Monday, September 24, 2018

Penipuan Jasa Travel Haji/Umroh


     Sungguh menarik belakangan ini dengan hadirnya sebuah fenomena menjamurnya agen travel umroh dan haji. Maklumlah siapa sih muslim yang tidak ingin berhaji atau umrah? Yang sudah berhaji saja masih ingin kembali ke tanah suci berkali-kali. Berhaji lebih sekedar menjalankan ibadah tetapi sekaligus juga dapat menaikkan status sosial seseorang. Beberapa waktu lalu saat mengobrol ada satu teman yang menyajikan sebuah cerita menarik. Kisahnya sewaktu dia lupa memanggil nama tetangganya yang seorang haji tanpa embel-embel gelar pak haji di depannya. Akibat insiden itu tetangganya marah dan tersinggung. Begitulah memang kenyataan yang ada di kalangan masyarakat kita sekarang ini. Tidak peduli shalat bolong-bolong, malas zakat, dan malas puasa yang penting harus berhaji! Ibarat anak sekolah yang penting lulus, masa bodoh dengan PR, tugas, ataupun ujian sekolah.
     Sayangnya jasa travel dan haji telah dinodai dengan sebuah kasus fenomenal penipuan First Travel dan belakangan Abu Tours. Kalau First travel saya tidak begitu kaget karena pada dasarnya juga tidak begitu mengenal banyak tetapi Abu Tours inilah yang cukup membuat saya tersentak. Pasalnya Abu Tours ini kelihatan dikelola dengan sangat profesional. Pertama kali saya kenal Abu Tours ketika menyelenggarakan lomba blog tahun 2017 lalu yang sempat saya ikuti. Akun-akun medsosnya juga
Lomba blog Abutours 2017 dulu
sangat (atau terlalu?) aktif (sehari bisa beberapa pos) dan kebanyakan pos-posnya berisi tawaran menggiurkan untuk menjadi agen mereka dengan iming-iming yang saya ingat salah satunya adalah gratis umroh (sayang akun IG-nya sudah diprivate sekarang). Mereka juga pernah menyelenggarakan kuis-kuis berhadiah bagi para followernya. Usai lomba blog mereka bahkan masih mengadakan lomba video yang hadiahnya uang Rp 150 juta. Karena saya memang tidak begitu bisa membuat video maka saya kemudian tidak mengikuti lomba ini. Sampai kemudian saya unfollow akun-akun medsos mereka yang menurut saya terlalu banyak iklan dan iming-iming hingga kemudian tahun ini baru saya tahu jika mereka terlibat kasus penipuan.
     Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Abutours ini hanyalah sebuah gunung es. Artinya ada kemungkinan masih banyak “Abutours-Abutours” lain berkeliaran di luar sana. Ini saya curigai juga telah menimpa kedua orang tua saya. Tahun 2012 orang tua saya mendaftar haji dari Surabaya dan semua administrasi yang mengurus adalah adik saya yang tinggal di sana. Alasan mendaftar dari Surabaya katanya supaya lebih cepat berangkat dibandingkan jika mendaftar di kota kecil seperti Jember. Kata adik, dia sudah kenal dengan salah satu pegawai Depag di Surabaya (abah XXXX) yang akan mengurus semua administrasinya hingga berangkat nanti.  Setelah mendaftar konon katanya 2016 akan langsung diberangkatkan. Wuih cepet banget, cuma 4 tahun langsung berangkat padahal dengar-dengar bisa belasan tahun menunggu. Waktu orang tua saya tanya lebih jauh ini kategori haji reguler atau plus? Orang tua saya menjawab “Reguler Plus”. Menurut mereka, ini kategori “khusus” dimana waktu berangkatnya bisa lebih cepat dari haji reguler (walau tidak secepat plus) namun dengan ONH lebih kecil dari plus (kalau tidak salah ONH-nya reguler tetapi masih nambah beberapa juta). Mungkin ini haji kategori “paket siluman” kali ya?
     Sampai kemudian tibalah tahun 2016 dan hasilnya orang tua tidak jadi berangkat entah dengan alasan apa dan entah diundur sampai kapan lagi juga saya tidak tahu. Yang ganjil lagi adalah semenjak orang tua saya mendaftar seperti ada masalah dengan jasa pemberangkatan haji ini. Ini terbukti dari intensnya orang tua dan adik berkomunikasi lewat telepon. Saya tidak begitu jelas apa yang mereka bicarakan namun saya tahu dari nada dan kalimat-kalimat orang tua bicara seperti memang ada yang tidak beres. Saya tidak berani mengorek lebih jauh karena dikira nanti saya terlalu banyak campur tangan. Bisa ada perang saudara 40 hari 40 malam kalau saya nekad campur tangan. Apapun yang terjadi tentu saya harus percaya dengan saudara sendiri.
     Yang menarik lagi adalah sejak saat itu orang tua saya mengalami masalah dengan kredit bank. Sewaktu mereka akan mengambil kredit di sebuah bank di sini, pihak bank mengatakan bahwa orang tua saya tidak bisa mengambil kredit karena setelah dicek di data BI ternyata mereka sudah memiliki kredit di sebuah bank di Surabaya. Padahal secara logika sangat tidak mungkin orang tua mengambil kredit di sebuah bank di Surabaya karena mereka jarang sekali ke Surabaya (paling juga cuma 1-2 tahun sekali) dan itupun biasanya hanya sebentar (2-3 hari). Lagipula orang tua saya juga tidak memiliki KTP Surabaya lantas bagaimana bisa mengambil kredit di sana?  Selain itu anehnya mengapa orang tua capek-capek cari kredit ke Surabaya? Di sini ada banyak sekali bank yang mau kasih kredit dan orang tua saya juga sudah punya track record yang bagus di bank langganannya selama ini. Akhirnya pihak bank di sini membuatkan surat pernyataan jika memang orang tua tidak memiliki kredit di bank lain dan memintanya untuk menandatanganinya. Saya tahu data di BI kecil kemungkinan keliru jadi saya yakin entah bagaimana data orang tua saya telah disalahgunakan atau mungkin orang tua saya telah teken sesuatu yang tidak mereka pahami atau ketahui di sana. Yang jelas kejadian ini terjadi persis setelah mereka mendaftar di jasa haji di Surabaya itu. 
     Ya bisnis jasa travel umroh atau haji memang menggiurkan dan takkan pernah mati sampai kapanpun namun sayangnya manisnya bisnis ini telah membuat banyak pengusahanya lupa diri bahwa uang yang mereka terima adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan baik. Anda, para pengusaha tidak tahu bagaimana susahnya para pelanggan anda berjuang keras mengumpulkan sen demi sen dari hari ke hari dengan sebuah harapan suatu hari nanti bisa berangkat ke tanah suci.  Hukuman penjara seumur hidup pun saya rasa tidak akan pernah cukup untuk menebus semua kesalahan Anda yang telah menipu banyak calon jamaah.  Jangan kau manfaatkan lemahnya hukum di negara ini hanya untuk sekedar mencicipi sedikit manisnya dunia yang pada akhirnya pasti akan kau tinggalkan nanti.

Sumber foto: detiknews.

Friday, September 14, 2018

Kisah Pribadi Mendapatkan Green Card


     Semakin susahnya mendapatkan kehidupan yang layak di Indonesia membuat saya berpikir untuk memulai hidup baru di negara orang sejak dulu. Apalagi ada salah satu teman yang dulu pernah kerja di Amrik sono sekitar awal tahun 2000. Ceritanya sudah jelas jika hidup di Amrik sono memang lebih menjanjikan dibandingakn di negara ini sampai-sampai ada istilah American Dream. Kalau kata teman saya itu American Dream itu adalah UANG! Tak pelak memang sejak bekerja di sana teman saya itu bisa menabung uang dengan jumlah yang lumayan banyak yang takkan mungkin bisa diraihnya jika hanya mengandalkan kemampuannya di Indonesia. Padahal dia bekerja di sana juga boleh dibilang hanya bekerja kasar. Begitu pulang tahun 2005 lalu dia langsung membeli mobil baru walaupun sudah memiliki mobil lama. Dia juga sudah membeli sebidang tanah yang ditanami jati emas dan gaharu. Sisa uangnya masih cukup untuk membuat rumah besar, toko, dan mengisinya dengan berbagai barang dagangan. Padahal dia bisa bekerja di sana karena menyalahgunakan visa studinya dan bahkan sempat overstay. Saya kira dia adalah salah satu dari sekian juta imigran yang menyerbu Amrik dan mencoba meraih American Dream itu dan ternyata memang berhasil. Itulah mengapa (masih kata teman itu) banyak imigran gelap tetap tinggal di sana hingga hari ini.
     Nah saya pun juga ikut tergiur untuk bisa bekerja di sana tetapi bagaimana caranya? Ubek-ubek di internet ternyata supaya bisa bekerja secara legal di sana memang sangat sulit dan mungkin karena itulah banyak orang lebih suka menggunakan jalan pintas menjadi imigran gelap atau menyalahgunakan visa. Satu-satunya jalan masuk yang tersisa hanya lewat program diversity visa atau DVlottery yang diadakan setiap tahun (biasanya bulan Oktober-Nopember). Jika ingin mengetahui jadwalnya lebih pasti silahkan rajin-rajin akses situsnya. Jadilah sejak 2005 saya mencoba rutin ikutan setiap tahun memasukkan data-data ke formulir online di situs DVlottery. Akan tetapi namanya juga lotere ya sudah sangat jelas jika peluang menangnya kecil sekali apalagi setiap tahun saya percaya pasti ribuan orang Indonesia juga ikutan sementara kuotanya biasanya hanya beberapa puluh orang. Jika berhasil memenangkan lotere ini dan mengikuti semua prosedur yang ada maka peserta akan memperoleh greencard (GC). Dengan GC ini seseorang bisa tinggal di Amrik dan menjadi penduduk (PR atau permanent resident) di sana tanpa harus menjadi warga negara Amrik. Jadi jika kita memiliki GC ini kita tetap tidak kehilangan status sebagai WNI. Di amrik pemegang GC memiliki hak dan kewajiban sama dengan warga negara AS kecuali tidak bisa mengikuti PEMILU Amrik. Jadi jika anda memang berminat atau memiliki keinginan untuk bekerja dan tinggal di Amrik maka DVlottery ini layak dicoba. Ada yang mencoba sekali dan berhasil dan adapula yang berkali-kali seperti saya namun gagal terus. Sebenarnya sih masih ada jalan lain untuk memperoleh GC ini selain mengikuti lotere yaitu menikah dengan WN Amrik ataupun lewat sponsor tetapi tetap saja keduanya juga tak mudah.
     Akan tetapi yah rupa-rupanya Dewi Fortuna belum berpihak kepada saya. Meskipun saya sangat berharap bisa mendapatkan GC tetapi impian tinggalah impian. Hingga 2016 saya masih gagal memenangkan DVlottery sampai akhirnya 2017 saya sudah malas mau ikutan lagi. Karena itulah saya pun harus memupus keinginan untuk bekerja ataupun tinggal di sana. Apalagi sekarang maaf sejak Trump memimpin Amrik, menurut saya menjadikan Amrik semakin kurang menarik walaupun Amrik tetap bagus dan hebat secara ekonomi. Berlanjut ke pembahasan DVlottery. Jika anda terpilih maka anda akan menerima NL (Notification Letter) yang biasanya dikirim lewat pos. Di dalamnya ada berbagai dokumen yang harus anda lengkapi untuk dikirimkan kembali. Setelah itu jika lolos masih ada proses berikutnya yaitu wawancara di Kedubes Amrik. Jadi jika peserta memenangkan DV tidak secara otomatis akan dijamin langsung bisa mendapatkan GC. Masih ada sejumlah proses yang harus dijalani dan itu cukup memakan waktu bisa sampai bertahun-tahun lamanya.
     Oya saat memasukkan data-data di dalam formulir online di situs DVlottery pastikan untuk memasukkan data yang sebenar-benarnya. Jika anda sudah berkeluarga, kesempatan menang bisa diperbesar dengan memasukkan pasangan hidup ke dalam formulir terpisah. Seandainya pasangan anda menang maka anda mendapatkan GC turunan yang sama fungsinya dengan seperti yang dimiliki oleh pasangan. Selain data, peserta juga diharuskan mengupload foto diri dan anggota keluarga lainnya. Nah untuk ini perlu perhatian khusus karena ada aturannya seperti ukuran file, resolusi, dll dan bahkan untuk bayi atau anak juga ada aturannya. Usahakan untuk membuatnya di studio foto dengan kamera profesional untuk menghasilkan foto yang benar-benar kelihatan profesional. Jika memotret sendiri biasanya masih ada kelemahan seperti bayang-bayang di belakang yang sukar dihilangkan. Yang pasti uploadlah foto yang benar-benar asli dan jangan diedit sama sekali. Aturan untuk foto yang akan diupload biasanya sudah dijelaskan di situs tersebut dengan sangat detil. Ada baiknya anda terlebih dahulu membacanya dengan teliti. Untuk mengisi formulir online ini sebaiknya isilah pada awal-awal periode karena jika menunggu the last minute ada kemungkinan situs akan lemot karena terlalu banyak yang mengakses. Begitu selesai mengisi formulir jangan langsung ditutup tetapi catatlah nomor entry anda untuk mengecek apakah anda memenangkan lotere ini atau tidak tahun depan. Ini penting karena bisa saja NL anda nyantol entah dimana saat dikirim lewat pos. Yang pasti GC ini berlaku seumur hidup selama anda tidak meninggalkan Amrik dalam tempo yang lama.  Akhir kata kalau ada yang salah silahkan dikoreksi, nanti akan saya update langsung di sini. Silahkan dicoba dan semoga anda beruntung, kawan!

Friday, September 7, 2018

Kelakuan Buruk Para Pengguna Jalan Di Indonesia (I)

1. Tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri dan sesama pengguna jalan. Menjaga keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan lain adalah aturan yang paling dasar sebelum seseorang memegang atau menjalankan kendaraan. Sayangnya kenyataan di lapangan membuktikan aturan yang paling dasar ini pun banyak orang yang sudah tidak mempedulikannya. Kalau sudah begini tidak peduli seaman apapun teknologi alat dan sarana transportasi dirancang tetap akan sia-sia belaka. Orang-orang seperti ini menurut saya sama buruknya dengan teroris yang sering menghancurkan tempat-tempat ibadah. Kita selalu takut dan menghindari teroris tempat ibadah tetapi sebenarnya di jalan kita malah sering menjumpai teroris-teroris jalanan ini. Coba dalam setahun berapa jumlah korban akibat teroris tempat ibadah jika dibandingkan dengan teroris jalanan? Angkanya pasti jomplang tapi anehnya kita lebih takut dengan teroris tempat ibadah. Oleh sebab itu saya sangat setuju jika pihak POLRI akan menerapkan tes psikologi kepada para pemilik SIM saat perpanjangan jika tujuan utamanya untuk menyaring orang-orang yang tidak peduli dengan keselamatan bersama. Asalkan tes ini benar-benar diterapkan sungguh-sungguh dan bukan cuma formalitas. Sayangnya tes ini memiliki sebuah kelemahan besar yaitu hanya bisa dilakukan untuk orang yang memiliki SIM. Lantas bagaimana dengan pengendara yang tidak memilikinya? Otomatis mereka takkan bisa dijaring. Padahal jumlah pengendara yang tidak memiliki SIM sangat banyak di tempat saya. Entah di daerah lain apakah demikian atau tidak. Bahkan saudara ipar seorang mahasiswa yang kuliah di kota selama bertahun-tahun aman-aman saja melenggang setiap hari menempuh jalan raya tanpa memiliki SIM sama sekali. Uniknya dia sama sekali tidak pernah tertangkap razia. 
     Kejadian ekstrim yang pernah saya dengar sendiri adalah kecelakaan besar yang terjadi beberapa tahun lalu di dekat terminal bus Ambulu. Saya tidak menyaksikan langsung hanya mendengar dari beberapa orang yang sudah menyaksikan sendiri langsung. Saat itu ada sebuah truk bermuatan jagung berlebihan yang ambruk menimpa motor di sampingnya. Dua pemuda pengendara motor langsung meninggal di tempat tertimpa jagung entah berapa ton. Jagung juga menimpa sebuah lapak tukang cukur di pinggir jalan hingga hancur. Si sopir melarikan diri tetapi tertangkap beberapa hari kemudian. Ini adalah satu contoh teroris jalan yang menurut saya patut dihukum berat karena sudah tidak mempedulikan keselamatan pengguna jalan lain. Kalau ditanya paling juga jawabannya itu karena sedang sial padahal sudah jelas-jelas itu karena kecerobohan dan kedunguannya telah melakukan pelanggaran aturan.  Sekarang saya tidak perlu menunggu 1-2 jam, cukup beberapa menit saja berkendara maka saya pastikan akan bisa bertemu dengan minimal satu pengemudi berkelakuan buruk di jalanan.
     Pernah suatu pagi saat sedang joging melewati jalan sempit dari arah depan sebuah mobil melaju kencang. Saya pun dengan cepat melompat keluar jalan karena saya yakin jika saya masih bertahan di atas jalan maka mobil itu akan pasti menyerempet saya. Begitu pula pernah suatu pagi saat sedang mengantar makanan buat pekerja di ladang, ketika melewati sebuah jembatan sempit mendadak dari arah depan sebuah motor dengan kencangnya belok kanan langsung masuk  ke jembatan dimana saya sedang berada di atasnya. Masalahnya adalah motor itu membawa gerobak berisi daun tembakau sehingga memenuhi jembatan yang sudah sempit sekali. Saya yang sudah berada di atas jembatan duluan jadi bingung, maju salah mau mundur tidak bisa. Eh si pengendara gila itu masih nekad juga merangsek maju sehingga saya terpaksa mepet ke pagar jembatan di sisi kiri. Rupanya bukan cuma gila tapi pengendaranya juga sembrono. Di atas gerobak dia sembarangan mengikat tali dari bahan ban. Tali itu pun kemudian menyangkut di tuas rem motor saya. Saya pun kemudian hampir terseret tapi buru-buru saya berteriak. Dia pun menghentikan aksi gilanya itu dan saya pun berusaha melepaskan tali dari tuas rem. Untung bisa. Kalau tidak saya pasti jatuh di atas jembatan. Eh bukannya meminta maaf tapi pelaku kemudian langsung kabur. Indonesia banget gitu loohh... Pernah juga saya naik motor dan di kanan ada mobil parkir di jalan yang memang sudah sempit. Eh di depan ada motor masih nekad menerobos masuk ke jalur saya. Kontan saya membunyikan klakson berulang ulang tetapi entah setan apa yang sedang merasuki pengendara itu dia masih nekad juga dan hasilnya menyerempet tuas rem dan kaki istri saya. Yang saya ceritakan ini baru satu contoh kecil dan sebenarnya masih banyak kisah-kisah lain yang akan sangat panjang sekali jika ditulis. Intinya jalan raya sekarang sudah dipenuhi oleh orang-orang gila yang sama sekali tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan lainnya.  Sudah tidak ada bedanya antara hutan rimba dengan jalan raya saat ini. Akan tetapi anehnya masih banyak orang yang menyukai berlama-lama di jalanan. Semakin hari jalanan semakin berbahaya. 
2. Suka menggunakan klakson seperti orang gila. Pada suatu hari saat menemui sebuah perempatan di depan ada motor yang membawa kotak besar sedang berputar-putar. Jelas kalau saya mendekat maka saya akan tersenggol. Makanya saya menjaga jarak dengan cara memilih posisi agak minggir ke kiri. Mendadak di belakangan ramai klakson seperti suara bus. Saya heran bagaimana bus bisa lewat jalan kecil begitu? Saya pun menoleh rupanya seorang pengendara motor Sup*a X marah-marah kepada saya karena saya dianggap menghalangi jalannya yang akan belok ke kiri. Saya heran apakah dia tidak melihat jika di depan saya sedang ada motor yang sedang melakukan manuver berbahaya? Ditambah lagi itu klakson motor mengapa dimodifikasi seperti suara klakson bus dan dibunyikan sangat berisik? Gak sekalian pasang sirine dan lampu strobo biar semua orang yang lain menyingkir dari jalan. Emang jalan moyangnya apa? 

     Banyak pengendara yang tidak menyadari bahwa menggunakan klakson berlebihan adalah salah satu bentuk pelanggaran lalu lintas. Pernah saya melihat pengendara motor mengklakson apa saja yang ada di depannya bahkan orang sedang duduk makan di warung bakso di pinggir jalan juga diklakson. Yang aneh saya pernah melihat sendiri seorang pengguna motor melewati jalanan sepi di tengah sawah yang tidak ada siapapun di situ dan anehnya dia masih membunyikan klakson seolah-olah di depannya lagi banyak kendaraan. Apakah dia sedang melihat jin atau tuyul duduk-duduk di tengah jalan? Klakson berlebihan bagi saya terkesan provokatif, tidak sabaran, dan semaunya sendiri. Sudah tahu jalan padat dan  sempit eh masih juga pakai klakson berkali-kali. Kadang juga lampu lalu lintas belum hijau (masih merah) yang belakang sudah klakson-klakson tak jelas. Apa kita yang ada di depannya disuruh menerobos lampu merah? Capede… Akan tetapi itulah kenyataan di lapangan sekarang. Klakson sudah seperti candu yang menimbulkan adiksi sehingga entah sedang dibutuhkan atau tidak orang ingin membunyikan klakson terus menerus di jalan. Mungkin banyak orang yang menganggap bahwa klakson adalah bentuk kecil dan sederhana sirine mobil DAMKAR atau ambulance sehingga ketika dibunyikan secara berlebihan maka sudah dikira memiliki kekuatan hukum yang sama dengan sirine. Cara berpikir yang ampun deh.

3. Mahal kasih lampu sein. Para pengguna kendaraan di Indonesia paling pelit kasih lampu sein. Jadi kalau di perempatan atau pertigaan saya harus tebak-tebak dahulu ini orang mau belok kanan kiri atau terus. Namanya juga tebak-tebakan kadang salah kadang benar tetapi tetap saja bikin tidak nyaman dan tidak aman. Padahal menurut saya menyalakan lampu sein tidak memerlukan banyak energi. Yang lebih parah adalah jika nyala lampu sein tidak sesuai dengan arah beloknya. Nyala sein ke kiri eh belok ke kanan atau sebaliknya kayak main tipu-tipu (ini bukan cuma kelakuan emak-emak saja lho). Ntar kalau ketabrak pasti nyalahin yang nabrak tapi anehnya mereka sendiri sudah kasih arah sein yang salah.
4. Menyalip pada marka tidak terputus. Marka yang tidak terputus sebenarnya mengingatkan pengendara agar tidak menyalip melewatinya karena jika dilanggar maka kemungkinan besar akan berbahaya. Akan tetapi selama ini saya menyaksikan jika pengguna jalan kita nyaman-nyaman saja saat menerobos marka tanpa putus ini. 

5. Menyalakan lampu jarak jauh secara terus menerus pada malam hari. Mungkin masyarakat kita sedang terjangkit penyakit SMS atau suka melihat orang silau. Sepertinya sebuah kebanggaan di negara ini orang-orang bisa membikin silau pengendara lainnya. Apalagi bisa sampai jatuh atau celaka pasti akan jauh lebih membanggakan lagi.
6. Ugal-ugalan. Kadang jalan udah sempit, rusak, dan padat eh masih saja nekad mengebut. Serempet kanan kiri tanpa mempedulikan keselamatan pengguna jalan lain. Di kampung saya ada salah seorang pemuda yang sudah sangat tersohor akan kelakuannya ini di jalan jika sedang mengendarai mobil. Begitu mengendarai mobil maka pemuda ini seolah melihat di depan adalah sebuah jalan raya yang kosong melompong bak di sirkuit balap. Saya pernah menyaksikan sendiri aksi ugal-ugalannya di suatu sore. Sayang saya tidak punya action cam buat merekam aksinya itu.
(Bersambung ke bagian II).













Pertarungan (Walls + Campina) VS Aice


     Daripada enggak ada yang ditulis nih saya coba menulis tentang pertarungan tiga raksasa es krim di tanah air. Ini terinspirasi dari seringnya anak saya membeli es krim. Kira-kira setahun belakangan ini muncul es krim merek Aice di kampung. Kalau sampai sekarang saya hitung total kira-kira ada 5 toko dan warung yang sudah menyediakan es krim merek ini. Bandingkan dengan pemain lawas Walls yang cuma 4 dan Campina 1 toko dan warung. Bukan cuma itu saja hampir semua anak sekolah jika membeli es krim selalu mencari merek Aice ini. Maklumlah selama ini es krim identik dengan mahal. Oleh karena itu tidak setiap anak mampu membelinya apalagi kebanyakan uang saku harian anak-anak SD paling cuma Rp 2000. Kedatangan Aice ini seolah mematahkan image es krim bertahun-tahun sebagai makanan lux di kampung. Artinya dengan uang Rp 2000 pun si anak sudah bisa menikmati es krim. Mungkin di tempat lain tidak berlaku demikian sih.
     Sebenarnya es krim bukan barang baru di kampung. Sudah bertahun-tahun lamanya Walls merajai dunia pereskriman di kampung. Jadi kalau beli es krim sudah pasti yang ada hanya merek Walls ini terkecuali kalau mau jalan agak jauh ke minimarket di sana ada Campina juga. Harga keduanya, Walls atau Campina menurut saya setali tiga uang bagi anak-anak kampung yaitu sama-sama mahalnya. Tak lama berselang muncul penjaja es krim keliling yang lagi-lagi didominasi Walls tetapi tidak mampu bertahan lama. Mungkin karena itulah, mahal, sehingga sepi pembeli. Ditambah kelakuan para penjual keliling yang menjual es krim tidak sesuai dengan harga katalog membuat konsumen jadi sering kecele (terlalu mahal). Akibatnya mereka banyak yang berguguran dan kalaupun ada yang tersisa boxnya sudah bukan berisi Walls lagi tetapi Aice (walau masih pakai box Walls).
     Selain murah Aice juga menawarkan bentuk-bentuk yang menarik. Yang paling mengesankan menurut saya adalah es krimnya yang berbentuk jagung yang tidak pernah saya jumpai pada merek-merek lainnya. Rasanya juga enak cuma kalau untuk varian jagung ini (dan satu lagi varian cokelat entah lupa namanya) yang agak saya kurang suka adalah terlalu manis. Jadi makan sebiji aja sudah eneg sekali. Coba kalau Aice mau menurunkan kadar manisnya sedikit saja. Yang paling lezat menurut saya adalah es krim rasa mangga karena terasa mangga beneran. Mungkin bahan utamanya dari puree mangga kali ya? Kelemahan Aice lainnya adalah belum tersedia di minimarket dan supermarket. Coba kalau sudah tersedia mungkin akan semakin menggilas Walls dan Campina. Atau mungkin ini memang strategi Aice untuk langsung mendekat kepada para calon konsumennya melalui toko dan warung? Ditambah belakangan ini Aice semakin getol mensponsori event-event nasional besar seperti Asian Games misalnya. 

Sunday, September 2, 2018

Kesan Pesan Asian Games 2018

     Hiruk pikuk Asian Games akhirnya telah berlalu. Suatu event yang luar biasa dan entah kapan lagi negara kita akan bisa menyelenggarakannya kembali. Jujur saja selama Asian Games saya jarang menyaksikan pertandingannya langsung. Saya lebih banyak membaca beritanya lewat medsos ataupun portal berita. Bukannya saya tak suka menonton pertandingan olahraga tetapi entahlah jika berhubungan dengan olahraga saya merasa lebih suka melakukannya daripada sekedar menontonnya. Kalau melihat pertandingan olahraga semisal atletik saya jadi gatal pengen ikutan walaupun saya tahu kalau saya bukan atlet pro. Tentu saja sensasi antara menonton dan melakukan sangat berbeda. Bagi yang sudah pernah terjun ke dalam sebuah pertandingan tentu akan bisa merasakan atmosfer panasnya sebuah kompetisi. Tidak hanya kekuatan, ketahanan fisik, kecepatan, dan strategi namun yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan mental. Inilah yang bisa membuat seorang atlet bisa menang. Secara perhitungan fisik semua bisa di atas kertas namun ketika mental atlet sudah jatuh atau motivasi menghilang maka saat itu pulalah kemenangan akan semakin menjauh. Itulah sebabnya banyak atlet yang bisa memenangi pertandingan saat diselenggarakan di kandangnya sendiri karena memang faktor mental inilah yang menentukan. Misalnya saja saat lomba lari mental akan langsung down begitu melihat pesaing ternyata bisa lebih cepat berlari. Begitu pula ketika energi sudah terkuras, kaki terasa seperti batu seberat 10 kg, mendadak pusing menyerang, cedera tiba-tiba kumat, atau tangan yang mulai diserang kram, seorang atlet akan dengan mudah menyerah.
     Olahraga tidak hanya membuat tubuh lebih sehat dan bugar tetapi juga mengajarkan seseorang untuk tidak mudah menyerah serta bersungguh-sungguh mencapai tujuan hingga peluit akhir dibunyikan. Olahraga juga menyadarkan kita semua bahwa penting untuk menjaga kejujuran dengan tidak berlaku curang serta sportif mengakui kelebihan lawan yang menang. Coba kalau seandainya pesan-pesan olahraga sungguh-sungguh diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka bangsa ini takkan perlu terus menerus dililit berbagai kasus korupsi karena pangkal korupsi sudah sangat jelas yaitu sikap tidak jujur.  Orang yang jujur pasti takkan berani melakukannya. Akan tetapi kalau melihat kenyataan kehidupan sehari-hari jauh lebih banyak rakyat kita yang justru ogah menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Masih banyak yang menganggap olahraga hanya kalau sempat saja dan kenyataannya selalu saja tidak pernah sempat. Semoga dengan usainya Asian Games ini ada sebuah kesadaran baru yang tumbuh di tengah rakyat kita tentang pentingnya menjadikan kegiatan olahraga sebagai bagian gaya hidup yang tak terpisahkan.  Buat para atlet yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa, saya tahu perjuangan kalian tidaklah ringan. Oleh sebab itu terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi kalian yang luar biasa kali ini. Kalah atau menang kalian tetap juara.



Saturday, September 1, 2018

Latah Pengen Punya Kamera DSLR/Mirrorless


     Istri saya beberapa waktu lalu telah memenangkan sebuah undian dengan hadiah kamera mirrorless. Tentu saja saya senang tetapi yang paling senang tentu istri karena dia sudah lama sekali menginginkannya. Di medsos istri pun memposting kamera yang baru saja diterimanya itu dan sontak hampir semua yang berkomentar sudah lama menginginkan kamera semacam ini. Saya cuma bisa ketawa dalam hati saja. Saya heran buat apa mereka menginginkan kamera seperti ini. Cuma buat foto selfie? Mungkin banyak yang berpikir bahwa kamera pro itu seperti kamera hape yang cuma buat selfie-selfie doang dan memang demikianlah kenyataannya. Setiap kamera ini dibawa adik-adik istri selalu saya memorinya penuh dengan foto selfie mereka.
Nah sekarang saya akan berbagi pengalaman setelah menggunakan kameran pro ini:
1. Berat. Jauh lebih ringan hape yang paling berat sekalipun. Udah gitu ukurannya gede enggak bisa dimasukkan saku. Pertama kali memakai kamera ini di sebuah acara festival jari jempol dan telunjuk saya kram karena terlalu banyak memutar-mutar lensa dan baru sebulan kemudian bisa pulih.
2. Ribet. Karena berat dan ukurannya gede itu jadi ribet bawanya. Kalau mau bawa harus menyiapkan tas khusus yang empuk. Pokoknya ribetlah.
3. Selalu bikin cemas. Takut jatuh, takut terbentur, takut tergores lensanya, takut kena debu, takut dibuat mainan, takut kena hujan, takut dicuri, takut kelihatan aneh, takut salah pakai,  dan masih banyak takut lainnya. Benar-benar tidak nyaman membawa kamera pro ini lama-lama.
4. Filenya gede-gede yang bikin memori cepat penuh. Itulah sebabnya saya paling jengkel kalau kamera ini cuma buat selfie karena bikin memori penuh. Ujung-ujungnya saya harus memilih dan membuangnya yang lumayan menyita waktu.
5. Pengoperasiannya relatif sulit. Terutama mengepaskan fokus dan parameter-parameter lainnya. Akibatnya kadang hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Banyak yang harus diperhatikan terutama yang membuat saya selalu kesulitan adalah pengaturan fokusnya yang sangat-sangat tajam.  Sangat berbeda dengan fokus kamera hape yang lemah. Kamera digital cenderung fokus pada satu titik atau bidang sempit sehingga bagian gambar di luar itu akan cenderung blur. Sementara kamera hape cenderung menangkap semua bagian obyek pada gambar. 
6. Hasil foto selalu bagus? No! Sering juga blur, gelap, atau buram. Malah sejujurnya saya belum pernah menghasilkan foto blur dengan kamera hape tetapi dengan kamera pro ini malah cukup sering. Semua memang tergantung the man behind the gun.
7. Tidak bisa asal jepret. Ya itulah karena akan bikin memori cepat penuh dan menguras energi baterai tetapi susahnya kalau yang tidak mengerti pasti hanya dipakai untuk jeprat jepret ngasal seperti kamera hape. 
8. Hobi mahal. Harga lensa, dan aksesoris lainnya bisa bikin kantong bolong 7 turunan. Sama sekali tidak menyangka jika hanya untuk menghasilkan gambar saja sebegini ribet dan mahalnya.  
9. Penyimpanannya ribet. Takut kena lembab atau jamuran soalnya dulu pernah punya kamera saku dan LCDnya berjamur.
10. Bukan cuma buat selfie. Kalau cuma selfie kamera hape jauh lebih praktis dan sudah mumpuni. Tidak perlu kamera pro seperti ini. Sayang sekali kamera jutaan rupiah cuma buat selfie-selfie doang. Malah kalau wajahnya berjerawat akan semakin kelihatan sekali jika menggunakan kamera pro.