Wednesday, January 23, 2019

Cara Mengatasi Pipa Paralon Yang Tersumbat


     Beberapa hari ini pipa pembuangan air kamar mandi mampet. Entah apa sebabnya tapi seperti sebuah rutinitias jika usai acara hajatan selalu mampet seperti ini. Dugaan saya sih ini karena orang-orang yang seenaknya membuang segala macam sampah ke lubang pembuangan itu. Dulu pernah ditemukan spons, potongan kain, dan bahkan sisa sayur mentah. Semestinya bahan-bahan ini dibuang di tempat sampah dan bukan ke lubang saluran pembuangan air. Akan tetapi namanya juga orang Indonesia susah benar diajak disiplin jadinya ya begini inilah. Kita harus sangat memakluminya.
     Langkah pertama adalah memeriksa pipa di dekat comberan. Ternyata memang pecah sedikit. Saya menduga ini biang keladinya. Karena itu bagian pipa yang pecah ini kemudian saya angkat. Akan tetapi lagi-lagi saluran air masih mampet juga. Ahh… kenapa lagi ini? Adik saya menyarankan supaya diberi soda api. Di internet pun banyak yang menyarankan pemakaian soda api tetapi terus terang saya sedang malas berangkat ke toko bangunan buat membelinya.  Akhirnya bapak bilang sebaiknya pakai potongan selang bekas saja. Agar pergerakan selang lancar maka saya pakai pelumas” dari oli bekas. Sebenarnya lebih baik menggunakan jelantah karena oli bekas mudah mencemari tanah dan air. Yang penting pakai sedikit saja. Logika saya oli akan membuat sampah-sampah yang menyumbat menjadi lebih licin sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan. Setelah saya tuangkan oli bekas di lubang saluran pembuangan air kemudian saya ambil selang. Selang ini diameternya sekitar 1/4 dim. Kuncinya selang harus cukup kaku tetapi juga cukup fleksibel supaya bisa menekuk kesana kemari. Selang yang kaku begini biasanya harganya lebih murah dibandingkan yang lentur. Saya pun kemudian memasukkan selang ini pelan-pelan ke saluran pembuangan air hingga kemudian seperti menabrak sesuatu yang saya yakini adalah si biang keladi yang telah menyumbat pipa. Saya tekan-tekan berkali-kali hingga akhirnya ada suara keras seperti benda yang terlepas. Memang dibutuhkan kesabaran tetapi toh pada akhirnya berhasil juga. Saluran air kembali bisa bernapas lega dan benar memang ada gumpalan sampah yang cukup banyak di dalam saluran air itu. Cara yang sangat mudah dan tak perlu keluar biaya apapun. Jadi jika di rumah anda ada selang bekas jangan buru-buru membuangnya karena bisa dipakai sebagai senjata ampuh mengatasi pipa yang sedang tersumbat. 

Tuesday, January 8, 2019

Resiko Menjadi Local Guide Google


     Belakangan ini saya mulai tertarik memberikan berbagai review berbagai lokasi di Local Guide Google. Tujuan utama saya adalah membantu sebanyak mungkin orang khususnya orang yang belum pernah mendapatkan pengalaman pelayanan atau produk di sebuah tempat atau lokasi seperti kantor pemerintahan, swasta, resto, warung, minimarket atau supermarket, dll. Bagi saya review ini sangat membantu karena saya bisa menentukan apa yang harus saya lakukan jika ingin mendapatkan layanan atau produk di tempat tersebut. Misalnya saja jika ada review sebuah tempat wisata itu kotor atau tidak aman maka saya akan berpikir ulang untuk masuk kesitu walaupun bukan berarti tidak ada kemungkinan saya tetap akan memasukinya. Seandainya saya berusaha untuk tetap masuk maka otomatis saya harus meningkatkan kewaspadaan. Inilah pentingnya local guide.
     Akan tetapi di sisi lain terutama bagi si pemilik usaha akan menjadi masalah jika mendapatkan review jelek terlepas apakah memang benar-benar pelayanan atau produknya jelek. Review ini kemungkinan besar akan dibaca orang-orang lain yang bisa berpotensi merusak reputasinya. Inilah yang sudah saya alami baru-baru ini. Saat itu saya mencoba mereview sebuah kantor cabang jasa kurir **E. Menurut saya sih pelayanan sudah bagus cuma lokasinya saja yang kurang strategis jauh dari pusat kota. Oleh karena itu di review saya kasih bintang 2 dengan harapan si pemilik bisa memindahkan ke lokasi yang lebih dekat dengan pusat kota yang ramai dan lebih cepat diakses. Padahal jasa kurir lainnya **T sudah memiliki kantor di tengah kota. Akibatnya yang dulu saya selalu menggunakan jasa **E kini mulai beralih ke **T yang lebih dekat dengan saya dan pusat kota. Saya tidak salah kan? Akan tetapi rupa-rupanya review saya direspon dengan negatif dan kasar oleh si pemilik kantor cabang ini. Bukannya berterima kasih dan melakukan evaluasi tetapi malah melakukan konfrontasi dengan pelanggan. Kalau menurut saya sudah bukan jamannya lagi saat ini seorang pemilik usaha melakukan konfrontasi dengan pelanggan karena justru akan semakin menjatuhkan reputasi mereka sendiri. Apalagi di era digital ini dimana info bisa mengalir dengan sangat cepat dan luas tanpa batas. Satu pelanggan tak puas bisa merembetkan ketidakpuasannya kepada pelanggan atau orang lain dengan sangat mudah dan tidak mungkin jika akan berujung dengan kehilangan banyak pelanggan. Sungguh sangat sulit berlaku serba tertutup di jaman ini.
     Saya hanya merasa heran padahal reviewer lain ada yang kasih bintang 1 juga direspon dengan baik tetapi saya kasih bintang 2 (akhirnya saya ubah jadi bintang 1) eh malah direspon kasar. Baru saya tersadar betapa beratnya resiko menjadi local guide google. Di satu sisi saya harus memberikan review yang benar-benar jujur dari pengalaman yang saya lihat dan rasakan sendiri tetapi di sisi lain justru beresiko membahayakan terhadap diri saya sendiri. Ini mirip kasusnya dengan review seller
Balasan dari review Local Guide Google
pada marketplace. Akhir-akhir ini saya sudah tidak pernah lagi memberikan review atau rating kepada seller walaupun transaksi sudah selesai karena banyak seller yang merespon negatif buyer mereka yang telah memberikan rating buruk. Padahal memang kenyataannya para seller juga bisa membuat kesalahan. Pernah saya dikirimi produk palsu dan kadaluarsa. Pernah pula seller tidak mau merespon chat dan ujung-ujungnya cuma dikatakan barang habis padahal sudah dibayar. Paling banter jika bermasalah akan saya bawa ke pusat resolusi dan pasrah apapun keputusan dari marketplacenya.
     Jadi buat yang mau jadi Local Guide Google sebaiknya pikir-pikir dulu karena masyarakat kita umumnya bukanlah masyarakat yang senang direview pelayanan atau produknya. Prinsip mereka take it or leave it. Kalau mau pakai silahkan sedangkan kalau enggak lebih baik pindah pakai yang lain. Atau kalau mau review yang kasih yang baik-baik saja meskipun kenyataannya tidak seperti itu (baca: berbohong). Mungkin ini berasal dari budaya ABS (Asal Bapak Senang) di masa lalu yang sudah mendarah daging. Ini juga yang saya pikir membuat local guide ini kurang bisa berkembang pesat sekaligus ini pula yang membuat kita sulit bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang sangat welcome dengan kritik. Bagi bangsa kita kritik adalah sebuah serangan verbal personal padahal bangsa-bangsa barat misalnya tidak menganggapnya demikian. Kehadiran internet sebenarnya sudah mencoba memecah budaya anti kritik bangsa ini dengan membuat segalanya menjadi lebih terbuka tetapi rupa-rupanya masih banyak pihak yang belum nyaman dan siap dengan perubahan ini. Mereka masih tetap terpaku dengan cara-cara lama mereka untuk tetap bertahan dengan budaya anti kritik atau reaktif terhadap kritikan.

Wednesday, January 2, 2019

Sidojahe: Minuman Instan Dengan Jahe Bakar

     Sekedar pemanasan menulis di awal 2019. Belakangan ini ada undian Sidojahe yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun TV swasta. Jadilah si istri yang suka ikut undian jadi sering membeli produk ini. Selain itu hawa musim hujan yang sering lembab dan dingin memang paling pas ditemani minuman yang berbahan dasar jahe. Sidojahe ini mudah ditemui di supermarket ataupun minimarket. Biasanya dijual renteng berisi 10 sachet. Harganya berkisah Rp 9500-11000. Saat dibuka kemasannya langsung tercium aroma jahe bakar yang khas. Tinggal tambah air panas lalu aduk-aduk. Bubuk Sidojahe yang berwarna putih sangat mudah larut dan tidak menyisakan ampas. Waktu saya coba rasanya manis luar biasa atau bisa saya kategorikan terlalu manis. Solusinya saya buat agak encer agar manisnya tidak terlalu terasa. Satu yang saya kurang sukai dari minuman ini adalah beberapa saat setelah mengkonsumsinya selalu muncul rasa tidak nyaman di perut seperti gejala susah mencerna. Saya tidak tahu apakah ini dari pemakaian krimer atau susu yang tinggi lemak atau bahan yang lainnya. Sayang sekali padahal saya sangat menyukai aroma jahe bakarnya. Kalau ada 5 bintang maka saya akan kasih cukup dua bintang saja untuk minuman ini. Seandainya tidak terlalu manis dan tidak menimbulkan masalah di perut maka saya akan memberi 4 bintang.