Friday, July 19, 2019

10 Bisnis Mudah Murah Buat Pemula Di Pedesaan


Bagi para pemula yang akan memulai sebuah bisnis baru pasti bingung untuk menentukan jenis bisnis apa yang akan mereka geluti. Nah di sini saya akan mencoba menyajikan kira-kira bisnis apa saja yang sekiranya mudah dimulai dengan modal kecil, mudah namun cukup menjanjikan. Tulisan ini berangkat dari pengamatan saya sendiri selama bertahun-tahun di sekitar lokasi tempat tinggal dan bisa saja berbeda antar daerah. Bisnis apa saja sih itu? Yuk kita simak bersama baik-baik.
1. Berjualan BBM eceran tak resmi. Bisnis termudah namun sangat menjanjikan. Tidak ada BBM yang tidak laku apalagi BBM subsidi seperti solar dan premium yang akan selalu jadi rebutan dimana-mana. Bahkan kata salah seorang makelar BBM yang saya kenal, si pelanggan (para pengecer BBM) selalu setor uang dulu walaupun BBMnya belum tersedia di rumahnya. Ini terlihat dari pertumbuhan para pengecer BBM tak resmi yang sangat pesat terutama di kota-kota kecil dan pedesaan. Kalau di kota besar kemungkinan agak sulit karena SPBU bertebaran dimana-mana tetapi kasusnya beda dengan di desa yang notabene jauh dari SPBU. Siapa orangnya yang mau berjalan 12 km hanya sekedar untuk mendapatkan beberapa liter bensin? Mending membayar sedikit lebih mahal dengan membeli BBM eceran di sebelah rumah. Seandainya tidak laku hari ini pun BBM juga takkan membusuk berbeda dengan buah-buahan dan sayur-sayuran atau makanan. Kalau pengecer BBM "resmi" (seperti Pertami*i) justru sepi karena mereka hanya bisa menjual Pertalite dan Pertamax sementara yang diinginkan masyarakat sekarang adalah Premium yang harganya jauh lebih murah. Urusan BBM masyarakat kita masih belum berpikir ke arah kualitas. Yang penting murah! Perkara kendaraan rusak, boros, atau sering rewel gara-gara bensin dengan oktan rendah itu urusan belakangan (dan ini tugas si bengkel).  
2. Usaha fotocopy. Walaupun dunia terus bergerak ke arah paperless tetapi urusan cetak mencetak akan tetap menjadi kegiatan yang abadi. Lihat saja kalau ada orang yang sedang mengurus surat di kantor desa, kecamatan, atau bank, selalu harus fotocopy ini itu yang jumlahnya seabrek-abrek. Wacana pengurusan administrasi paperless yang sudah lama didengungkan oleh pemerintah sampai kapan pun saya kira akan tetap menjadi wacana. Tetap saja pemandangan antri di outlet fotocopy masih terus berlangsung hingga kini. Saksikan juga di RS pemerintah sebentar-sebentar harus fotocopy ini itu. Resep difocotopy, kartu BPJS difotocopy, kartu RS difotocopy, KTP difocotopy, SEP difotocopy, dll. Pertumbuhan outlet fotocopy juga sangat pesat. Di desa saya 2 tahun lalu tak ada outlet fotocopy tetapi sekarang langsung sudah ada 2 buah. Luar biasa! Outlet fotocopy juga biasanya menyediakan ATK (alat tulis kantor) yang akan terus dibutuhkan oleh anak-anak sekolah.
3. Berjualan pulsa. Siapa yang tidak butuh pulsa hape hari ini? Rasa-rasanya pulsa sudah sama pentingnya dengan beras dan minyak goreng sekarang. Memang marginnya kecil tetapi permintaan sangat tinggi. Mungkin ada yang bilang sekarang kan sudah bisa beli pulsa OL? Tidak semua orang mau melakukan itu. Banyak juga orang-orang gaptek yang mereka tetap lebih nyaman dengan datang ke konter pulsa atau pesan langsung lewat chat atau SMS. Saya sudah melihat sendiri salah satu saudara sukses berjualan pulsa ini. Saya akui dia memang serius. Setiap hari dia berangkat pagi pulang malam mencari para pelanggan baru supaya mau membeli pulsa kepadanya. Jumlah pelanggannya ribuan. Jika sehari saja katakanlah ada 200 transaksi dengan laba per transaksi Rp 1000 saja maka dia sudah meraup laba bersih Rp 200 ribu/hari atau lebih kurang Rp 6 juta/bulan! Hidup dengan penghasilan segitu di desa sudah termasuk sultan lhooo.
4. Reselling "Indihome" (tak resmi). Kebutuhan akses internet yang semakin cepat namun murah terutama untuk streaming dan game rupa-rupanya masih belum bisa diakomodasi oleh para operator seluler atau dengan kata lain tarif mereka masih terlampau mahal. Nah wilayah ini adalah domain internet tak bergerak seperti Indihome yang menawarkan akses internet lebih cepat dan murah serta tak terbatas. Dengan modal router dan kabel LAN maka seseorang sudah bisa melakukan reselling internet Indihome. Di desa sudah hampir 3 tahun ini layanan ini hadir di desa dan pelanggannya terus saja tumbuh semakin pesat terutama di kalangan generasi milenial dan Z yang gemar bermain game. Yang menarik lagi adalah bahkan layanan yang sudah diresell ini masih diresell ulang oleh si pelanggan dan saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa layanan internet yang sudah diresell berulang-ulang ini masih ramai diminati sampai detik ini. Sungguh luar biasa dan saya yakin trend ini akan terus berlanjut pertumbuhannya walaupun tarif yang dijualnya kadang masih terlalu mahal menurut saya contoh untuk speed 5 mbps unlimited masih dijual Rp 165 ribu/bulan. Untuk download file 4 GB saja butuh waktu 4 jam-an. Akan tetapi yang unik pelanggannya tumbuh pesat. 
5. Depo air isi ulang tak bermerek. Untuk memenuhi kebutuhan air minum dulu kami memasak air sendiri tetapi lama-kelamaan cara ini terbilang merepotkan dan mahal juga karena harga LPG yang terus meroket. Akhirnya air isi ulang tak bermerek inilah yang menjadi solusi. Rasanya sih 11 12 dengan air bermerek jadi kami tak terlalu mempermasalahkannya padahal selisih harganya bisa 4x lipat! Dengan uang Rp 5000 kami sudah mendapatkan segalon air minum yang cukup buat kebutuhan 2 pekan. Depo air isi ulang pun kini terus semakin menjamur dimana-mana.
6. Warung sembako. Siapa yang tidak butuh Sembako? Dulu di sekitar rumah hanya ada 2 warung Sembako tetapi dalam tempo singkat kini sudah berkembang menjadi 6 dan semuanya sama-sama ramai! Padahal secara teori Matematika semestinya akan sepi semuanya. Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat membuat kebutuhan akan Sembako juga semakin meningkat. Tidak perlu takut dengan minimarket modern karena pada dasarnya ceruk pasarnya masing-masing berbeda. Warung sembako menawarkan fleksibilitas yang tidak dimiliki minimarket. Bisakah anda membeli gula 1/4 kg di minimarket? Takkan pernah bisa. Artinya dengan uang berapapun yang kita miliki kita tetap akan bisa mendapatkan sesuatu di warung Sembako. Beda dengan saat ke minimarket mesti pikir-pikir dulu uangnya cukup atau tidak. Di warung sembako juga menjadi ajang untuk bergosip ria bagi para emak-emak yang tidak bisa dilakukan di minimarket.
7. Bengkel mobil. Kalau dulu sangat jarang melihat rumah warga desa yang ada mobil di depannya tetapi sekarang sudah menjadi pemandangan lumrah. Yang unik walaupun tidak memiliki garasi mereka masih tetap memaksakan diri untuk memiliki mobil apalagi ditambah dengan kegagalan pemerintah membangun transportasi publik yang nyaman, murah, dan aman. Mobil bukan hanya sebagai alat transportasi tetapi memiliki fungsi lain yang jauh lebih besar yaitu sebagai simbol kesuksesan dan kemapanan pemiliknya bagi masyarakat kita tak peduli setiap hari cuma makan nasi sama garam asal bisa menyisihkan uang buat membeli atau mencicil mobil. Semakin banyak mobil berarti akan memerlukan lebih banyak bengkel karena kendaraan bermotor dimanapun pasti akan memerlukan perawatan rutin dan perbaikan jika ada yang rusak. Tidak setiap pemilik mobil memiliki pengetahuan memperbaiki kerusakan kendaraannya bahkan kalaupun tahu juga belum tentu memiliki peralatannya.    
8. Service hape. Hape atau smartphone semakin lama semakin canggih tetapi banyak yang tak sadar itu berarti juga semakin rentan atau rawan rusak atau rewel. Tergantung tingkat kerusakannya terkadang membeli yang baru masih jauh lebih murah dibandingkan dengan memperbaikinya tetapi tidak semua masyarakat memiliki pemikiran yang sama. Tetap masih banyak yang lebih suka untuk memperbaiki smartphone mereka yang rusak atau rewel walaupun mereka tahu jika membeli yang baru adalah solusi terbaik. Bahkan terkadang sekedar melakukan hard reset saja banyak yang tidak tahu. Maklumlah masyarakat kita paling malas kalau disuruh mencari-cari info kesana kemari walaupun sudah ada mesin pencari yang sangat membantu. Mereka maunya yang serba instan langsung matang dan itupun masih minta dicekoki alias disuapi. Ini adalah peluang besar bagi yang suka servis-servis smartphone. Buktinya saya sering sekali diminta bantuan untuk melakukan hard reset, flashing, dll (gratis sih) walaupun tidak semua saya terima. 
9. Pedagang/tengkulak hasil bumi. Tidak ada pedagang hasil bumi termasuk sayuran yang hidupnya tidak seperti sultan. Contohnya sudah terlalu banyak. Mereka sebenarnya bukan pedagang tetapi hanya menampung hasil panenan para petani lalu ada pedagang khusus yang mengambilnya. Berkat usahanya ini bulik istri saya langsung menjadi OKB dalam tempo 5 tahun saja sehingga bisa membeli rumah, tanah, motor, dan mobil baru. Salah satu tetangga yang berprofesi ini juga kini memiliki kekayaan uang milyaran rupiah di rekening banknya. Para petani akan selalu membutuhkan para pedagang hasil bumi ini karena berkat para pedagang ini petani bisa memperoleh uang dengan cepat kapan saja.  Pedagang juga bisa sepenuhnya menentukan harga. Resiko dan kerugiannya nyaris tidak ada.
10. Toko pertanian. Petani selalu memerlukan saprotan atau sarana produksi pertanian seperti pupuk, benih, mulsa, dan pestisida. Dulu di desaku tidak ada toko pertanian tetapi kini ada 4 toko dalam waktu singkat. Bukti bahwa usaha ini cukup menjanjikan. Bahkan yang unik para petani kadang rela membayar di atas HET agar bisa mendapatkan barang seperti pupuk contoh harga pupuk urea Rp 90 ribu/zak tetapi banyak petani yang rela membelinya Rp 100 ribu/zak asal mendapatkan barang. Kalau toko-toko jenis lain harus berjuang mendapatkan pelanggan maka sebaliknya pelangganlah yang harus berjuang untuk mendapatkan barang di toko pertanian. Kurang enak apa coba?! Tinggal duduk manis saja pelanggan sudah berebutan datang sendiri. Tidak perlu iklan, tidak perlu keliling kesana kemari, tidak perlu susah payah. Bahkan terkadang seperti pestisida bisa memakai sistem konsinyasi dimana si penjual tak memerlukan modal sama sekali untuk membelinya. 

No comments:

Post a Comment