Friday, June 21, 2019

Oleh-oleh Ramadhan Dan Lebaran 2019 (1440 H)


1. Banyak warga kampung yang tidak berpuasa. Sebenarnya ini tidak ada bedanya dengan Ramadhan tahun kemarin. Penyebabnya sudah jelas karena Ramadhan kali ini datang bersamaan dengan awal musim tanam. Akan tetapi yang lebih miris lagi adalah banyak anak-anak muda yang ikut-ikutan tidak berpuasa. Saat siang hari mereka tetap mendatangi warung kopi. Memang pintu warung ditutup tetapi banyaknya motor yang sedang diparkir di depannya menunjukkan jika di dalam sedang ada pengunjung. Rasa-rasanya sangat tidak mungkin jika mereka datang hanya buat numpang pakai wifi karena salah satu syarat pemakaian wifi adalah harus membeli minimal secangkir kopi dan juga tak mungkin jika kopi diterlantarkan begitu saja tanpa diminum
2. Kerusuhan 22 Mei di Jakarta. Ini memang tidak terjadi di kampungku tetapi paling tidak peristiwa ini telah mencoreng kesucian Ramadhan. Puasa yang seharusnya mengajarkan orang untuk menahan diri dan lebih banyak berbuat kebaikan tetapi kenyataannya malah ada segelintir pihak yang bertindak anarkhis. Dugaan kuat mereka para pelaku itu memang sedang tidak berpuasa. Sungguh sangat disayangkan mereka telah mengotori bulan yang mulia ini.   Ah, sudahlah...
3. Kesedihan. Bahkan saat di akhir bulan Sya’ban kemarin saya sudah merasa sedih. Penyebabnya karena saya merasa jika Ramadhan kali ini akan berlalu begitu saja sama dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Ibadah saya masih begitu-begitu jalan di tempat. Saya juga kadang masih tergoda marah atau gibah selama menjalani puasa. Sungguh sulit sekali untuk benar-benar menjalani puasa sampai ke dalam hati. Puasa yang saya kerjakan masih sebatas mencegah makan dan minum di siang hari. Apalagi di pertengahan Ramadhan kali ini saat berkumpul dengan teman-teman semuanya memiliki target-target khatam Alquran spektakuler. Ada yang mengatakan 3 bahkan 4 kali khatam. Saya? Boro-boro deh setengah khatam saja rasanya sulit sekali. Lagi-lagi saya cuma bisa pasrah. Hanya bisa berharap dengan ibadah yang cuma seupil ini bisa diterima oleh Allah.
4. Mengantuk dan lemas luar biasa selama 10 hari pertama Ramadhan. Padahal Ramadhan sebelumnya rasa-rasanya tidak seperti ini. Apakah tubuh yang sudah mulai menua ini ya hehe..? Saya sudah coba mengubah menu makanan lebih sehat tetapi masih saja tetap mengantuk dan lemas. Setelah olahraga pun kantuk langsung menyerang. Di sepuluh hari ke-2 lumayan sudah cukup berkurang rasa mengantuk dan lemas. Apakah tubuh ini jadi lambat beradaptasi?
5. Si kecil yang makin rewel saat bersilaturahmi. Lebaran kali ini acara silaturahmi jadi melambat karena si kecil yang semakin rewel. Setiap berkunjung ke rumah kerabat dan melihat benda-benda “aneh” selalu diminta untuk dibawa pulang. Hari pertama lebaran saat pagi dia meminta bunga plastik berwarna biru di rumah tetangga mertua. Sorenya dia tantrum hampir satu jam gara-gara meminta guci kecil di rumah tetangga. Kalau tantrumnya sudah kumat maka mau tak mau kami harus berhenti dan pulang ke rumah untuk menenangkannya.
6. Kemacetan yang semakin parah. Kalau lebaran tahun kemarin saya tidak menemui titik-titik kemacetan parah maka tahun ini saya sudah menemui dua kali titik kemacetan parah. Kendaraan hanya bisa bergerak maju maksimal 5 km/jam. Berita bagusnya tahun ini saya belum melihat ada peristiwa kecelakaan di jalan raya. Beda dengan tahun lalu yang berkali-kali melihatnya. Yang tidak berubah adalah kelakuan sebagian para pengguna jalan yang tetap tidak mau tertib di jalan. Sudah tahu jalan raya padat dan macet eh masih saja berani ugal-ugalan. Capede...
7. Lebih banyak mendengar. Saat bersilaturahmi tahun ini saya mencoba menahan diri untuk tidak terlalu banyak berbicara. Bukan berarti saya malas mengobrol tetapi saya hanya belajar untuk tidak terlalu mendominasi ruang obrolan. Biarkan sang tamu atau tuan rumah yang memimpin. Menurut saya tak ada sisi buruknya dengan menjadi pendengar yang baik. Lagipula jika semua orang sibuk mengobrol lantas siapa yang mau mendengarkan?
8. Mengurangi beli baju baru. Tahun ini untuk saya pribadi saya hanya membeli satu potong baju atas baru sementara celana masih menggunakan yang lama. Sebenarnya koleksi baju yang sangat jarang dipakai masih cukup banyak sehingga jika dipakai saat lebaran pun tidak akan terlalu kelihatan bila itu adalah baju lama. Apalagi isi lemari sudah teriak-teriak membludak karena volume baju-baju yang lepas kendali.