Friday, September 7, 2018

Pertarungan (Walls + Campina) VS Aice


     Daripada enggak ada yang ditulis nih saya coba menulis tentang pertarungan tiga raksasa es krim di tanah air. Ini terinspirasi dari seringnya anak saya membeli es krim. Kira-kira setahun belakangan ini muncul es krim merek Aice di kampung. Kalau sampai sekarang saya hitung total kira-kira ada 5 toko dan warung yang sudah menyediakan es krim merek ini. Bandingkan dengan pemain lawas Walls yang cuma 4 dan Campina 1 toko dan warung. Bukan cuma itu saja hampir semua anak sekolah jika membeli es krim selalu mencari merek Aice ini. Maklumlah selama ini es krim identik dengan mahal. Oleh karena itu tidak setiap anak mampu membelinya apalagi kebanyakan uang saku harian anak-anak SD paling cuma Rp 2000. Kedatangan Aice ini seolah mematahkan image es krim bertahun-tahun sebagai makanan lux di kampung. Artinya dengan uang Rp 2000 pun si anak sudah bisa menikmati es krim. Mungkin di tempat lain tidak berlaku demikian sih.
     Sebenarnya es krim bukan barang baru di kampung. Sudah bertahun-tahun lamanya Walls merajai dunia pereskriman di kampung. Jadi kalau beli es krim sudah pasti yang ada hanya merek Walls ini terkecuali kalau mau jalan agak jauh ke minimarket di sana ada Campina juga. Harga keduanya, Walls atau Campina menurut saya setali tiga uang bagi anak-anak kampung yaitu sama-sama mahalnya. Tak lama berselang muncul penjaja es krim keliling yang lagi-lagi didominasi Walls tetapi tidak mampu bertahan lama. Mungkin karena itulah, mahal, sehingga sepi pembeli. Ditambah kelakuan para penjual keliling yang menjual es krim tidak sesuai dengan harga katalog membuat konsumen jadi sering kecele (terlalu mahal). Akibatnya mereka banyak yang berguguran dan kalaupun ada yang tersisa boxnya sudah bukan berisi Walls lagi tetapi Aice (walau masih pakai box Walls).
     Selain murah Aice juga menawarkan bentuk-bentuk yang menarik. Yang paling mengesankan menurut saya adalah es krimnya yang berbentuk jagung yang tidak pernah saya jumpai pada merek-merek lainnya. Rasanya juga enak cuma kalau untuk varian jagung ini (dan satu lagi varian cokelat entah lupa namanya) yang agak saya kurang suka adalah terlalu manis. Jadi makan sebiji aja sudah eneg sekali. Coba kalau Aice mau menurunkan kadar manisnya sedikit saja. Yang paling lezat menurut saya adalah es krim rasa mangga karena terasa mangga beneran. Mungkin bahan utamanya dari puree mangga kali ya? Kelemahan Aice lainnya adalah belum tersedia di minimarket dan supermarket. Coba kalau sudah tersedia mungkin akan semakin menggilas Walls dan Campina. Atau mungkin ini memang strategi Aice untuk langsung mendekat kepada para calon konsumennya melalui toko dan warung? Ditambah belakangan ini Aice semakin getol mensponsori event-event nasional besar seperti Asian Games misalnya. 

No comments:

Post a Comment