Wednesday, August 7, 2019

Kemarau Panjang 2019 Yang Berbeda


     Sejak April hingga sekarang Agustus nyaris tidak ada satu tetes hujan pun turun dari langit. Di satu sisi ini cukup menyenangkan petani karena mendapatkan kepastian musim kemarau yang dijamin kering dan bukan kemarau basah yang membingungkan. Akan tetapi ternyata kenyataan tidak seindah impian, dengan cuaca yang sangat kering dan panjang membuat serangan hama kutu seperti thrips dan aphids sangat intens padahal saya tahu kedua hama ini sangat bandel dibasmi. Kedua hama ini menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan banyak masalah. Pada daun tembakau yang terserang akan tampak bercak-bercak kering atau orang menyebutnya “ngates”. kalau sudah terserang ini dijamin harga takkan bisa maksimal. Bukan cuma itu saja, thrips sangat hobi menjadi vektor virus. Ini yang justru jauh lebih berbahaya. Itulah sebabnya sejak awal musim kemarau ini saya hampir tidak melihat ada tanaman CMB yang bagus. Hampir semua daunnya keriting sehingga produktivitasnya rendah! Akibatnya sudah sangat jelas harga CMB meroket hingga tembus Rp 40 ribu/kg. Pada tanaman tembakau ini membuat daun-daunnya juga ikut keriting. Kalau sudah keriting maka tanaman takkan bisa bertambah tinggi lagi. Seperti biasanya pula para petani menghantam hama-hama ini dengan pestisida tetapi saya melihat semuanya seperti sia-sia saja. Musim yang terlalu kering membuat perkembangan trhips sangat cepat tak terkendali.
     Musim kemarau kali ini dinginnya juga awet banget dan rasa-rasanya lebih dingin. Mulai dari awal Juni hingga sekarang hampir tiap hari terasa dingin melulu. Biasanya kalau sudah masuk Agustus begini suhu udara sudah tidak begitu dingin tetapi sekarang hampir tidak ada bedanya dengan Juli. Terik matahari memang terasa menyengat tetapi udara sangat dingin. Ini membuat kaki ikut terasa kaku, dingin, dan tak nyaman. Saya coba atasi dengan rutin joging. Saat berlari memang tidak terasa dingin tetapi beberapa jam kemudian usai joging kembali rasa dingin menyiksa di kaki. Meskipun siang hari kadang saya memaksakan diri memakai kaos kaki tetapi entah mengapa seperti tidak banyak menolong. Tadinya saya berpikir mungkin hanya saya saja yang merasakan dingin di kaki tetapi sewaktu saya pegang kaki si kecil ternyata juga sedingin es! Dulu-dulu meskipun pernah terjadi kemarau panjang tetapi dinginnya tidak terasa menusuk seperti sekarang ini. Laporan cuaca di ponsel pun beberapa kali menunjukkan suhu pagi hari bisa tembus 16 derajat padahal dulu-dulu paling rendah 17 derajat. Saya juga telah coba dengan menggosok-gosokan minyak angin di kaki tetapi juga tetap saja terasa dingin. Saat mandi pagi dan sore jika tidak menggunakan air hangat maka benar-benar tidak tahan dinginnya. Air di bak mandi sudah terasa seperti es saja. Selain itu udara terasa sangat kering. Paling terasa di bibir saat sore menjelang. Bibir terasa kaku dan tidak nyaman. Di kulit juga kadang terasa gatal dan ini masih diperparah lagi dengan mandi air hangat yang membuat kulit semakin mengering saja.
     Namun ada satu keganjilan dari kemarau kali ini yaitu banyak nyamuk! Biasanya musim kemarau identik dengan bebas nyamuk karena nyamuk tidak memiliki media untuk bertelur tetapi musim ini serangan nyamuk malah sama gilanya dengan musim penghujan. Udara dingin ini kadang membuat otak saya terasa membeku dan bingung. Untuk membuat tubuh lebih hangat saya minum teh lebih sering dari biasanya walaupun sebenarnya tidak begitu banyak membantu juga sih. Apakah semuanya ini pertanda perubahan (atau kerusakan) lingkungan telah atau sedang terjadi?

No comments:

Post a Comment