Kalau saya telusuri di internet harga eceran baterai ini cuma Rp 2000-an. Pantes saja bentar saja sudah rusak karena harga baterai non rechargeable saja di toko juga sama segitu. Akhirnya saya akali pakai baterai non rechargeable berhubung baterai NiCd sudah sulit didapatkan tetapi kekurangannya arus baterai non rechargeable kurang kuat sehingga membuat kekuatan mencukur si gunting semakin melemah. Kami harus berhenti setiap beberapa menit sekedar menunggu baterai memulihkan diri. Ini membuat waktu mencukur semakin lama dan tidak menyenangkan sama sekali. Intinya produk gunting cukur Kemei ini sangat not recommended. Mending mencari merek lain sajalah.