Tuesday, December 11, 2018

Berbagi Pengalaman Mendapatkan Pelayanan di Galeri Pelayanan Dipesduk Jember


     Artikel ini masih ada benang merah dengan artikel sebelumnya. Sebelum artikel ini saya tulis memang saya sudah melihat sendiri bagaimana pelayanan  Galeri di Roxy ini beberapa waktu lalu walaupun belum pernah mencoba sendiri merasakan pelayanannya. Seperti yang pernah saya tuliskan bagaimana “purbanya” pelayanan Galeri ini. Maaf jika saya menggunakan kata yang kurang pantas tetapi saya kira kata itu cukup mewakili kualitas pelayanan. Di era digital yang menuntut segalanya serba cepat dan mudah eh masih aja pakai antri-antri panjang macam begitu macam antri BBM jaman orde lama saja (1955). Padahal ini sudah tahun berapa? Akan tetapi hari ini (11-12-2018) saya melihat ada sesuatu yang sedikit berbeda yaitu ada kursi buat menunggu walaupun jumlahnya tidak seimbang dengan yang antri (seingat saya dulu belum ada). Jadinya sebagian penunggu harus rela duduk-duduk di lantai (karena bersandar di tembok tidak diperbolehkan sama pak SATPAMnya).
     Baiklah saya akan bercerita bagaimana kemudian kronologis hingga saya atau tepatnya kami (dengan istri) tiba di Galeri ini. Bulan Agustus 2018 lalu telah terjadi sebuah tragedi yaitu dompet istri hilang padahal di dalamnya ada KTPnya, ada kartu ATM saya, dan sejumlah uang (padahal itu uang kami satu-satunya). Dompet itu jatuh di pinggir hutan dan tidak sampai 10 menit kami pun kembali ke area dimana kira-kira dompet itu lenyap tetapi ternyata hasilnya nol. Dompet tetap hilang. Kami pun memasang pengumuman di sejumlah grup dan juga medsos siapa tahu ada yang menemukannya. Dengan adanya KTP di dalam dompet kami berharap sekali KTP itu bisa dikembalikan walaupun uangnya tak kembali. Akan tetapi apa yang terjadi? Ternyata malam setelah kehilangan memang ada si penelepon yang mengaku sudah menemukan dompet itu. Dia mengaku berada di Pati. Saya heran, Jember ke Pati kan sangat jauh tetapi cepat banget ya dompet itu terbang dari Jember ke Pati? Apa kira-kira dompetnya naik pesawat? Bisa saja sih tetapi keganjilan pertama adalah kok begitu mudahnya dia menemukan dompet di pinggir hutan? Apa dia seorang petualang alam gitu? Dia menemukan dompet itu tanpa uang dan cuma ada KTP. Lucunya dia masih meminta transfer sejumlah uang supaya dompet itu dikirim balik. Keganjilan kedua, sewaktu istri saya meminta menyebutkan nomor KTP yang berada di dalam dompet dia sama sekali tidak bisa menyebutkan. Skak mat deh! Yang lebih mengherankan lagi si penipu ini masih marah-marah sama istri lagi! Ah orang Indonesia banget gitu loh! Setelah itu tak berapa lama kemudian muncul lagi penipu ke-2 yang menelepon masih dengan modus sama yaitu telah menemukan dompet tetapi oleh istri langsung ditutup. Setelah kejadian itu maka cepat-cepat saya edit nomor telepon kontak di medsos sehingga jika ada yang memang benar-benar menemukannya maka saya sarankan untuk diberikan ke balai desa atau kantor polisi terdekat. Sungguh menyakitkan di saat ada orang sedang mengalami kesulitan bukannya membantu namun malah justru masih berniat menipu. Semoga orang-orang ini kelak disadarkan oleh Allah entah dengan cara apa.
     Akhirnya hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan tidak ada kabar juga dari si dompet. Kami pun berkesimpulan jika dompet itu memang telah raib. Kami hanya menduga jika si penemu sudah mengambil uang dan membuang KTP, kartu ATM beserta dompetnya. Mungkin si penemu takut disuruh mengembalikan uang atau entahlah. Kami pun harus segera mencari pengganti kartu ATM dan KTP itu. Langkah perdana adalah mencari surat kehilangan di kantor POLSEK. Awalnya kami cuma datang doang tanpa membawa dokumen apapun. Ternyata untuk mendapatkan surat kehilangan harus ada data pendukung. Kalau KTP harus ada KK dan begitu sebaliknya. Untuk kartu ATM harus ada buku tabungan. Kami pun pulang dan balik lagi beberapa hari kemudian ke kantor polisi. Ternyata satu surat hanya untuk satu macam dokumen yang hilang. Jadi kalau sampai ada 5 dokumen yang hilang maka akan ada 5 lembar surat yang berbeda. Syukurlah pelayanan di kantor POLSEK cepat.
     Sedikit out of topic, saya pun kemudian mendapatkan pengganti kartu ATM yang hilang di bank. Prosesnya cepat karena cuma menyodorkan KTP dan surat kehilangan langsung diganti deh itu kartu. Nah yang kemudian menjadi persoalan adalah si KTP istri ini. Istri mencoba mencari-cari info bagaimana supaya bisa mendapatkan KTP pengganti. Konon katanya ada aplikasi SIP Online yang bisa memudahkan mengurus dokumen kependudukan (tidak cuma KTP doang). akan tetapi ternyata aplikasinya memble alias tidak berfungsi dengan baik. Typical aplikasi pelayanan pemerintah yang biasanya cuma bagus di awal doang tetapi lama kelamaan jadi memble seiring waktu. Kami pun harus bersiap dengan plan B. saya mengusulkan jika sebaiknya mengurus lewat kantor kecamatan saja dengan alasan dekat dibandingkan dengan mengurus di Galeri di kota yang sangat jauh. Istri menolak dengan alasan pelayanan di kantor kecamatan sangat lamban. Dia berkilah kalau bisa sehari jadi ngapain harus menunggu sebulan atau setahun? Konon ada temannya yang mengurus akta lahir setahun baru jadi. Saya pikir masak sih bisa selama itu? Karena saya pernah mengurus KK dan akte lahir si kecil dulu 2 bulan juga sudah jadi dan menurut saya itu tidak lama. Lagian saya tak yakin kalau di Galeri sehari bisa langsung jadi. Proses pembuatan KTP langsung jadi yang pernah saya alami cuma di jaman Suharto dulu. Sudah lekat jika layanan birokrasi pemerintah identik dengan lambat dan berbelit jadi tidak ada gunanya jika kita mengharapkan cepat selesai. Istilahnya take it or leave it dan sebagai warga negara mau tidak mau kita harus take it. Prinsip saya dalam menghadapi birokrasi adalah ikuti saja permainannya! Enggak usah banyak berharap! Kalau mau cepat ya pakai PUNGLI atau suap tapi kayaknya sekarang dimana hampir semua urusan serba online akan semakin menyulitkan praktek PUNGLI ini. Birokrasi pemerintah ibarat naik becak jadi jangan berharap cepat. Bisa sampai tujuan dengan selamat saja sudah syukur banget. Si istri masih ngotot saja tetap menginginkan supaya pengurusan KTPnya dilakukan di Galeri di Roxy sementara saya bersikeras sebaiknya di kantor kecamatan saja. Akibatnya muncul riak-riak kecil antara saya dan istri karena masing-masing tetap bersikukuh mana yang terbaik. Situasi pun semakin memanas dari waktu ke waktu. Daripada pecah perang Baratayuda 40 hari 40 malam akhirnya saya mengalah menyetujui untuk melakukan pengurusan di Galeri sembari sekali mendapatkan kartu KIA buat si kecil.
     Sebelum berangkat istri mencari info lewat teman-temannya bagaimana tata cara pengurusan di Galeri. Yang utama konon harus berangkat sepagi mungkin! Nomor antrian mulai dibagikan pukul 7. Akhirnya hari ini tanggal 11 Desember jam 6 pagi kami sudah berangkat karena perjalanan ke Galeri sendiri memerlukan waktu 1 jam. Sampai di Roxy masih pukul 7 dan suasana cukup sepi. Pintu-pintu masuk Roxy sendiri juga masih tutup. Tempat parkir motor dan mobil belum dibuka jadi saya
nongkrong di pinggir jalan. Istri pun masuk lewat pintu sempit depan Roxy untuk mengambil antrian. Ternyata petugas yang membagikan antrian belum datang. Pukul 7.30 tempat parkir motor baru dibuka dan kalau mobil pukul 9. Jadi mending kalau mengurus pakai motor saja karena kalau mobil harus parkir di pinggir jalan depan Roxy sampai pukul 9 yang notabene ada rambu larangan parkir. Rupa-rupanya ada salah satu orang yang mungkin belum pernah datang kesini. Melihat Roxy masih tutup dia bingung mau masuk lewat mana dan jadilah nekad masuk dengan melompati pagar. Aksinya ini ketahuan bapak SATPAM dan langsung kena tegur. Begitu pula ada beberapa orang naik motor yang mau keluar dari Roxy tetapi terhalang pintu parkir yang masih tertutup karena memang belum beroperasi sepagi itu.  Mereka tertahan ada 1 jam sendiri di situ.
     Kami pun menuju sisi timur Roxy dan di sana kami mengantri secara “tak resmi” artinya mengantrilah dari arah utara ke selatan karena nantinya petugas berada di utara. Udara pagi mendung tetapi hawanya sangat panas bikin keringat bercucuran. Saya lihat yang antri sudah cukup banyak (mungkin 50 orang). Ada bahkan yang berangkat sedari pukul 5 pagi! Akhirnya pukul 8 datanglah 2 petugas pria yang memberikan nomor antrian. Ada yang mengeluh kecele karena mereka malah asyik mengobrol di utara gedung dan bukannya antri "tak resmi" di timur Roxy. Sesudah semua orang menerima tiket kami masih memiliki waktu 1 jam hingga layanan dibuka. Lumayan lama juga sementara kami terpaksa harus bertahan di halaman Roxy yang panas udaranya. Pukul 9 pintu Roxy dibuka tetapi Galeri sendiri masih tutup. Orang-orang di halaman pun masuk ke dalam Roxy yang lebih adem. Pukul 10 semua petugas datang dan 10 menit kemudian satu per satu
Antrian "tak resmi"
mulai dipanggil. Ada 4 macam layanan di sini yaitu loket 1 untuk akta (lahir atau kematian), 2 untuk KIA, 3 untuk KK, dan 4 untuk KTP. Lebih setengah jam angka di layar monitor antrian tidak bergerak. Saya lihat petugasnya seperti orang yang sedang menghadapi mobil mogok di tengah jalan yang ramai. Mereka sibuk menelepon kesana kemari. Feeling saya pasti ada yang tidak beres dengan komputer di depan mereka dan biasanya itu karena jaringan down. Saya pun kemudian dipanggil di loket KIA. Saya berikan semua dokumen dan mbaknya bilang jika kartu tidak langsung jadi. Feeling saya pun ternyata tidak meleset!! Jaringan internetnya memang down! Saya cuma diberi secarik kertas yang bertuliskan tanggal saya akan bisa menngambil kartu itu. Lah ini berarti saya harus bolak balik kesini lagi? O my god!! Speechless deh. Akan semakin banyak waktu yang harus saya buang lagi nanti buang ambil kartu KIA beberapa hari lagi. Setelah itu antrian bisa bergerak lebih cepat.
     Di bagian pengurusan KTP istri saya juga dipanggil tak lama kemudian tapi berhubungan jaringan down maka istri tidak mendapatkan apapun. Petugasnya cuma menyarakan untuk membuat surat keterangan pengganti KTP di kantor kecamatan. Nah lho??! Akhirnya endingnya urusan mesti balik lagi ke kantor kecamatan. Jadi buat apa sudah capek-capek datang kesini jauh-jauh sudah menghabiskan waktu tenaga dan BBM???! Kami pun kemudian pulang tiba di rumah pukul 13. Nyaris 7 jam sudah kami buang tapi tidak mendapatkan hasil apapun di Galeri ini! Benar- benar sangat mengecewakan sekaligus melelahkan!
     Kalau saya kaji sebenarnya keberadaan Galeri ini sudah OK-lah dalam membantu masyarakat mendapatkan layanan administrasi kependudukan tetapi tidak untuk semua orang. Artinya layanan ini lebih cocok diperuntukkan bagi warga dalam kota yang bekerja sibuk seharian sehingga hanya memiliki waktu malam atau sore untuk mengurus administrasi kependudukan (karena buka sampai pukul 21).  Untuk warga yang jauh dari lokasi mending mengurus langsung ke kantor kecamatan
terdekat daripada harus jauh-jauh datang kesini. Jadi kalau misalnya di kantor kecamatan terjadi gangguan atau hambatan maka tidak akan membuang waktu dan tenaga yang banyak. Kalau seluruh warga kabupaten yang jumlahnya jutaan orang maunya tumplek bleg di sini bisa dijamin bakalan overload yang ujung-ujungnya akan berdampak kepada menurunnya kualitas pelayananan. Biaya pengurusan memang gratis tetapi waktu yang terbuang setengah hari tidak bisa bekerja, waktu yang terbuang dalam perjalanan, menunggu, mengantri, biaya untuk membeli BBM, uang makan, dll kalau dihitung-hitung malah jauh lebih costly. Inilah yang pada akhirnya membuat PUNGLI tidak bisa dibabat habis. Orang akhirnya jadi berpikir lebih baik memberikan sejumlah uang kepada petugas asal dia tidak repot dan urusan lebih cepat beres.










Thursday, December 6, 2018

STOP Jual Beli Kucing Ras!!!


     Pagi ini ketika sedang membersihkan ladang jagung mendadak ada salah satu pekerja yang berteriak-teriak kepada saya. Kirain ada ular atau binatang apa tak tahunya dia menemukan seekor anak kucing berwarna hitam. Saya pun langsung mendekati kucing itu dan yang bikin kaget ternyata itu anak kucing Persia! Saya pun segera mengangkat tubuhnya yang basah dan memasukkan ke dalam karung besar. Kemudian saya pun melanjutkan kerja dan selama bekerja saya mendengar bapak berceloteh. Dia mengatakan bahwa kemarin siang memang ada seekor induk betina dengan 3 anaknya, 2 putih dan satu hitam di situ. Berhubung saat itu mendung tebal dan jelang hujan deras berpetir maka bapak tak sempat menyelamatkannya. Saya pun sudah mulai tak konsen bekerja karena memikirkan nasib si kucing. Saya kemudian mengubek-ubek ladang jagung yang becek mencari-cari induk dan anak-anak kucing itu tetapi sampai siang saya gagal menemukannya. Berarti anak kucing yang sudah saya temukan tadi itu sudah kehujanan semalaman di ladang?! Untung tidak mati! Padahal semalam hujan deras terus menerus. Rupa-rupanya si induk dan anak-anaknya terpisah. Saya yakin sekali jika si pemilik sudah membuang mereka. Sungguh orang bodoh dan tolol sekali membuang kucing dan anak-anaknya sembarangan di tengah ladang jagung jelang hujan.  Mana anak-anaknya masih kecil lagi (mungkin baru 2-3 minggu). Saya tidak yakin dua ekor anak kucing lainnya selamat. Kemungkinan besar mereka pasti akan mati kendinginan atau hanyut dibawa banjir. Saya benar-benar marah dan geram.
     Saya pun bawa kucing pulang tetapi masalah belum usai. Si kucing rupanya belum disapih jadi tidak bisa dikasih makanan padat dan yang jelas  tidak bisa diberi minum susu sapi karena akan menyebabkan diare. Saya jadi bingung. Jalan lainnya adalah dengan mencari ibu angkat. Saya coba cari-cari tetangga yang punya kucing sedang menyusui supaya bisa saya titipkan si anak kucing ini buat disusui. Kebetulan ada tetangga depan rumah dan saya pun lekas-lekas ke rumahnya. Pertama saya coba adaptasikan bau si calon anak kucing angkat dengan mengusapkan anak-anak kandungnya ke tubuhnya tetapi gagal. Si calon induk angkat menolak dan rupa-rupanya air susunya juga sudah kering karena anak-anaknya sudah mulai disapih semuanya. Terpaksa saya bawa pulang kembali si anak kucing. Saya pun mencari kandidat induk baru. Akhirnya setelah telepon kesana kemari bisa menemukan lagi satu induk tetapi sayangnya lagi-lagi gagal karena anak-anaknya sudah disapih sehingga air susunya sudah mengering. Saya jadi pusing dibuatnya dan repotnya tidak ada petshop di daerah saya yang menyediakan bahan-bahan kebutuhan anak kucing lengkap seperti susu anak kucing. Pesan online berarti harus menunggu 3-4 hari lagi terlalu lama. Apakah si kucing bisa menunggu?
     Ini bukan kali pertama menjumpai anak kucing dibuang. Makin hari makin sering saja saya menemui kejadian seperti ini dan ini menjengkelkan sekali. Pertama kalau memang mau membuang anak kucing buanglah di tempat yang ada penduduknya. Jangan dibuang di tengah sawah atau hutan. Akan tetapi jangan juga dibuang di pinggir jalan raya, bukan cuma membahayakan si kucing tetapi juga orang lain. Itu sama saja dengan membunuh mereka! Yang kedua buanglah jika sudah disapih agar si pengadopsi lebih mudah merawatnya. Pengalaman saya berulang ulang selalu gagal jika menyelamatkan anak kucing yang masih belum disapih. Ini menimbulkan dilema. Satu sisi jika dibiarkan mereka akan mati tetapi kalau saya adopsi juga pada akhirnya saya tahu si anak kucing juga akan mati. Akan tetapi jika sudah disapih sebagian besar selamat (asal awalnya memang sehat) karena bisa dengan cepat saya berikan makanan padat yang lebih mudah pemberiannya dibandingkan minuman susu. Yang ketiga carilah pengadopsi, jangan main buang kayak buang sampah saja! Kucing bukan sampah! Ada banyak orang yang mau mengadopsi jika mau sedikit usaha mencarinya. Kucing adalah sahabat manusia. Jangan sia-siakan mereka! Cepat atau lambat orang yang menyia-nyiakan sahabat pasti akan kuwalat.
     Belakangan ini memang sedang tren memelihara kucing ras di desa. Entah karena ikut-ikutan tren atau mau meningkatkan status sosial. Saya awalnya hanya heran apakah orang-orang ini tidak tahu betapa susahnya memelihara kucing ras? Kucing ras memerlukan perawatan lebih dan juga biaya yang lebih banyak.  Kucing ras lebih rentan terkena penyakit sehingga perlu divaksin. Kucing ras juga perlu disisir setiap hari (terutama bulu panjang) agar bulu yang rontok tidak tertelan yang bisa menyebabkan hair ball. Saya pecinta kucing sejak kecil tetapi saya masih jauh lebih suka memelihara kucing lokal dibandingkan kucing ras karena lebih “low maintenance”. Dugaan saya pun tak meleset! Akhirnya kucing-kucing ras ini pun menemui nasib tragis. Banyak yang kemudian dibiarkan terlantar atau mati mengenaskan. Ada kucing milik tetangga yang akhirnya tidak dirawat sehingga berkeliaran jauh dan sempat mampir ke rumah. Saya melihat tubuhnya penuh luka digaruk akibat gatal entah alergi atau kutu. Saya kasih makan dan oleskan obat gatal tetapi esoknya sudah pergi entah kemana. Beberapa kemudian melihatnya sudah berada jauh dari rumah saya. Saya kemudian tidak tahu bagaimana nasibnya. Ada juga milik keponakan yang mati karena sudah terlalu banyak kutunya.                STOP! Itulah yang ingin saya sampaikan sekarang. Bagi breeder stop melakukan penjualan kucing ras yang sudah over sekarang ini. Jangan hanya mementingkan uang doang! Pikirkan juga kesejahteraan si kucing yang anda hasilkan di tangan orang lain. Apakah anda yakin keluarga baru si kucing akan mampu memberikan kesejahteraan yang baik? Buat pembeli kucing berpikirlah seribu kali sebelum membeli kucing ras. Kucing itu mahluk hidup. Kucing bukan boneka. Kalau boneka begitu anda bosan bisa segera membuangnya ke tempat sampah. Kucing juga bukan cuma dinikmati bulunya yang halus dan indah. Jika tidak mampu memberikan kesejahteraan sebaiknya urungkan saja niat memelihara kucing atau jika masih ngotot pelihara saja kucing kampung.  

Update: 2 Januari 2019
     Balik ke kisah kucing yang saya temukan Desember lalu. Setelah menemukannya yang rupanya si kucing masih dalam usia belum disapih maka saya harus mendapatkan induk angkat. Target pertama adalah kucing betina saya yang baru saja melahirkan tetapi anaknya telah mati.  Seperti yang telah saya baca dari berbagai sumber maka saya harus membuat bau si anak kucing seperti calon induk angkatnya. Makanya saya elus-eluskan tangan ke calon induknya lalu ganti mengelus-elus si anak kucing. Rupa-rupanya cara itu gagal. Si calon induk menolak. Saya pun kemudian mencari-cari calon induk baru. Pertama ada tetangga yang juga memiliki induk kucing sedang menyusui anak-anaknya. Cara elus-elus itu saya pakai kembali dan hasilnya gagal total. Saya bingung mesti bagaimana lagi ini anak kucing dikasih makan? Akhirnya saya beri sedikit madu tetapi saya harus berusaha keras mencari calon induk baru lainnya.
     Sampai kemudian saya bertemu dengan kerabat yang memiliki induk menyusui. Saya langsung bawa si anak kucing ke rumahnya. Berhubung induknya lagi ngeluyur maka saya saya coba usapkan si anak kucing kepada anak-anak kandung calon induknya. Lagi-lagi keesokan harinya gagal total. Si calon induk menolak si anak kucing. Padahal saat itu saya melihat si anak kucing sudah sangat lemas karena tidak cukup mendapatkan makan. Cara lain adalah dengan membeli susu formula khusus anak kucing tetapi masalahnya beli dimana?? Petshop di sini saya yakin tidak akan ada yang menjual susu semacam ini. Ada petshop lengkap jualannya tetapi berada di tengah kota yang jauh. Beli OL pasti lama datangnya. Belum lagi ternyata pemakaian susu itu cukup merepotkan. Waduuhh... benar-benar memusingkan sekali! Saya benar-benar putus asa. Pasrah deh jika anak kucing ini harus mati.
     Di tengah keputus asaan itu saya mencoba kembali sekali lagi mengenalkan si anak kucing kepada calon induk angkat kucing saya. Kali ini bukan tangan yang saya usapkan tetapi langsung si anak kucing kepada calon induk. Ternyata ada keajaiban, si calon induk langsung menganggap si anak kucing itu sebagai anak kandungnya. Jadilah si anak kucing kemudian dipeliharanya. Benar-benar hero si induk angkat. Sebenarnya air susunya sudah tidak terlalu banyak tetapi dia terus menyusui si anak kucing. Hari demi hari berjalan BB si anak kucing tidak tambah-tambah juga tetapi paling tidak saya melihatnya masih bertahan. Maklumlah kondisi dehidrasi yang cukup parah ditambah kualitas dan kuantitas susu induk angkat yang minim membuat BBnya susah bertambah. Beberapa waktu kemudian saya melihat si anak kucing mulai makan makanan padat. Syukurlah dia sudah mau makan makanan padat. Harapan saya semoga BBnya cepat naik dan ternyata benar tak lama kemudian BBnya pelan tapi pasti naik. Dia pun sudah mulai bisa bermain dan berlarian kesana kemari. Sungguh ajaib dia bisa hidup hingga hari ini. Warna bulu dan matanya yang serba hitam membuatnya kami beri nama dia, si Gosong. 

Monday, December 3, 2018

Sudah Kodrat Manusia Hidup Untuk Merusak Alam Semesta


     Tulisan ini saya rilis hari ini (3 Desember 2018) dari kisah hidup saya sendiri selama ini. Saat seseorang sudah berumah tangga maka biasanya mereka akan membuat rumah sendiri terpisah dari orang tuanya. Sebenarnya sih sejak masih bujang saya sudah mampu untuk membangun rumah sendiri, tetapi saya cenderung menunda-nundanya. Alasan saya yang utama adalah membangun rumah akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pertama daya serap tanah akan berkurang makanya banjir di musim hujan dan kekeringan saat kemarau adalah hal yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Yang kedua akan semakin berkurangnya pasokan buah-buahan karena banyak pohon ditebang dan yang terakhir akan semakin berkurangnya cacing tanah dan kunang-kunang. Yang ketiga dengan berkurangnya jumlah pohon maka suhu lingkungan akan semakin panas.
      Bahkan walau sudah berumah tangga saya masih terus menerus menunda membuat rumah sendiri sampai akhirnya saya tahu bahwa saya sudah tidak mungkin untuk menundanya lagi. Hari yang saya takutkan itupun datang juga. Beberapa pohon dan tanaman yang sudah berusia belahan hingga puluhan tahun di pekarangan terpaksa dibabat habis untuk calon lokasi rumah. Sedih sekali rasanya melihat pohon-pohon itu tumbang semuanya. Saya tahu bahwa saya sudah membuat kerusakan nyata di muka bumi ini tetapi saya tidak memiliki pilihan lain. Ketika eksploitasi berbenturan dengan konservasi maka saya tahu jika eksploitasi akan selalu menang. Saya sadar mungkin memang sudah jalan hidup manusia harus dengan merusak alam semesta ini.  Teknologi yang digadang-gadang membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih baik namun di sisi lain sebenarnya memiliki sisi gelap laksana dua keping sisi mata uang yang akan cepat atau lambat mendorong ke arah kehancuran alam. Pada dasarnya manusia tengah membangun lubang kuburnya sendiri. Saya hanya bisa pasrah menghadapi semua ini.

Tuesday, November 20, 2018

Kelakuan Buruk Para Pengguna Jalan Di Indonesia (II)

Melanggar garis zebra cross (emak-emakkah?)

1.  Tidak mempedulikan kelas jalan. Suatu pagi saat sedang joging mendadak di belakang ada suara klakson keras. Saya pikir itu suara klakson penjual tahu karena biasanya memang seperti itu suaranya. Oleh karena itu saya asyik-asyik saja terus joging sampai kemudian saya merasa jika suara klakson itu mulai mengganggu saya. Saya pun menoleh dan jreng jreng sebuah bus sudah berada beberapa meter di belakang. Saya pun cepat-cepat melompat keluar jalan dan berdiri mepet pagar. Heran jalan sesempit itu kok bisa dilewati bus? Benar di depan ada pertigaan dan bus ini kesulitan belok karena memang jalannya terlampau sempit buat badan bus yang besar. Apa pengemudi bus itu tidak tahu kelas jalankah? Pernah juga dulu saat pulang wisata Wali 9 hari sudah malam bus yang saya tumpangi nekad melewati jalan yang sangat sempit padahal jalan masih ramai. Kalau berpapasan dengan motor maka si motor masih bisa keluar jalan dan mepet pagar tetapi kalau mobil maka terpaksa harus mundur dan belok di halaman rumah orang. Benar-benar tidak tahu aturan pengemudi semacam ini dan sialnya pengemudi seperti ini banyak sekali. Udah tahu jalan sempit masih saja memaksakan diri. Kalau diingatkan mereka sudah pasti tidak terima dan marah tetapi kenyataannya mereka sudah melanggar aturan lalu lintas.
2. Tidak menghormati pejalan kaki dan pesepeda. Nasib kedua pengguna jalan ini memang sangat tragis di negara ini. Sebenarnya pejalan kaki sudah disediakan trotoar tetapi toh tidak bisa digunakan karena trotoar sudah penuh pedagang kaki lima atau bahkan buat tempat parkir. Atau trotoar dalam kondisi yang tidak layak seperti banyak lubang atau material bangunan. Akhirnya mereka jalan di jalan raya sehingga rawan terserempet kendaraan plus bikin kemacetan makin parah. Setali tiga uang pesepeda juga sudah disediakan lajur sepeda tetapi kenyataannya saya melihat lebih sering digunakan sebagai lahan parkir. Kalau di luar negeri pejalan kaki dan pesepeda sangat dihormati tetapi di negara kita nasibnya justru sebaliknya. Ya mungkin ini karena pandangan sebagian masyarakat kita bahwa orang yang memakai sepeda adalah orang miskin. Memakai sepeda juga
Trotoar berubah menjadi lahan parkir
tidak bergengsi. Akan tetapi anehnya orang-orang Jepang, RRC, dan Belanda gemar memakai sepeda. Kalau begitu negara-negara itu termasuk negara miskin? Pernah dulu ada seorang kenalan yang mengatakan jika orang yang naik sepeda sama sekali tidak ada harganya. Wah, ternyata orang naik sepeda saja sudah dianggap sedemikian parahnya di republik ini. Saya juga lebih suka naik sepeda kemana-mana dan pernah suatu malam saat menghadiri sebuah acara selamatan, orang-orang yang hadir berkata dengan nada setengah sinis kepada saya yang telah naik sepeda. Saya cuma bisa tertawa saja melihat mereka yang diskriminatif.  Saya jelaskan juga mereka enggak bakalan mengerti, kalau saya biarkan saja mereka juga bakalan sinis terus tetapi saya lebih suka membiarkannya saja. Emang gue pikirin? 
3. Tidak menyalakan lampu di malam hari. Ini banyak sebab entah karena memang tidak mau menyalakan, lampu mati, atau tidak ada lampunya. Tidak menyalakan lampu di malam hari akan membuat kendaraan susah dilihat sehingga rawan tertabrak dan juga sudah pasti gampang menabrak. Saya heran dengan orang yang tidak mau menyalakan lampu di malam hari ini, apakah mata mereka sudah setajam mata kucing hingga tidak butuh lampu? Yang lebih unik lagi adalah biasanya yang tidak mau menyalakan lampu di malam hari ini adalah anak-anak muda plus mengebut di jalan raya. Apakah mereka sudah bosan hidup ya? Pernah suatu pagi saat sedang joging dan masih gelap saya hampir tertabrak. Dari arah belakang muncul suara motor tanpa lampu menyala, saya tahu jika saya terus berada di atas jalan maka saya akan tertabrak. Oleh karena itu cepat-cepat saya keluar jalan dan mungkin dalam jarak hanya 2 m si pengendara baru bisa melihat saya. Rupanya dia kaget dan banting setir ke kanan. 
4. Melawan arus. Ini budaya berlalu lintas yang sudah sangat-sangat umum. Aturan dasar pembagian jalur kanan dan kiri saja para pengguna jalan kita banyak yang tidak menaatinya. Banyak yang dengan sangat nyamannya naik di jalur kanan alias melawan arus. Susah benar menghadapi si pelawan arus ini, kalau kita terus maka kita akan menabrak tetapi kalau diam atau berhenti sudah pasti akan ditabrak. Mungkin dikiranya negara kita adalah Amrik dimana orang naik memang berada di jalur kanan?
5. Berjalan lambat di tengah. Pernah suatu waktu saya melihat ada pengendara motor naik pelan sekali di tengah jalan. Di belakangnya ada truk yang mau mencoba menyalipnya tetapi tidak bisa. Truk mencoba mengklakson berulang-ulang dan tidak dipedulikan. Apakah sekarang perlu dibalik saja, jalur cepat di kiri lalu jalur lambat di tengah? Perilaku mengemudi lambat di tengah akan menyebabkan kemacetan parah. 
6. Menerobos lampu merah. Biasanya ini saat lampu sudah menyala kuning tetapi tidak mau lekas berhenti namun malah mengebut atau memang dengan sengaja menerobos lampu yang sudah berwarna merah. Aksi ini sangat berbahaya padahal sebenarnya berhenti sebentar di area lampu lalu lintas juga tidak akan rugi-rugi amat.
7. Belok kiri harus selalu jalan terus. 
UU No. 22 tahun 2009 pasal 112 ayat 3. Pada persimpangan Jalan yang dilengkapi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Pengemudi Kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kecuali ditentukan lain oleh Rambu Lalu Lintas atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas. Sering sekali saya berhenti di sebelah kiri saat lampu lalu lintas menyala merah yang belakang sudah membunyikan klakson gak karuan memaksa lewat (+ marah-marah lagi). Padahal sama sekali tidak ada tanda yang memperbolehkan belok kiri jalan terus.  

8, Mematikan atau tidak mau menyalakan lampu motor di siang hari. Kalau motor-motor model lama memang masih bisa dihidupmatikan lampunya tetapi motor-motor terbaru sudah tidak bisa. Jadi begitu start mesin maka otomatis lampu akan menyala. Rupa-rupanya masih banyak orang yang menganggap menyalakan lampu di siang itu tidak ada manfaatnya sama sekali bagi motor dan malah hanya akan membuat bohlam cepat rusak. Padahal dengan menyalakan lampu angka kecelakaan bisa dikurangi karena tujuan utama menyalakan lampu motor adalah supaya mudah terlihat oleh pengendara kendaraan yang lebih besar. Gerakan motor sangat lincah sehingga sering tidak terantisipasi dan terlihat oleh pengendara mobil misalnya. Kecelakaan motor kadang disebabkan mereka tidak terlihat oleh pengendara mobil. Akan tetapi tampaknya orang-orang tidak kurang akal, mereka datang ke bengkel dan memberikan saklar baru sehingga lampu motor akhirnya bisa dihidupmatikan.
9. Tidak memasang spion atau hanya satu spion pada motor. Spion sangat penting untuk melihat situasi jalan di samping dan belakang. Jika tidak ada spion maka pengendara bisa terserempet atau tertabrak jika pindah jalur mendadak karena tidak bisa melihat kendaraan di belakang. Kalau cuma satu spion kan cukup? Tidak juga karena semua pengguna jalan harus bertanggung jawab penuh 360 derajat yang berarti tidak cuma di depan dan belakang tetapi juga di kanan dan kiri sehingga pemakaian spion ganda akan meningkatkan akurasi pandangan mata. Coba deh kalau salah satu mata kita pejamkan dan cuma bisa melihat dengan satu mata yang terbuka saja pasti tidak akan seakurat jika kedua mata terbuka.  
10. Mengebut atau tidak memberi kesempatan di ZOS (Zona Sekolah). ZOS atau Zona Sekolah adalah jalan di depan sekolah yang biasanya ditandai dengan aspal yang dicat merah. Di sinilah para siswa biasanya menyeberang. ZOS akan ramai saat siswa sedang pulang atau berangkat sekolah. Sudah seharusnya kendaraan yang lewat ZOS ini memperlambat laju atau berhenti jika ada siswa yang akan atau sedang menyeberang. Beberapa hari lalu ketika melewati ZOS ini ada sebuah mobil pickup putih di belakang saya dari arah utara. Begitu memasuki ZOS ada sejumlah siswa SMU yang akan menyebarang dari arah barat. Nih mobil bukannya memperlambat malah membunyikan klakson berulang ulang nan provokatif. Spontan para siswa yang berkerumun ngedumel dengan cukup keras (buktinya saya yang sudah di selatan masih bisa mendengarnya), "Mbokya dikasih kesempatan to, lik!" Kalau menurut saya memang pengemudi pickup itu sama sekali tidak tahu tata krama berlalu lintas. Akan tetapi inilah Endonesiaku! ZOS atau apalah apalah yang penting tancap gas terus. Kalau enggak mau minggir bakal dihajar klakson yang super provokatif. 

11. Memasang polisi tidur seenaknya. Tujuan pembuatan polisi tidur biasanya agar pengendara mengurangi kecepatan misalnya di kawasan pemukiman atau depan sekolah. Yang jadi persoalan sebenarnya banyak pembuatan polisi tidur ini dilakukan secara sembarangan misalnya terlalu tinggi atau curam sehingga justru berpotensi menyebabkan kecelakaan. Seharusnya segala bentuk perbuatan mengubah permukaan jalan raya harus mendapatkan ijin terlebih dahulu sehingga orang tidak bisa sesukanya membangun polisi tidur. Kalau sudah begini ini sama saja dengan menyelamatkan sejumlah orang tetapi dengan mengorbankan lebih banyak orang.
12. Tidak melihat ke belakang saat membuka pintu. Ini bisa menyebabkan kendaraan dari belakang menabrak pintu. Padahal sebenarnya tak ada susahnya hanya sekedar melihat beberapa detik ke arah belakang sebelum membuka pintu. 
13. Bentar-bentar menyalakan lampu Hazard. Menyalakan lampu Hazard tidak sesuai fungsinya hanya akan menimbulkan kebingungan pengendara lain. Ini orang mau belok kanan atau kiri? Selama ini banyak yang beranggapan jika seseorang sudah menyalakan lampu hazard maka secara otomatis dia sudah mendapatkan keistimewaan di jalan raya seperti mobil ambulans atau DAMKAR. Lah mana juga aturannya itu?
14. The Power of Emak-emak. Ini adalah tipe pengguna jalan yang paling saya takuti. Suatu pagi ketika joging di jalan sempit mendadak ada bunyi krak di  kanan saya. Sikut saya pun terasa nyeri. Seorang emak berjilbab hitam mengendarai motor dengan santainya melenggang. Rupa-rupanya si emak ini barusan menyerempet sikut saya. Saya pun berhenti sejenak untuk meredakan rasa nyeri. Jalan yang sempit dan padat membuat si emak nekad menyerempet saya. Eh mbokya berhenti sejenak sekedar minta maaf atau gimana tetapi malah seperti pura-pura tidak tahu. Padahal saya juga tidak akan bakal menuntut ganti rugi apapun. Coba kalau saya yang menyerempet emak-emak itu? Wah kasusnya bisa sampai ke MA mungkin dan nasib saya pasti akan berakhir di Nusakambangan. Kalau mau saya tuliskan di sini masih banyak lagi cerita betapa kebal hukumnya emak-emak di jalan raya yang pernah saya alami sendiri padahal di negara hukum seharusnya tidak ada satu warga negara pun yang kebal. Akan tetapi realitas membuktikan jika emak-emak adalah sekelompok warga yang memiliki kekebalan hukum di jalan dan ini jelas akan menakutkan pengguna jalan lain yang tidak kebal hukum seperti saya. Akhirnya jika bertemu emak-emak saya selalu berusaha untuk memprioritaskan atau menjauh sebisa mungkin supaya jika dia melakukan manuver di luar dugaan saya masih bisa menghindar. 


     Konon katanya tertib berlalu lintas adalah cermin budaya bangsa. Sekarang jika di jalan saja sudah tidak mau tertib lantas bagaimana budaya bangsa ini sebenarnya? Akan tetapi mungkin tidak tertib inilah yang menjadi ciri khas bangsa kita saat ini. Justru kalau budaya tidak mau tertib ini hilang maka ciri khas bangsa yang satu ini akan ikut hilang. Kalau perlu dibuatkan semacam "UU" untuk melindungi "tradisi-tradisi unik" ini agar tak punah. Sudah sewajarnya jika kita ikut melestarikan budaya tidak tertib berlalu lintas agar tidak punah.  Hidup Endonesia!!!














Pengalaman Membayar Pajak Kendaraan Bermotor


     Bulan ini (November) sudah tiba waktunya membayar pajak kendaraan bermotor. Berhubung banyak kesibukan maka saya terus menunda-nundanya hingga mepet. Nah kemarin pagi pun saya sudah berencana akan membayarnya di kantor pos. Tahun 2017 kemarin saya bayar langsung di drive thru kantor pajak (SAMSAT) tetapi berhubung jaraknya jauh dan tidak ada waktu maka kantor pos dekat rumah jadi pilihan. Awalnya saya berangkat ke kantor pos Ambulu pagi-pagi. Di sana bapak petugasnya bilang tidak bisa karena sedang trobel. Duh bingung nih mau bayar dimana lagi. Akhirnya saya menuju kantor pos Wuluhan. Saya kira trobel cuma terjadi di kantor pos Ambulu tetapi ternyata kantor pos Wuluhan juga bernasib sama. Padahal jarak kedua kantor pos itu lumayan jauh (10 km-an). Bapak petugasnya pun menyarankan supaya saya membayar di kantor bank Jatim Puger. Waduh, perjalanan ke Puger itu bisa memakan waktu 40 menit ngebut. Kalau santai bisa makan 1 jam! Jadi bingung. Akhirnya saya putuskan untuk membayar di kantor bank Jatim Puger.
Loket pembayaran pajak bank Jatim Puger


     Begitu tiba di Puger saya bingung mencari-cari dimana lokasi kantor bank Jatim. Saya tidak bisa melihat google maps karena lupa bawa mifi. Apalagi hape saya memang tidak memiliki paket internet. Hampir 10 menit putar-putar jari eh.. putar-putar kesana kemari. Akhirnya ketemu juga dengan kantor bank Jatim. Ternyata di sebelah baratnya ada ruangan khusus untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor. Ruangannya sangat kecil (mungkin hanya muat 10 orang berjejalan selain petugas 3 orang) sementara yang antri berjubel sampai ke luar. Lagi-lagi saya didera keraguan. Haruskah saya mengantri di sini? Di depan saya mungkin ada 20-30 orang sedang mengantri. Akan tetapi sudah kepalang tanggung jauh-jauh mana mungkin saya balik dengan tangan hampa. Untungnya di dalam ada AC yang lumayan bikin ruangan tidak terlalu panas walau penuh sesak. Jadilah saya ikut mengantri. Sekitar 30 menit antri baru nama saya dipanggil dan saya pun membayar. Total dua jam sendiri saya habiskan pagi itu hanya buat membayar pajak! Padahal itu membayar pajak lho bisa serumit ini. Dari dulu memang perkara bayar pajak kendaraan bermotor bukan perkara mudah alias sulit. Aneh padahal semestinya pemerintah senang jika semakin banyak orang yang mau bayar pajak tepat waktu. Saya melihat perluasan payment point pajak kendaraan bermotor selama ini masih setengah hati. Wajar sih kalau kemudian orang jadi tidak suka atau malas bayar pajak.  Mengapa urusan pembayaran pajak kendaraan selalu kelihatan dipersulit? Saya masih belum melihat revolusi pembayaran pajak kendaraan yang benar-benar bisa memudahkan pembayaran bagi wajib pajak. Slogan lawas birokrasi “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah masih terasa kental” sampai sekarang. Padahal ini membayar dan bukan mengemis minta bantuan!

     Pengalaman saya bayar di drive thru juga antri berjubel tidak karuan (mana petugasnya tidak ramah lagi) dan memakan waktu (mana jauh lagi sekabupaten cuma ada sebiji). Kelemahan Drive Thru juga kita harus bisa menunjukkan kendaraan yang sedang dipajakin.  Kalau punya kendaraan lebih dari satu bakalan merepotkan sekali! Ada juga mobil keliling tetapi jadwalnya juga tidak cukup sering. Per kecamatan paling cuma dapat 2x sebulan dan itupun jam kerjanya juga tidak panjang (hanya 4 jam/hari). Saya pernah melihat sendiri antrian juga berjubel di mobil ini. Kalau bayar di sini bisa-bisa berangkat pagi pulang lewat tengah hari. Di kantor pos enak sih tidak antri cuma tidak langsung jadi. Jadi mesti bolak balik. Pertama mendaftar lalu menunggu 2-3 hari baru bisa diambil. Ada juga para penyedia jasa pembayaran pajak kendaraan tetapi sayangnya saya punya pengalaman buruk dengan mereka. Pernah uang pajaknya sudah saya bayarkan tetapi mereka bilang belum dibayar. Mana tidak dikasih kwitansi lagi. Akhirnya saya ngotot dan mereka mau mengalah tetapi sejak saat itu saya ogah pakai jasa mereka lagi.  Dulu malah kalau bayar pajak harus menunjukkan BPKB segala yang jelas-jelas sangat menyusahkan. Mana kalau BPKB berada di bank maka harus minta surat keterangan di bank lagi. Luar biasa Indonesiaku! Merdeka!!



Drive thru Jember











Monday, November 19, 2018

Pantai Wisata Watu Ulo Yang Tidak Berkembang

Watu Ulo atau batu berbentuk ular

     Sewaktu masih kecil saya selalu kagum dengan pantai ini karena selalu meriah dan ada hotel kerennya (walaupun tidak pernah menginap disitu). Dulu di pantai ini sering diadakan event seperti pagelaran seni dan musik orkestra yang biasanya disponspori oleh perusahaan rokok (seingat saya GG). Bahkan kerabat kami dari kota-kota lain (Surabaya) sering datang sekedar untuk menyaksikan keindahan dan kemeriahannya. Biasanya kalau sudah berada di pantai ini kami kemudian menyeberang dengan melewati kaki bukit menuju pantai pasir putih (yang sekarang dikenal dengan nama Tanjung Papuma). Kami harus menyeberang saat air sedang surut karena jika sudah pasang maka jalan ini akan tertutup air dan tidak bisa dilewati. Maklumlah waktu itu jalan menuju ke pantai pasir putih itu belum bisa melewati hutan di atas bukit seperti sekarang ini yang sudah beraspal.
     Sayangnya seiring dengan pembangunan jalan melewati hutan di atas bukit yang menuju pantai Tanjung Papuma maka memudar pulalah kejayaan pantai wisata Watu Ulo ini. Orang-orang lebih suka langsung menuju ke pantai Tanjung Papuma yang lebih menarik. Mereka hanya lewat begitu saja di pantai Watu Ulo ini. Dulu sempat ada masalah bagi pengunjung yang akan menuju Tanjung Papuma karena harus melewati pantai Watu Ulo ini sehingga mereka harus membayar tiket ganda, satu tiket masuk ke pantai Watu Ulo dan tiket masuk ke Tanjung Papuma. Sampai kemudian masalah ini selesai ketika dibuatkan jalan khusus yang menuju pantai Tanjung Papuma dengan menyisir tepi perbukitan sehingga pengunjung yang hanya mau menuju Tanjung Papuma tidak perlu melewati pantai Watu Ulo.
     Akibatnya sudah sangat jelas popularitas Watu Ulo semakin nadir saja bahkan hingga detik ini. Terakhir saya melihat banyak gajebo sudah berantakan tak terurus. Yang mengenaskan adalah hotel Watu Ulo yang membuat saya kagum dulu kini hanya tinggal kenangan. Walaupun begitu sisa-sisa
bangunan hotel masih bisa disaksikan sampai sekarang. Yang cukup menyedihkan juga banyak penginapan di sekitarnya yang ikut gulung tikar.  Warung-warung makan di sekitarnya juga tidak berkembang padahal salah satu indikasi keberhasilan sebuah lokasi wisata adalah dilihat dari perkembangan jumlah penginapan dan rumah makan. Sungguh sayang sekali. Sebenarnya apa sih yang membuat pantai ini semakin tidak menarik:

1. Semata-mata hanya mengandalkan wisata alam. Kalau cuma ini yang dihandalkan tentu lama-lama orang akan bosan tanpa menghadirkan sesuatu yang baru. Dulu wisata ini ramai karena sering ada event-event diselenggarakan di sini. Sekarang hanya tersisa festival pegon yang cuma 1 hari sekali dalam setahun. Coba sekarang kalau misalnya dibuatkan waterboom atau tempat bermain untuk anak-anak saya yakin pasti akan dapat mendongkrak atau memulihkan popularitas pantai ini. Atau bagaimanalah coba dipikirkan kembali bagaimana menghidupkan kembali potensi wisatanya.
Eks hotel Wisnu

2. Tiket masuk yang overpiced. Tahun 2015 ketika tiket masuk ke pulau Merah (Banyuwangi) hanya Rp 5000, di sini seingat saya sudah mematok tarif lebih dari Rp 10 ribu. Akhirnya para warga Jember lebih suka lari ke pulau Merah walaupun jaraknya sangat jauh. Mungkin ada yang berpikir wong cuma selisih Rp 5000 aja? Kalau se-mobil ada 14 orang atau se-bus ada 50 orang coba hitung berapa total selisihnya? Signifikan bukan? Seharusnya PEMKAB Jember bisa mencontoh PEMKAB Banyuwangi yang memasang tarif wisata pantainya murah-murah. Apa gunanya jualan mahal kalau kemudian tidak ada yang mau beli?
3. Keamanan. Sewaktu mengobrol dengan petugas teluk Love, katanya di pantai Watu Ulo ini banyak preman berkeliaran. Saya tak mudah begitu saja percaya sampai kemudian membuktikannya sendiri. Memang benar kemudian saya betul-betul bertemu dengan seorang preman di pantai ini. Katanya preman ini akan mengincar yang datang sendirian atau berdua dan memang saya datang bersama istri saja saat itu ditambah suasana memang sedang sepi. Jadi jika anda ingin datang ke pantai ini sebaiknya datanglah dalam jumlah banyak pada hari libur yang ramai.
4. Jalan rusak terutama sisi selatan. Beberapa waktu lalu bahkan saya hampir jatuh gara-gara jalan rusak ini. Jalan aspal banyak berlubang-lubang ditambah pasir. 
5. Sampah di bawah pandan. Walaupun tidak sebanyak di pantai Payangan dan sepertinya sampah ini tidak pernah dibersihkan. Akan tetapi sebenarnya masalah sampah adalah masalah semua tempat wisata di tanah air karena orang-orang kita memang gemar membuang sampah semaunya dan pihak pengelola biasanya juga tidak mau ambil pusing. 
Saya melihat pantai wisata Watu Ulo ini seperti (maaf) hanya "sapi perahan" saja, diambil hasil tiketnya namun segala fasilitas dan promosi sudah tidak pernah dipedulikan lagi sampai detik ini. Sayang sekali...




Sunday, November 4, 2018

Aplikasi OVO Yang Menyebalkan


     Di suatu sore saat sedang berbelanja di H*permart entah mengapa aplikasi Ovo ini berulah. Saya baru tahu ketika mencoba memasukkan poin belanja ke dalam aplikasi. Usai scan QR di kasir entah mengapa aplikasi cuma muter-muter lama terus tanpa henti. Pelanggan di belakang saya pun mulai menggumam tak jelas karena kelamaan menunggu. Akhirnya saya meminta kasir untuk membatalkannya padahal tadinya saya mau bayar pakai Ovocash juga. Untung tidak jadi (saat itu pakai cash). 
Review pengguna OVO di Google Play Store

     Di luar pun masalah belum usai. Saat akan keluar saya coba scan struk parkir. Lagi-lagi aplikasi cuma muter-muter lama enggak jelas lama sekali. Saya scan berkali-kali sampai akhirnya ada notif pembayaran. Saya kira itu sudah berhasil tetapi yang aneh saldo Ovo saya tak berkurang. Akhirnya saya masukkan struk ke scanner parkir dan sial scanner parkir tidak mau mengenali. Terpaksa saya mundur dan lagi-lagi yang antri di belakang ngomel-ngomel tak jelas. Ada seorang sekuriti keluar dan menanyakan apakah saya sudah membayar di petugas parkir di atas. Saya jawab saya pakai Ovo bayarnya. Terus dia tanya lagi apa ada saldonya. Ya jelas adalah bagaimana bayar kalau enggak ada saldonya?? Si sekuriti cuma menyarankan saya menscan hingga bisa. Ah benar-benar gila nih aplikasi!! Daripada saya gila beneran gara-gara Ovo ini saya pun berniat bayar manual di petugas parkir di lantai atas. Ya sudah saya jalan kaki balik ke petugas parkir di atas. Anehnya pas dekat petugas itu saya scan lagi eh ada tulisan berhasil dan saldo berkurang. Benar-benar aplikasi yang menyusahkan dan merepotkan! Pantas saja di review pengguna cukup banyak yang memberikan bintang satu. Grup besar sekelas Lippo maaf ya kok cuma bisa membuat aplikasi kacangan macam begini? Yang jelas saat itu bukan koneksi masalah internetnya lho karena saya buka untuk aplikasi lainnya lancar-lancar saja. Yang saya herankan meski sudah mendapat review jelek dari banyak pengguna mengapa tidak ada perbaikan sampai sekarang? Promosinya aja digedein tetapi aplikasinya sering bermasalah dan bikin jengkel. Yang lebih buruk lagi OVO kini agresif menggandeng banyak merchant. Tidak hanya Grab tetapi juga Tokopedia sekarang sudah menggunakan OVO. Saya yakin ini adalah blunder Tokopedia di masa depan telah bekerja sama dengan aplikasi yang sering bermasalah.

Tuesday, October 2, 2018

Hanyalah kepada Allah Seharusnya Kita Serahkan Semuanya


     Setiap orang yang hidup pasti pernah mengalami masalah entah ringan atau berat. Kalau masalahnya ringan sih bukan perkara besar tetapi bagaimana jika masalah besar? Kadang meskipun sudah berusaha sebaik-baiknya untuk menyelesaikannya masih saja masalah tak kunjung usai bahkan mungkin hingga seumur hidup. Sebagai manusia biasa kita pasti akan marah, kesel, atau bahkan sedih jika menghadapi situasi seperti ini. Akan tetapi bagaimanapun hidup harus terus melangkah. Kita tidak bisa berhenti di titik ini walaupun lelah sudah mendera dan beban semakin terasa berat.
     Apa yang harus kita lakukan kemudian? Kalau saya boleh mengibaratkan hidup ini seperti ketika kita membeli ponsel. Kalau kemudian ponsel yang kita pakai itu kemudian mendadak rusak atau tidak sesuai dengan yang kita harapkan apa yang akan kita lakukan? Mencoba memperbaikinya sendiri ataukah mengembalikannya kepada penjualnya. Kalau kita memiliki skill dan peralatan sendiri untuk memperbaikinya sih tidak masalah tetapi bagaimana jika tidak? Bagaimana jika ternyata kerusakannya sudah sedemikian parah? Akankah kita masih mencoba terus berusaha memperbaiknya. Kalau saya pribadi jika sudah tiba pada titik ini maka saya lebih suka untuk mengembalikan ponsel kepada si penjual. Biarkan dia yang memperbaiki hingga selesai. Sama halnya dengan hidup ini. Ada banyak sekali hal buruk tak terduga terjadi walau semua sudah dirancang dengan sebaik-baiknya. Kalau sudah begini saya lebih suka menyerahkan semuanya kepada Allah karena Allahlah pemilik segala kejadian di muka bumi dan jagad raya ini. Semua ini sebenarnya hanya milik Allah dan pada akhirnya toh cepat atau lambat akan kita kembalikan kepada-Nya. Daripada menunggu Allah mengambilnya dari tangan kita, lebih baik saat ini juga kita serahkan saja semuanya. Dengan menyerahkannya kepada Allah maka hati dan jiwa kita menjadi lebih ringan dan tenang. Dengan begitu kita akan lebih mudah melangkahkan kaki menyambut hari esok. 

Monday, September 24, 2018

Penipuan Jasa Travel Haji/Umroh


     Sungguh menarik belakangan ini dengan hadirnya sebuah fenomena menjamurnya agen travel umroh dan haji. Maklumlah siapa sih muslim yang tidak ingin berhaji atau umrah? Yang sudah berhaji saja masih ingin kembali ke tanah suci berkali-kali. Berhaji lebih sekedar menjalankan ibadah tetapi sekaligus juga dapat menaikkan status sosial seseorang. Beberapa waktu lalu saat mengobrol ada satu teman yang menyajikan sebuah cerita menarik. Kisahnya sewaktu dia lupa memanggil nama tetangganya yang seorang haji tanpa embel-embel gelar pak haji di depannya. Akibat insiden itu tetangganya marah dan tersinggung. Begitulah memang kenyataan yang ada di kalangan masyarakat kita sekarang ini. Tidak peduli shalat bolong-bolong, malas zakat, dan malas puasa yang penting harus berhaji! Ibarat anak sekolah yang penting lulus, masa bodoh dengan PR, tugas, ataupun ujian sekolah.
     Sayangnya jasa travel dan haji telah dinodai dengan sebuah kasus fenomenal penipuan First Travel dan belakangan Abu Tours. Kalau First travel saya tidak begitu kaget karena pada dasarnya juga tidak begitu mengenal banyak tetapi Abu Tours inilah yang cukup membuat saya tersentak. Pasalnya Abu Tours ini kelihatan dikelola dengan sangat profesional. Pertama kali saya kenal Abu Tours ketika menyelenggarakan lomba blog tahun 2017 lalu yang sempat saya ikuti. Akun-akun medsosnya juga
Lomba blog Abutours 2017 dulu
sangat (atau terlalu?) aktif (sehari bisa beberapa pos) dan kebanyakan pos-posnya berisi tawaran menggiurkan untuk menjadi agen mereka dengan iming-iming yang saya ingat salah satunya adalah gratis umroh (sayang akun IG-nya sudah diprivate sekarang). Mereka juga pernah menyelenggarakan kuis-kuis berhadiah bagi para followernya. Usai lomba blog mereka bahkan masih mengadakan lomba video yang hadiahnya uang Rp 150 juta. Karena saya memang tidak begitu bisa membuat video maka saya kemudian tidak mengikuti lomba ini. Sampai kemudian saya unfollow akun-akun medsos mereka yang menurut saya terlalu banyak iklan dan iming-iming hingga kemudian tahun ini baru saya tahu jika mereka terlibat kasus penipuan.
     Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Abutours ini hanyalah sebuah gunung es. Artinya ada kemungkinan masih banyak “Abutours-Abutours” lain berkeliaran di luar sana. Ini saya curigai juga telah menimpa kedua orang tua saya. Tahun 2012 orang tua saya mendaftar haji dari Surabaya dan semua administrasi yang mengurus adalah adik saya yang tinggal di sana. Alasan mendaftar dari Surabaya katanya supaya lebih cepat berangkat dibandingkan jika mendaftar di kota kecil seperti Jember. Kata adik, dia sudah kenal dengan salah satu pegawai Depag di Surabaya (abah XXXX) yang akan mengurus semua administrasinya hingga berangkat nanti.  Setelah mendaftar konon katanya 2016 akan langsung diberangkatkan. Wuih cepet banget, cuma 4 tahun langsung berangkat padahal dengar-dengar bisa belasan tahun menunggu. Waktu orang tua saya tanya lebih jauh ini kategori haji reguler atau plus? Orang tua saya menjawab “Reguler Plus”. Menurut mereka, ini kategori “khusus” dimana waktu berangkatnya bisa lebih cepat dari haji reguler (walau tidak secepat plus) namun dengan ONH lebih kecil dari plus (kalau tidak salah ONH-nya reguler tetapi masih nambah beberapa juta). Mungkin ini haji kategori “paket siluman” kali ya?
     Sampai kemudian tibalah tahun 2016 dan hasilnya orang tua tidak jadi berangkat entah dengan alasan apa dan entah diundur sampai kapan lagi juga saya tidak tahu. Yang ganjil lagi adalah semenjak orang tua saya mendaftar seperti ada masalah dengan jasa pemberangkatan haji ini. Ini terbukti dari intensnya orang tua dan adik berkomunikasi lewat telepon. Saya tidak begitu jelas apa yang mereka bicarakan namun saya tahu dari nada dan kalimat-kalimat orang tua bicara seperti memang ada yang tidak beres. Saya tidak berani mengorek lebih jauh karena dikira nanti saya terlalu banyak campur tangan. Bisa ada perang saudara 40 hari 40 malam kalau saya nekad campur tangan. Apapun yang terjadi tentu saya harus percaya dengan saudara sendiri.
     Yang menarik lagi adalah sejak saat itu orang tua saya mengalami masalah dengan kredit bank. Sewaktu mereka akan mengambil kredit di sebuah bank di sini, pihak bank mengatakan bahwa orang tua saya tidak bisa mengambil kredit karena setelah dicek di data BI ternyata mereka sudah memiliki kredit di sebuah bank di Surabaya. Padahal secara logika sangat tidak mungkin orang tua mengambil kredit di sebuah bank di Surabaya karena mereka jarang sekali ke Surabaya (paling juga cuma 1-2 tahun sekali) dan itupun biasanya hanya sebentar (2-3 hari). Lagipula orang tua saya juga tidak memiliki KTP Surabaya lantas bagaimana bisa mengambil kredit di sana?  Selain itu anehnya mengapa orang tua capek-capek cari kredit ke Surabaya? Di sini ada banyak sekali bank yang mau kasih kredit dan orang tua saya juga sudah punya track record yang bagus di bank langganannya selama ini. Akhirnya pihak bank di sini membuatkan surat pernyataan jika memang orang tua tidak memiliki kredit di bank lain dan memintanya untuk menandatanganinya. Saya tahu data di BI kecil kemungkinan keliru jadi saya yakin entah bagaimana data orang tua saya telah disalahgunakan atau mungkin orang tua saya telah teken sesuatu yang tidak mereka pahami atau ketahui di sana. Yang jelas kejadian ini terjadi persis setelah mereka mendaftar di jasa haji di Surabaya itu. 
     Ya bisnis jasa travel umroh atau haji memang menggiurkan dan takkan pernah mati sampai kapanpun namun sayangnya manisnya bisnis ini telah membuat banyak pengusahanya lupa diri bahwa uang yang mereka terima adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan baik. Anda, para pengusaha tidak tahu bagaimana susahnya para pelanggan anda berjuang keras mengumpulkan sen demi sen dari hari ke hari dengan sebuah harapan suatu hari nanti bisa berangkat ke tanah suci.  Hukuman penjara seumur hidup pun saya rasa tidak akan pernah cukup untuk menebus semua kesalahan Anda yang telah menipu banyak calon jamaah.  Jangan kau manfaatkan lemahnya hukum di negara ini hanya untuk sekedar mencicipi sedikit manisnya dunia yang pada akhirnya pasti akan kau tinggalkan nanti.

Sumber foto: detiknews.

Friday, September 14, 2018

Kisah Pribadi Mendapatkan Green Card


     Semakin susahnya mendapatkan kehidupan yang layak di Indonesia membuat saya berpikir untuk memulai hidup baru di negara orang sejak dulu. Apalagi ada salah satu teman yang dulu pernah kerja di Amrik sono sekitar awal tahun 2000. Ceritanya sudah jelas jika hidup di Amrik sono memang lebih menjanjikan dibandingakn di negara ini sampai-sampai ada istilah American Dream. Kalau kata teman saya itu American Dream itu adalah UANG! Tak pelak memang sejak bekerja di sana teman saya itu bisa menabung uang dengan jumlah yang lumayan banyak yang takkan mungkin bisa diraihnya jika hanya mengandalkan kemampuannya di Indonesia. Padahal dia bekerja di sana juga boleh dibilang hanya bekerja kasar. Begitu pulang tahun 2005 lalu dia langsung membeli mobil baru walaupun sudah memiliki mobil lama. Dia juga sudah membeli sebidang tanah yang ditanami jati emas dan gaharu. Sisa uangnya masih cukup untuk membuat rumah besar, toko, dan mengisinya dengan berbagai barang dagangan. Padahal dia bisa bekerja di sana karena menyalahgunakan visa studinya dan bahkan sempat overstay. Saya kira dia adalah salah satu dari sekian juta imigran yang menyerbu Amrik dan mencoba meraih American Dream itu dan ternyata memang berhasil. Itulah mengapa (masih kata teman itu) banyak imigran gelap tetap tinggal di sana hingga hari ini.
     Nah saya pun juga ikut tergiur untuk bisa bekerja di sana tetapi bagaimana caranya? Ubek-ubek di internet ternyata supaya bisa bekerja secara legal di sana memang sangat sulit dan mungkin karena itulah banyak orang lebih suka menggunakan jalan pintas menjadi imigran gelap atau menyalahgunakan visa. Satu-satunya jalan masuk yang tersisa hanya lewat program diversity visa atau DVlottery yang diadakan setiap tahun (biasanya bulan Oktober-Nopember). Jika ingin mengetahui jadwalnya lebih pasti silahkan rajin-rajin akses situsnya. Jadilah sejak 2005 saya mencoba rutin ikutan setiap tahun memasukkan data-data ke formulir online di situs DVlottery. Akan tetapi namanya juga lotere ya sudah sangat jelas jika peluang menangnya kecil sekali apalagi setiap tahun saya percaya pasti ribuan orang Indonesia juga ikutan sementara kuotanya biasanya hanya beberapa puluh orang. Jika berhasil memenangkan lotere ini dan mengikuti semua prosedur yang ada maka peserta akan memperoleh greencard (GC). Dengan GC ini seseorang bisa tinggal di Amrik dan menjadi penduduk (PR atau permanent resident) di sana tanpa harus menjadi warga negara Amrik. Jadi jika kita memiliki GC ini kita tetap tidak kehilangan status sebagai WNI. Di amrik pemegang GC memiliki hak dan kewajiban sama dengan warga negara AS kecuali tidak bisa mengikuti PEMILU Amrik. Jadi jika anda memang berminat atau memiliki keinginan untuk bekerja dan tinggal di Amrik maka DVlottery ini layak dicoba. Ada yang mencoba sekali dan berhasil dan adapula yang berkali-kali seperti saya namun gagal terus. Sebenarnya sih masih ada jalan lain untuk memperoleh GC ini selain mengikuti lotere yaitu menikah dengan WN Amrik ataupun lewat sponsor tetapi tetap saja keduanya juga tak mudah.
     Akan tetapi yah rupa-rupanya Dewi Fortuna belum berpihak kepada saya. Meskipun saya sangat berharap bisa mendapatkan GC tetapi impian tinggalah impian. Hingga 2016 saya masih gagal memenangkan DVlottery sampai akhirnya 2017 saya sudah malas mau ikutan lagi. Karena itulah saya pun harus memupus keinginan untuk bekerja ataupun tinggal di sana. Apalagi sekarang maaf sejak Trump memimpin Amrik, menurut saya menjadikan Amrik semakin kurang menarik walaupun Amrik tetap bagus dan hebat secara ekonomi. Berlanjut ke pembahasan DVlottery. Jika anda terpilih maka anda akan menerima NL (Notification Letter) yang biasanya dikirim lewat pos. Di dalamnya ada berbagai dokumen yang harus anda lengkapi untuk dikirimkan kembali. Setelah itu jika lolos masih ada proses berikutnya yaitu wawancara di Kedubes Amrik. Jadi jika peserta memenangkan DV tidak secara otomatis akan dijamin langsung bisa mendapatkan GC. Masih ada sejumlah proses yang harus dijalani dan itu cukup memakan waktu bisa sampai bertahun-tahun lamanya.
     Oya saat memasukkan data-data di dalam formulir online di situs DVlottery pastikan untuk memasukkan data yang sebenar-benarnya. Jika anda sudah berkeluarga, kesempatan menang bisa diperbesar dengan memasukkan pasangan hidup ke dalam formulir terpisah. Seandainya pasangan anda menang maka anda mendapatkan GC turunan yang sama fungsinya dengan seperti yang dimiliki oleh pasangan. Selain data, peserta juga diharuskan mengupload foto diri dan anggota keluarga lainnya. Nah untuk ini perlu perhatian khusus karena ada aturannya seperti ukuran file, resolusi, dll dan bahkan untuk bayi atau anak juga ada aturannya. Usahakan untuk membuatnya di studio foto dengan kamera profesional untuk menghasilkan foto yang benar-benar kelihatan profesional. Jika memotret sendiri biasanya masih ada kelemahan seperti bayang-bayang di belakang yang sukar dihilangkan. Yang pasti uploadlah foto yang benar-benar asli dan jangan diedit sama sekali. Aturan untuk foto yang akan diupload biasanya sudah dijelaskan di situs tersebut dengan sangat detil. Ada baiknya anda terlebih dahulu membacanya dengan teliti. Untuk mengisi formulir online ini sebaiknya isilah pada awal-awal periode karena jika menunggu the last minute ada kemungkinan situs akan lemot karena terlalu banyak yang mengakses. Begitu selesai mengisi formulir jangan langsung ditutup tetapi catatlah nomor entry anda untuk mengecek apakah anda memenangkan lotere ini atau tidak tahun depan. Ini penting karena bisa saja NL anda nyantol entah dimana saat dikirim lewat pos. Yang pasti GC ini berlaku seumur hidup selama anda tidak meninggalkan Amrik dalam tempo yang lama.  Akhir kata kalau ada yang salah silahkan dikoreksi, nanti akan saya update langsung di sini. Silahkan dicoba dan semoga anda beruntung, kawan!

Friday, September 7, 2018

Kelakuan Buruk Para Pengguna Jalan Di Indonesia (I)

1. Tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri dan sesama pengguna jalan. Menjaga keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan lain adalah aturan yang paling dasar sebelum seseorang memegang atau menjalankan kendaraan. Sayangnya kenyataan di lapangan membuktikan aturan yang paling dasar ini pun banyak orang yang sudah tidak mempedulikannya. Kalau sudah begini tidak peduli seaman apapun teknologi alat dan sarana transportasi dirancang tetap akan sia-sia belaka. Orang-orang seperti ini menurut saya sama buruknya dengan teroris yang sering menghancurkan tempat-tempat ibadah. Kita selalu takut dan menghindari teroris tempat ibadah tetapi sebenarnya di jalan kita malah sering menjumpai teroris-teroris jalanan ini. Coba dalam setahun berapa jumlah korban akibat teroris tempat ibadah jika dibandingkan dengan teroris jalanan? Angkanya pasti jomplang tapi anehnya kita lebih takut dengan teroris tempat ibadah. Oleh sebab itu saya sangat setuju jika pihak POLRI akan menerapkan tes psikologi kepada para pemilik SIM saat perpanjangan jika tujuan utamanya untuk menyaring orang-orang yang tidak peduli dengan keselamatan bersama. Asalkan tes ini benar-benar diterapkan sungguh-sungguh dan bukan cuma formalitas. Sayangnya tes ini memiliki sebuah kelemahan besar yaitu hanya bisa dilakukan untuk orang yang memiliki SIM. Lantas bagaimana dengan pengendara yang tidak memilikinya? Otomatis mereka takkan bisa dijaring. Padahal jumlah pengendara yang tidak memiliki SIM sangat banyak di tempat saya. Entah di daerah lain apakah demikian atau tidak. Bahkan saudara ipar seorang mahasiswa yang kuliah di kota selama bertahun-tahun aman-aman saja melenggang setiap hari menempuh jalan raya tanpa memiliki SIM sama sekali. Uniknya dia sama sekali tidak pernah tertangkap razia. 
     Kejadian ekstrim yang pernah saya dengar sendiri adalah kecelakaan besar yang terjadi beberapa tahun lalu di dekat terminal bus Ambulu. Saya tidak menyaksikan langsung hanya mendengar dari beberapa orang yang sudah menyaksikan sendiri langsung. Saat itu ada sebuah truk bermuatan jagung berlebihan yang ambruk menimpa motor di sampingnya. Dua pemuda pengendara motor langsung meninggal di tempat tertimpa jagung entah berapa ton. Jagung juga menimpa sebuah lapak tukang cukur di pinggir jalan hingga hancur. Si sopir melarikan diri tetapi tertangkap beberapa hari kemudian. Ini adalah satu contoh teroris jalan yang menurut saya patut dihukum berat karena sudah tidak mempedulikan keselamatan pengguna jalan lain. Kalau ditanya paling juga jawabannya itu karena sedang sial padahal sudah jelas-jelas itu karena kecerobohan dan kedunguannya telah melakukan pelanggaran aturan.  Sekarang saya tidak perlu menunggu 1-2 jam, cukup beberapa menit saja berkendara maka saya pastikan akan bisa bertemu dengan minimal satu pengemudi berkelakuan buruk di jalanan.
     Pernah suatu pagi saat sedang joging melewati jalan sempit dari arah depan sebuah mobil melaju kencang. Saya pun dengan cepat melompat keluar jalan karena saya yakin jika saya masih bertahan di atas jalan maka mobil itu akan pasti menyerempet saya. Begitu pula pernah suatu pagi saat sedang mengantar makanan buat pekerja di ladang, ketika melewati sebuah jembatan sempit mendadak dari arah depan sebuah motor dengan kencangnya belok kanan langsung masuk  ke jembatan dimana saya sedang berada di atasnya. Masalahnya adalah motor itu membawa gerobak berisi daun tembakau sehingga memenuhi jembatan yang sudah sempit sekali. Saya yang sudah berada di atas jembatan duluan jadi bingung, maju salah mau mundur tidak bisa. Eh si pengendara gila itu masih nekad juga merangsek maju sehingga saya terpaksa mepet ke pagar jembatan di sisi kiri. Rupanya bukan cuma gila tapi pengendaranya juga sembrono. Di atas gerobak dia sembarangan mengikat tali dari bahan ban. Tali itu pun kemudian menyangkut di tuas rem motor saya. Saya pun kemudian hampir terseret tapi buru-buru saya berteriak. Dia pun menghentikan aksi gilanya itu dan saya pun berusaha melepaskan tali dari tuas rem. Untung bisa. Kalau tidak saya pasti jatuh di atas jembatan. Eh bukannya meminta maaf tapi pelaku kemudian langsung kabur. Indonesia banget gitu loohh... Pernah juga saya naik motor dan di kanan ada mobil parkir di jalan yang memang sudah sempit. Eh di depan ada motor masih nekad menerobos masuk ke jalur saya. Kontan saya membunyikan klakson berulang ulang tetapi entah setan apa yang sedang merasuki pengendara itu dia masih nekad juga dan hasilnya menyerempet tuas rem dan kaki istri saya. Yang saya ceritakan ini baru satu contoh kecil dan sebenarnya masih banyak kisah-kisah lain yang akan sangat panjang sekali jika ditulis. Intinya jalan raya sekarang sudah dipenuhi oleh orang-orang gila yang sama sekali tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan lainnya.  Sudah tidak ada bedanya antara hutan rimba dengan jalan raya saat ini. Akan tetapi anehnya masih banyak orang yang menyukai berlama-lama di jalanan. Semakin hari jalanan semakin berbahaya. 
2. Suka menggunakan klakson seperti orang gila. Pada suatu hari saat menemui sebuah perempatan di depan ada motor yang membawa kotak besar sedang berputar-putar. Jelas kalau saya mendekat maka saya akan tersenggol. Makanya saya menjaga jarak dengan cara memilih posisi agak minggir ke kiri. Mendadak di belakangan ramai klakson seperti suara bus. Saya heran bagaimana bus bisa lewat jalan kecil begitu? Saya pun menoleh rupanya seorang pengendara motor Sup*a X marah-marah kepada saya karena saya dianggap menghalangi jalannya yang akan belok ke kiri. Saya heran apakah dia tidak melihat jika di depan saya sedang ada motor yang sedang melakukan manuver berbahaya? Ditambah lagi itu klakson motor mengapa dimodifikasi seperti suara klakson bus dan dibunyikan sangat berisik? Gak sekalian pasang sirine dan lampu strobo biar semua orang yang lain menyingkir dari jalan. Emang jalan moyangnya apa? 

     Banyak pengendara yang tidak menyadari bahwa menggunakan klakson berlebihan adalah salah satu bentuk pelanggaran lalu lintas. Pernah saya melihat pengendara motor mengklakson apa saja yang ada di depannya bahkan orang sedang duduk makan di warung bakso di pinggir jalan juga diklakson. Yang aneh saya pernah melihat sendiri seorang pengguna motor melewati jalanan sepi di tengah sawah yang tidak ada siapapun di situ dan anehnya dia masih membunyikan klakson seolah-olah di depannya lagi banyak kendaraan. Apakah dia sedang melihat jin atau tuyul duduk-duduk di tengah jalan? Klakson berlebihan bagi saya terkesan provokatif, tidak sabaran, dan semaunya sendiri. Sudah tahu jalan padat dan  sempit eh masih juga pakai klakson berkali-kali. Kadang juga lampu lalu lintas belum hijau (masih merah) yang belakang sudah klakson-klakson tak jelas. Apa kita yang ada di depannya disuruh menerobos lampu merah? Capede… Akan tetapi itulah kenyataan di lapangan sekarang. Klakson sudah seperti candu yang menimbulkan adiksi sehingga entah sedang dibutuhkan atau tidak orang ingin membunyikan klakson terus menerus di jalan. Mungkin banyak orang yang menganggap bahwa klakson adalah bentuk kecil dan sederhana sirine mobil DAMKAR atau ambulance sehingga ketika dibunyikan secara berlebihan maka sudah dikira memiliki kekuatan hukum yang sama dengan sirine. Cara berpikir yang ampun deh.

3. Mahal kasih lampu sein. Para pengguna kendaraan di Indonesia paling pelit kasih lampu sein. Jadi kalau di perempatan atau pertigaan saya harus tebak-tebak dahulu ini orang mau belok kanan kiri atau terus. Namanya juga tebak-tebakan kadang salah kadang benar tetapi tetap saja bikin tidak nyaman dan tidak aman. Padahal menurut saya menyalakan lampu sein tidak memerlukan banyak energi. Yang lebih parah adalah jika nyala lampu sein tidak sesuai dengan arah beloknya. Nyala sein ke kiri eh belok ke kanan atau sebaliknya kayak main tipu-tipu (ini bukan cuma kelakuan emak-emak saja lho). Ntar kalau ketabrak pasti nyalahin yang nabrak tapi anehnya mereka sendiri sudah kasih arah sein yang salah.
4. Menyalip pada marka tidak terputus. Marka yang tidak terputus sebenarnya mengingatkan pengendara agar tidak menyalip melewatinya karena jika dilanggar maka kemungkinan besar akan berbahaya. Akan tetapi selama ini saya menyaksikan jika pengguna jalan kita nyaman-nyaman saja saat menerobos marka tanpa putus ini. 

5. Menyalakan lampu jarak jauh secara terus menerus pada malam hari. Mungkin masyarakat kita sedang terjangkit penyakit SMS atau suka melihat orang silau. Sepertinya sebuah kebanggaan di negara ini orang-orang bisa membikin silau pengendara lainnya. Apalagi bisa sampai jatuh atau celaka pasti akan jauh lebih membanggakan lagi.
6. Ugal-ugalan. Kadang jalan udah sempit, rusak, dan padat eh masih saja nekad mengebut. Serempet kanan kiri tanpa mempedulikan keselamatan pengguna jalan lain. Di kampung saya ada salah seorang pemuda yang sudah sangat tersohor akan kelakuannya ini di jalan jika sedang mengendarai mobil. Begitu mengendarai mobil maka pemuda ini seolah melihat di depan adalah sebuah jalan raya yang kosong melompong bak di sirkuit balap. Saya pernah menyaksikan sendiri aksi ugal-ugalannya di suatu sore. Sayang saya tidak punya action cam buat merekam aksinya itu.
(Bersambung ke bagian II).