Tuesday, July 30, 2019

Go To Hell FireF*ck!


     Akhirnya kegemasan dan kemarahan saya terhadap browser Firefox (FF) ini sudah sampai di ubun-ubun! Yap kurang lebih sebulan ini browser ini berulah terus menerus. Yang sering terjadi adalah crash. Dulu sempat beberapa tahun pakai browser ini dan terasa nyaman karena jarang bermasalah tetapi entah kenapa kemudian jadi bermasalah hingga akhirnya saya beralih ke lain hati (kalau tak salah Maxthon) selama beberapa tahun. Saya tak ingat ada apa dengan Maxthon ini tetapi sepertinya memang bermasalah karena kalau tak bermasalah tidak mungkin saya beralih memakai browser lainnya (FF). Saya pun balik lagi ke FF kira-kira 6 bulan lalu dan belakangan ini benar-benar makin intens trobelnya. Hampir saban hari berulah. Mulai dari daftar history yang mendadak hilang hingga crash tak jelas apa penyebabnya. Karena itulah saya menginstall browser cadangan Opera yang menurut saya lebih jarang berulah dengan harapan si FF sembuh. Harapan tinggal harapan dan kenyataannya ulahnya makin bikin pusing jadi terpaksa saya harus mengucap selamat tinggal buat FF. 
Makin lama makin ngeselin!

Review Lima Tahun Pemerintahan Jokowi (2014-2019)


     PILPRES 2019 akhirnya berakhir sudah setelah MK menetapkan Jokowi yang akan memimpin negeri ini untuk 5 tahun ke depan. Bagi saya ini bukanlah sesuatu yang mengagetkan karena dari awal tampak jelas jika PILPRES 2019 ini tak lebih dari El-Classico PILPRES 2014. Perjalanan ceritanya persis sama dari awal hingga akhir. Oleh karena itu saya akna mencoba membuat sedikit review tentang pemerintahan Jokowi selama 5 tahun belakangan ini. Semua yang akan saya tuliskan adalah murni pendapat pribadi subyektif sehingga ada boleh setuju boleh juga tidak.
     Yang pertama kemajuan yang telah dibuat oleh Jokowi adalah pembangunan infrastruktur yang bagus. Jauh lebih bagus dibandingkan semua pemerintahan sebelumnya. Contohnya yang cukup terasa adalah Jalan-jalan diaspal hingga ke pelosok desa. Jalan-jalan aspal yang rusak juga cukup cepat diperbaiki. Kalau dulu boro-boro deh jalan rusak bisa bertahun-tahun akan tetap rusak atau malah semakin rusak. Jembatan-jembatan baru juga banyak dibangun. Cuma konon katanya untuk pembangunan infrastruktur ini Jokowi lebih banyak mengandalkan utang luar negeri. Saya tak punya data yang pasti. Takutnya jika mengandalkan data dari internet itu cuma hoax. Saya akan mencoba menganalisis dari sisi Jokowi. Kalau saya andaikan apa yang sudah dilakukan Jokowi ini mirip dengan apa yang umum dilakukan oleh masyarakat kita dalam membangun rumah tangganya. Kalau pengen rumah ya ambil KPR, pengen motor atau mobil ya ambil leasing, pengen perabot ya ambil fintech, dll atau dengan kata lain berhutang. Bisa saja sih menunggu gaji terkumpul dulu baru beli motor, mobil, atau bangun rumah tetapi kan kelamaan? Resikonya memang ada beban bunga. Nah sama saja dengan membangun infrastruktur negara ini bisa saja dengan mengandalkan pajak atau pendapatan negara non pajak tetapi mau sampai kapan? Padahal infrastruktur kita sudah sangat ketinggalan jika dibandingkan negara negara lain. Hutang tak selalu buruk asal dikelola dengan baik. Moga-moga saja negara dan bangsa ini tidak terbenam hutang nanti.
Nah sekarang kekurangannya:
1. Penegakan hukum yang masih sangat lemah. Jokowi memang bukan penegak hukum tetapi para penegak hukum bagaimanapun adalah orang-orang yang berada di bawah suatu pemerintahan yaitu pemerintahan Jokowi. Mereka sebagian juga diangkat dan digaji oleh Jokowi. Memang sudah ada sedikit kemajuan tetapi tetap saja secara umum masih kurang bagus di sektor ini. Akan tetapi sebenarnya penegakan hukum bukan hanya persoalan besar pemimpin ini tetapi juga pemerintahan-pemerintahan sebelumnya dan saya yakin semua pemerintahan yang akan datang. Padahal tak ada negara maju yang hukumnya tidak tegak dan sebaliknya.
2. Korupsi yang masih jalan terus. Banyaknya kasus korupsi di era Jokowi ini membuktikan bahwa para pelakunya tidak takut dengan hukuman yang ada. Nah lagi-lagi biangnya adalah nomor satu di atas. Selama penegakan hukum belum jalan maka selama itu pulalah korupsi juga akan tetap tumbuh subur. Memang sudah ada beberapa pelaku yang ditangkap tetapi saya melihat itu hanyalah seperti puncak gunung es. Hanya beberapa koruptor kelas kakap yang tertangkap padahal ribuan atau mungkin jutaan koruptor kelas “teri” masih bergentayangan bebas lepas beraksi setiap hari. Memang mereka hanyalah koruptor kelas “teri” tetapi dikumpulkan maka jumlahnya tak ada bedanya dengan koruptor kelas kakap. Apalagi KPK hanya mau menangani kasus-kasus korupsi kelas kakap. Kemungkinan besar pemberantasan korupsi di Indonesia akan semakin terus berjalan mundur. 
3. Pembangunan angkutan umum yang sama sekali tidak ada kemajuan (bahkan terus mundur). Mungkin ada yang bilang MRT. Benar tetapi itu kan baru di Jakarta? Indonesia bukan cuma Jakarta doang? Angkutan umum di daerah saya sudah lama mati walaupun sekarang sudah ada OJOL tetapi saya menganggapnya tetap bukan sebagai angkutan umum. Akhirnya jalan raya semakin hari semakin padat karena semua orang pada akhirnya menggunakan kendaraan pribadi. Untuk menempuh jarak yang sama semakin hari semakin lama. Kemacetan merajalela dan kecelakaan lalu lintas semakin sering terlihat. Penggunaan BBM semakin boros pula. Polusi udara meningkat dan perubahan musim terjadi semakin cepat contohnya Jakarta konon sekarang sudah menjadi kota dengan polusi terparah di dunia. Menyetir di jalan raya sekarang bisa bikin gila beneran. Saya sangat berharap di pemerintahan II ini Jokowi memprioritaskan kembali pembangunan angkutan umum. Keadaannya sudah sangat urgen. Saya yakin jika tersedia angkutan umum yang murah, nyaman, dan aman serta tersedia luas maka rakyat pasti akan lebih banyak yang akan memakai angkutan umum. 
Is this what you expect?!

4. Pendataan GAKIN yang tak jelas kriterianya. Ada GAKIN yang kepala keluarganya setiap hari bisa membeli rokok tetapi mengapa bisa dimasukkan sebagai GAKIN? Sungguh aneh. Padahal pengeluaran untuk rokok juga tak sedikit. Jika sehari seorang kepala keluarga GAKIN menghabiskan 1 bungkus (misal Rp 10 ribu) maka sebulan total sudah Rp 300 ribu sendiri. Pendataan GAKIN masih sarat KKN dan lambat (tidak uptodate). Semestinya begitu seseorang sudah meningkat taraf hidupnya maka segera dicabut segala fasilitasnya dan bukannya malah diteruskan supaya GAKIN lainnya yang belum tersentuh bisa segera menerima bantuan.  
5. Distribusi BBM bersubsidi yang masih tidak berubah sama sekali. Contohnya Premium atau solar bersubsidi 99% masih dihabiskan oleh pengecer tak resmi (termasuk juga penimbun). Jadi kelihatan tidak jelas sebenarnya subsidi BBM itu untuk siapa? Apakah mensubsidi pengecer dan penimbun? Kalau di dalam UU-nya memang demikian saya kira tak tepat. Mengapa pengecer dan penimbun harus mendapatkan subsidi? Apakah tidak lebih baik subsidi dialihkan untuk kebutuhan lain yang lebih bermanfaat daripada mensubsidi pengecer dan penimbun?
6. Pengurusan administrasi kependudukan yang semakin rumit dan lama. Contoh jika seseorang kehilangan KTP maka untuk mendapatkan KTP baru harus menunggu hampir 1 tahun. Seharusnya dengan penggunaan IT proses pengurusan administrasi kependudukan semakin cepat dan mudah. 
7. Semi otoriter. Walaupun tidak separah era Suharto tetapi agak mirip. Orang-orang yang vokal terhadap pemerintahannya banyak yang telah ditangkap + pembatasan akses medsos beberapa waktu lalu adalah buktinya. Tujuannya mungkin kurang lebih sama dengan era Suharto yaitu untuk menciptakan stabilitas di bidang politik dan "mematikan" rival-rival politiknya.  
8. Gas melon yang semakin sulit. Dulu semasa era SBY kami semua diiming-imingi untuk beralih menggunakan BBM dari  minyak tanah menjadi gas LPG dengan alasan lebih hemat, lebih bersih, lebih panas, dll. Kami diberikan kompor dan tabung gas 3 kg gratis. Awal-awalnya pasokan gas melon 3 kg ini berjalan tanpa masalah tetapi lama kelamaan di era Jokowi ini sering tersendat. Yang unik barang tidak ada sama sekali tetapi anehnya harga melambung.  Kalau sudah begini kami bisa menghabiskan waktu seharian hanya sekedar berburu gas ini hingga jauh ke tempat-tempat yang kira-kira masih ada pasokan. Kalau gagal terpaksa kami balik menggunakan kayu bakar (karena minyak tanah sudah tak ada). Untungnya sebagai orang desa kami selalu mengamankan pasokan "BBM" dapur entah bagaimana caranya. Saya tidak tahu dengan warga desa lain yang tidak memiliki pepohonan sebagai sumber kayu bakar. Mungkin mereka membeli makanan jadi siap santap atau entah bagaimana. Mungkin ada yang bilang, kan sekarang sudah ada Bright gas? Benar tapi dimana memperolehnya? Kalau di desa kami jelas tidak ada. Di minimarket cuma sesekali terlihat ada.  Lagian siapa yang mau repot mencari barang yang tidak jelas keberadaannya ada dimana. 
9. Kisruh kenaikan tarif BPJS/JKN. Hampir setiap tahun konon BPJS selalu mengalami defisit dan seolah kebakaran jenggot. Padahal angkanya jauh lebih kecil dari biaya pindah ibukota yang mencapai hampir 500 T. Sungguh aneh pindah ibukota dengan biaya segitu besar saja aya aya wae tetapi mengapa defisit BPJS yang angkanya jauh lebih kecil pemerintah selalu menjadikannya seolah-olah sebuah masalah besar?!

Thursday, July 25, 2019

Melawan Noda: Van*sh VS Pasta Gigi Siapa Yang Akan Menjadi Pemenangnya?


     Suatu sore ketika sedang merefill spidol permanen tanpa sengaja saya menyenggol botol yang berisi cairan refill spidol. Langsung deh tinta yang berwarna hitam pekat dan lengket tumpah mengenai baju batik kesayangan yang relatif masih baru. Mana tumpahnya tepat pas di bagian perut lagi! Hadehh benar-benar enggak banget! Beda kalau tumpahnya di bagian belakang baju. Pikiran saya spontan langsung kepada salah satu merek produk penghilang noda yang kadang dipakai istri, Vani*sh. Saya benar-benar sangat berharap jika produk itu mampu menghilangkan noda mengingat iklannya yang dahsyat dimana-mana. Apalagi itu noda masih fresh jadi logika saya makin cepat noda ditreatment maka akan makin besar peluang lenyapnya.
     Akhirnya sesuai instruksi di kemasan produk, mula-mula saya larutkan bubuk produk ke dalam sedikit air lalu saya rendam baju selama 1 jam. Bahkan saya tambahkan lebih banyak dosis supaya lebih ampuh. Begitula logika saya. Setelah sejam saya tengok saya coba kucek-kucek di bagian noda eh kok tidak berkurang sama sekali. Hadehh.. apaan nih? Nodanya yang kelewat bandel atau produknya yang memang memble? Akhirnya perendaman saya perpanjang 3 jam lalu saya kucek-kucek lagi dan hasilnya masih sama saja. Berhubung sudah agak jengkel akhirnya saya biarkan itu baju terendam 3 hari-an! Saya benar-benar masa bodoh kalau baju itu rusak karena terlalu lama direndam toh walaupun baju kesayangan tetap takkan bisa dipakai kalau ada noda sebesar itu.
Lewat 3 hari saya kembali kucek-kucek di bagian noda dan alamak noda masih saja seperti semula. Saya pikir mungkin perlu dicuci. Akhirnya baju saya masukkan mesin cuci ditambah deterjen. Usai dicuci langsung saya jemur dan hasilnya? Zonk! Noda masih di situ juga! Ampuunn! Akhirnya produk penghilang noda itu saya singkirkan. Saya harus mencari alternatif lainnya.
     Akhirnya saya cari-cari cara di internet siapa tahu ada. Eh ternyata ada yang menyarankan pakai alkohol. Saya pikir ada benernya juga karena spidol yang sudah mengering biasanya bisa dipakai kembali setelah diberi alkohol. Berhubung enggak ada alkohol dan cuma ada spiritus maka saya tuangkan spiritus ke bagian noda lalu saya biarkan beberapa menit. Selanjutnya saya kucek-kucek dan zeng zong… enggak juga noda itu musnah! Ini noda sudah kayak lem saja sudah lengket mati dengan kainnya! Jurus pamungkas pun terpaksa saya keluarkan. Saya coba sekali lagi search di internet siapa tahu ada ide baru. Lagi-lagi ada yang menyarankan pakai past gigi? Saya ragu. Masak iya sih pasta gigi bisa mengalahkan produk penghilang noda yang kesohor itu?! Berhubung sama sekali sudah tak ada pilihan lain maka tak ada salahnya dicoba.
     Saya ambil pasta gigi lalu saya oles-oleskan pada bagian noda dengan sikat. Ajaib! Noda perlahan-lahan memudar walaupun tidak langsung hilang 100%. Saya kemudian ulangi terus hingga noda hanya sedikit terlihat. Benar-benar ampuh pasta gigi ini! Bukan berarti produk pembersih itu tak bekerja tetapi saya kira kembali kepada filosofi awalnya saja. Setahu saya Van*sh mengandalkan kekuatan H2O2, sebuah bahan kimia oksidator yang salah satu fungsinya mampu memutihkan warna. Saya pernah terkena H2O2 pekat di kulit tangan dan terasa seperti disayat-sayat selama hampir 15 menit. Yang parah kalau sudah masuk ke bawah kuku karena bisa berjam-jam rasa sakitnya tak kunjung hilang. Kulit tangan dan kuku pun langsung berwarna putih seperti kehilangan pigmennya tetapi itu cuma sementara lalu balik lagi ke warna asalnya. Konon H2O2 ini diklaim lebih aman dibandingkan bahan pemutih lainnya terutama yang berbahan klorin dengan alasan pada dasarnya H2O2 hanyalah air yang kelebihan satu atom oksigen. Akan tetapi bagi saya pribadi bahan kimia apapun tetap harus diperlakukan dengan hati-hati karena toh tetap saja berbahaya. Cuma saya tidak tahu pasti kekuatan riil memutihkan H2O2 apakah lebih baik atau lebih jelek jika dibandingkan dengan bahan pemutih lain. Akan tetapi jika di masa depan saya memiliki masalah dengan noda di baju maka saya akan lebih suka kembali kepada pasta gigi dibandingkan produk penghilang noda itu. Toh iklan tidak selalu seperti apa yang dikatakanya bukan?! 

Friday, July 19, 2019

10 Bisnis Mudah Murah Buat Pemula Di Pedesaan


Bagi para pemula yang akan memulai sebuah bisnis baru pasti bingung untuk menentukan jenis bisnis apa yang akan mereka geluti. Nah di sini saya akan mencoba menyajikan kira-kira bisnis apa saja yang sekiranya mudah dimulai dengan modal kecil, mudah namun cukup menjanjikan. Tulisan ini berangkat dari pengamatan saya sendiri selama bertahun-tahun di sekitar lokasi tempat tinggal dan bisa saja berbeda antar daerah. Bisnis apa saja sih itu? Yuk kita simak bersama baik-baik.
1. Berjualan BBM eceran tak resmi. Bisnis termudah namun sangat menjanjikan. Tidak ada BBM yang tidak laku apalagi BBM subsidi seperti solar dan premium yang akan selalu jadi rebutan dimana-mana. Bahkan kata salah seorang makelar BBM yang saya kenal, si pelanggan (para pengecer BBM) selalu setor uang dulu walaupun BBMnya belum tersedia di rumahnya. Ini terlihat dari pertumbuhan para pengecer BBM tak resmi yang sangat pesat terutama di kota-kota kecil dan pedesaan. Kalau di kota besar kemungkinan agak sulit karena SPBU bertebaran dimana-mana tetapi kasusnya beda dengan di desa yang notabene jauh dari SPBU. Siapa orangnya yang mau berjalan 12 km hanya sekedar untuk mendapatkan beberapa liter bensin? Mending membayar sedikit lebih mahal dengan membeli BBM eceran di sebelah rumah. Seandainya tidak laku hari ini pun BBM juga takkan membusuk berbeda dengan buah-buahan dan sayur-sayuran atau makanan. Kalau pengecer BBM "resmi" (seperti Pertami*i) justru sepi karena mereka hanya bisa menjual Pertalite dan Pertamax sementara yang diinginkan masyarakat sekarang adalah Premium yang harganya jauh lebih murah. Urusan BBM masyarakat kita masih belum berpikir ke arah kualitas. Yang penting murah! Perkara kendaraan rusak, boros, atau sering rewel gara-gara bensin dengan oktan rendah itu urusan belakangan (dan ini tugas si bengkel).  
2. Usaha fotocopy. Walaupun dunia terus bergerak ke arah paperless tetapi urusan cetak mencetak akan tetap menjadi kegiatan yang abadi. Lihat saja kalau ada orang yang sedang mengurus surat di kantor desa, kecamatan, atau bank, selalu harus fotocopy ini itu yang jumlahnya seabrek-abrek. Wacana pengurusan administrasi paperless yang sudah lama didengungkan oleh pemerintah sampai kapan pun saya kira akan tetap menjadi wacana. Tetap saja pemandangan antri di outlet fotocopy masih terus berlangsung hingga kini. Saksikan juga di RS pemerintah sebentar-sebentar harus fotocopy ini itu. Resep difocotopy, kartu BPJS difotocopy, kartu RS difotocopy, KTP difocotopy, SEP difotocopy, dll. Pertumbuhan outlet fotocopy juga sangat pesat. Di desa saya 2 tahun lalu tak ada outlet fotocopy tetapi sekarang langsung sudah ada 2 buah. Luar biasa! Outlet fotocopy juga biasanya menyediakan ATK (alat tulis kantor) yang akan terus dibutuhkan oleh anak-anak sekolah.
3. Berjualan pulsa. Siapa yang tidak butuh pulsa hape hari ini? Rasa-rasanya pulsa sudah sama pentingnya dengan beras dan minyak goreng sekarang. Memang marginnya kecil tetapi permintaan sangat tinggi. Mungkin ada yang bilang sekarang kan sudah bisa beli pulsa OL? Tidak semua orang mau melakukan itu. Banyak juga orang-orang gaptek yang mereka tetap lebih nyaman dengan datang ke konter pulsa atau pesan langsung lewat chat atau SMS. Saya sudah melihat sendiri salah satu saudara sukses berjualan pulsa ini. Saya akui dia memang serius. Setiap hari dia berangkat pagi pulang malam mencari para pelanggan baru supaya mau membeli pulsa kepadanya. Jumlah pelanggannya ribuan. Jika sehari saja katakanlah ada 200 transaksi dengan laba per transaksi Rp 1000 saja maka dia sudah meraup laba bersih Rp 200 ribu/hari atau lebih kurang Rp 6 juta/bulan! Hidup dengan penghasilan segitu di desa sudah termasuk sultan lhooo.
4. Reselling "Indihome" (tak resmi). Kebutuhan akses internet yang semakin cepat namun murah terutama untuk streaming dan game rupa-rupanya masih belum bisa diakomodasi oleh para operator seluler atau dengan kata lain tarif mereka masih terlampau mahal. Nah wilayah ini adalah domain internet tak bergerak seperti Indihome yang menawarkan akses internet lebih cepat dan murah serta tak terbatas. Dengan modal router dan kabel LAN maka seseorang sudah bisa melakukan reselling internet Indihome. Di desa sudah hampir 3 tahun ini layanan ini hadir di desa dan pelanggannya terus saja tumbuh semakin pesat terutama di kalangan generasi milenial dan Z yang gemar bermain game. Yang menarik lagi adalah bahkan layanan yang sudah diresell ini masih diresell ulang oleh si pelanggan dan saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa layanan internet yang sudah diresell berulang-ulang ini masih ramai diminati sampai detik ini. Sungguh luar biasa dan saya yakin trend ini akan terus berlanjut pertumbuhannya walaupun tarif yang dijualnya kadang masih terlalu mahal menurut saya contoh untuk speed 5 mbps unlimited masih dijual Rp 165 ribu/bulan. Untuk download file 4 GB saja butuh waktu 4 jam-an. Akan tetapi yang unik pelanggannya tumbuh pesat. 
5. Depo air isi ulang tak bermerek. Untuk memenuhi kebutuhan air minum dulu kami memasak air sendiri tetapi lama-kelamaan cara ini terbilang merepotkan dan mahal juga karena harga LPG yang terus meroket. Akhirnya air isi ulang tak bermerek inilah yang menjadi solusi. Rasanya sih 11 12 dengan air bermerek jadi kami tak terlalu mempermasalahkannya padahal selisih harganya bisa 4x lipat! Dengan uang Rp 5000 kami sudah mendapatkan segalon air minum yang cukup buat kebutuhan 2 pekan. Depo air isi ulang pun kini terus semakin menjamur dimana-mana.
6. Warung sembako. Siapa yang tidak butuh Sembako? Dulu di sekitar rumah hanya ada 2 warung Sembako tetapi dalam tempo singkat kini sudah berkembang menjadi 6 dan semuanya sama-sama ramai! Padahal secara teori Matematika semestinya akan sepi semuanya. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat membuat kebutuhan akan Sembako juga semakin meningkat. Tidak perlu takut dengan minimarket modern karena pada dasarnya ceruk pasarnya masing-masing berbeda. Warung sembako menawarkan fleksibilitas yang tidak dimiliki minimarket. Bisakah anda membeli gula 1/4 kg di minimarket? Takkan pernah bisa. Artinya dengan uang berapapun yang kita miliki kita tetap akan bisa mendapatkan sesuatu di warung Sembako. Beda dengan saat ke minimarket mesti pikir-pikir dulu uangnya cukup atau tidak. Di warung sembako juga menjadi ajang untuk bergosip ria bagi para emak-emak yang tidak bisa dilakukan di minimarket.
7. Bengkel mobil. Kalau dulu sangat jarang melihat rumah warga desa yang ada mobil di depannya tetapi sekarang sudah menjadi pemandangan lumrah. Yang unik walaupun tidak memiliki garasi mereka masih tetap memaksakan diri untuk memiliki mobil apalagi ditambah dengan kegagalan pemerintah membangun transportasi publik yang nyaman, murah, dan aman. Mobil bukan hanya sebagai alat transportasi tetapi memiliki fungsi lain yang jauh lebih besar yaitu sebagai simbol kesuksesan dan kemapanan pemiliknya bagi masyarakat kita tak peduli setiap hari cuma makan nasi sama garam asal bisa menyisihkan uang buat membeli atau mencicil mobil. Semakin banyak mobil berarti akan memerlukan lebih banyak bengkel karena kendaraan bermotor dimanapun pasti akan memerlukan perawatan rutin dan perbaikan jika ada yang rusak. Tidak setiap pemilik mobil memiliki pengetahuan memperbaiki kerusakan kendaraannya bahkan kalaupun tahu juga belum tentu memiliki peralatannya.    
8. Service hape. Hape atau smartphone semakin lama semakin canggih tetapi banyak yang tak sadar itu berarti juga semakin rentan atau rawan rusak atau rewel. Tergantung tingkat kerusakannya terkadang membeli yang baru masih jauh lebih murah dibandingkan dengan memperbaikinya tetapi tidak semua masyarakat memiliki pemikiran yang sama. Tetap masih banyak yang lebih suka untuk memperbaiki smartphone mereka yang rusak atau rewel walaupun mereka tahu jika membeli yang baru adalah solusi terbaik. Bahkan terkadang sekedar melakukan hard reset saja banyak yang tidak tahu. Maklumlah masyarakat kita paling malas kalau disuruh mencari-cari info kesana kemari walaupun sudah ada mesin pencari yang sangat membantu. Mereka maunya yang serba instan langsung matang dan itupun masih minta dicekoki alias disuapi. Ini adalah peluang besar bagi yang suka servis-servis smartphone. Buktinya saya sering sekali diminta bantuan untuk melakukan hard reset, flashing, dll (gratis sih) walaupun tidak semua saya terima. 
9. Pedagang/tengkulak hasil bumi. Tidak ada pedagang hasil bumi termasuk sayuran yang hidupnya tidak seperti sultan. Contohnya sudah terlalu banyak. Mereka sebenarnya bukan pedagang tetapi hanya menampung hasil panenan para petani lalu ada pedagang khusus yang mengambilnya. Berkat usahanya ini bulik istri saya langsung menjadi OKB dalam tempo 5 tahun saja sehingga bisa membeli rumah, tanah, motor, dan mobil baru. Salah satu tetangga yang berprofesi ini juga kini memiliki kekayaan uang milyaran rupiah di rekening banknya. Para petani akan selalu membutuhkan para pedagang hasil bumi ini karena berkat para pedagang ini petani bisa memperoleh uang dengan cepat kapan saja.  Pedagang juga bisa sepenuhnya menentukan harga. Resiko dan kerugiannya nyaris tidak ada.
10. Toko pertanian. Petani selalu memerlukan saprotan atau sarana produksi pertanian seperti pupuk, benih, mulsa, dan pestisida. Dulu di desaku tidak ada toko pertanian tetapi kini ada 4 toko dalam waktu singkat. Bukti bahwa usaha ini cukup menjanjikan. Bahkan yang unik para petani kadang rela membayar di atas HET agar bisa mendapatkan barang seperti pupuk contoh harga pupuk urea Rp 90 ribu/zak tetapi banyak petani yang rela membelinya Rp 100 ribu/zak asal mendapatkan barang. Kalau toko-toko jenis lain harus berjuang mendapatkan pelanggan maka sebaliknya pelangganlah yang harus berjuang untuk mendapatkan barang di toko pertanian. Kurang enak apa coba?! Tinggal duduk manis saja pelanggan sudah berebutan datang sendiri. Tidak perlu iklan, tidak perlu keliling kesana kemari, tidak perlu susah payah. Bahkan terkadang seperti pestisida bisa memakai sistem konsinyasi dimana si penjual tak memerlukan modal sama sekali untuk membelinya. 

Pengalaman Perdana Pesan GoFood Di Desa


     Beberapa bulan belakangan ini layanan GoFood sudah hadir di desa. Kalau sebelumnya saya bisa pakai GoFood kalau cuma pas sedang berada di kota. Nah akhirnya coba-coba nih pesen malam-malam sekitar pukul 19.30. Sebenarnya saya sudah kenyang tetapi berhubung istri ngeyel masih pengen makan ya sudah akhirnya saya suruh pesan sendiri. Setelah melihat-lihat berbagai warung di aplikasi Gojek langsung checkout dan tersambung dengan seorang rider. Kalau lihat profilnya seorang bapak-bapak yang posisinya memang sedang berada dekat dengan warung dimana saya sudah melakukan order. Yang unik nih dari pantauan realtime posisi si bapak ketika melewati warung itu bukannya berhenti tetapi malah terus saja ke utara semakin lama semakin menjauh. Kami menduga si bapak mungkin akan mengisi BBM dulu di SPBU yang lokasinya memang di utara warung. Akan tetapi begitu sampai di SPBU si bapak tidak berhenti dan melaju terus semakin jauh. Lima belas menit kemudian bapak ini pun sudah berada belasan kilometer dari warung. Aneh bener apa si bapak tidak tahu lokasi warungnya? Akhirnya oleh si istri coba dichat tapi tidak dibalas sama sekali. Saya suruh si istri untuk menelepon langsung dan ternyata tidak diangkat sama sekali. Akhirnya terpaksa si istri membatalkan order karena status si bapak yang makin tak jelas dengan alasan si rider yang meminta untuk dibatalkan. Masak kami harus menunggu makanan hingga larut malam? Mana jam 21 warungnya sudah tutup lagi.
      Ada dugaan jika sebenarnya si bapak sedang pulang ke rumahnya. Akan tetapi namanya juga dugaan jadi bisa saja itu salah. Mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada si bapak itu kami tak tahu pasti. Setelah order batal maka si istri reorder dan mendapatkan rider baru yang dengan cepat merespon dan tak lama kemudian sampailah makanan di rumah kami.