Ada banyak
spesis jamur dan ada yang bisa dibudidayakan dan ada yang tidak bisa. Jamur
yang tidak bisa dibudidayakan biasanya merupakan jamur yang bersimbiosis dengan
organisme lain semisal bakteri atau ganggang atau hewan. Sebagai contoh jamur
barat atau Termitomycetes hanya bisa hidup di rumah atau sarang rayap di bawah tanah. Jamur
ini biasanya muncul saat cuaca mulai lembab atau awal musim hujan. Saat itu
rumah rayap di dalam tanah akan mulai tergenangi oleh air hujan sehingga
menjadi lembab yang membuat spora jamur mudah tumbuh. Meskipun termasuk jamur
liar tetapi jamur barat menjadi buruan para penduduk desa karena rasanya
yang lezat. Aromanya yang agak bau-bau
tanah menurut saya sangat beda dengan jamur tiram yang nyaris tanpa aroma. Satu
hal yang perlu diperhatikan jika berburu jamur ini adalah carilah yang
payungnya masih menguncup. Kalau yang sudah mekar biasanya batangnya sudah
dimakan oleh belatung. Sebenarnya walau belatung ini terikut di dalam masakan
tidak akan menimbulkan masalah karena tidak beracun. Cuma pasti menjijikkan
bagi orang-orang tertentu. Cabutlah dari tanah pelan-pelan agar tidak patah
batangnya karena jamur ini rapuh. Setelah itu bersihkan dengan air tetapi
jangan banyak-banyak agar jamur tidak terlalu basah. Jika terlalu kotor bisa
dibersihkan dengan tisu atau kain. Selanjutnya suwar suwir dari arah tudung ke
akar kemudian bisa dimasak sesuai selera. Tips menemukan jamur ini adalah
carilah tempat yang biasanya banyak rayapnya. Biasanya ini terlihat saat hujan
deras para laron akan beterbangan dari arah situ atau biasanya ada rumah rayap
yang muncul di permukaan tanah. Ada kecenderungan jika jamur ini menyukai
tumbuh di tempat yang sama setiap tahun. Kalau di pekarangan saya sudah hapal
benar di mana jamur ini biasa tumbuh, di bawah rumpun bambu, di dalam kandang,
dan di sepanjang pinggir tembok belakang rumah. Waktu masih kecil dulu bude saya sering memasak sup jamur ini khusus buat saya.
Jamur yang
biasa tumbuh di musim hujan adalah jamur kuping. Jamur ini biasanya berwarna
hitam atau agak kemerahan atau putih bersih yang biasanya tumbuh di pohon atau ranting yang sudah
lapuk. Jamur ini jika cuaca kering akan ikut mengempis sementara kalau kena
hujan akan mengembang. Jadi jika anda menemukannya di ranting pohon pada akhir
musim hujan dan kelihatan kering anda tidak perlu khawatir karena anda tetapi
bisa memanfaatkannya. Anda tinggal memetiknya dan merendamnya dalam air hangat
selama 1 jam dan jamur akan kembali seperti semula. Jamur kuping ini nyaris
tidak memiliki aroma khusus tetapi jangan cemas karena anda bisa menambahkan
bahan-bahan lain untuk membuatnya beraroma lebih kuat seperti daun bawang, jamur
shiitake, dll. Cara menggunakan jamur ini adalah dengan mengiris-irisnya
kecil-kecil lalu siap digunakan sebagai bahan masakan. Jamur ini memiliki anti
koagulan yang bagus buat mencegah pembekuan darah. Di beberapa negara jamur ini
juga sudah dimanfaatkan untuk membuat permen atau dodol. Saya suka memanfaatkan
kuping liar ini untuk campuran mie instan kuah atau bakwan.
Jamur tiram
liar. Biasanya jamur ini tumbuh di pohon-pohon lapuk di musim hujan. Perbedaan
antara yang liar dengan budidaya adalah dari teksturnya. Yang liar lebih liat
sementara yang budidaya lebih rapuh. Dari segi aroma yang liar lebih kuat
dibandingkan yang budidaya. Yang budidaya cenderung sedikit atau kurang kuat
aromanya. Dari segi warna juga biasanya yang budidaya lebih cerah sementara
yang liar agak kusam (mungkin terkena debu atau kotoran pohon). Saya belum
pernah memasak jamur tiram liar cuma penduduk di sekitar saya sudah sering.
Katanya sih agak liat memang. Saya menduga penyebab liatnya karena mungkin
sudah terlambat saat memetiknya. Mereka membuatnya menjadi oseng-oseng atau pepes.
Shitake
liar. Saya hanya sekali melihat Shiitake liar ini sekitar tahun 2004 ketika
berkunjung ke perkebunan jamur Champignon di Cangar, Batu. Waktu itu saya makan
di sebuah warung di sana dan si ibu warung memamerkan jamur Shitake liar yang
dia ambil dari hutan di dekat situ. Tudungnya lebih tipis dibanding yang
budidaya dan mungkin memetiknya agak telat sehingga tudung sudah mekar penuh.
Kalau melihat strain-nya termasuk Koshin dan bukan Donggo. Kalau di dataran
rendah jelas tidak akan bisa menemukan jamur jenis ini karena memang
menghendaki udara yang sejuk terus menerus (<20 derajat celcius). Sayangnya
kala itu saya belum memiliki hape berkamera sehingga tidak bisa mengabadikan
momennya. Saya pernah membaca buku p Unus S. jika di hutan Kalimantan ada strain jamur shiitake liar yang toleran hawa panas. Saya pernah meminta kerabat di sana untuk mencarinya tetapi entah tidak menemukannya. Mungkin mereka sendiri masih belum paham dengan bentuk Shiitake.
Jamur
merang liar. Biasanya muncul di tumpukan jerami saat usai panen padi pada musim
hujan. Dulu saat musim hujan paling suka bersama-sama teman sepermainan
mengumpulkan jamur merang liar ini. Bentuknya bulat-bulat seperti telur ayam. Aromanya
lebih kuat dibandingkan yang budidaya tetapi biasanya warnanya tidak sebagus yang
budidaya. Warnanya cenderung lebih gelap dan kadang dijumpai sudah agak basah
karena mungkin sudah terkena embun atau hujan. Yang pasti jamur ini suka
bersembunyi di balik jerami sehingga tangan mesti proaktif membongkar tumpukan
jerami. Yang terjadi di lapangan orang sering tidak bisa membedakan jamur ini
dengan genus Coprinus (jamur Trucuk) yang sama-sama juga hidup di jerami. Genus
Coprinus tidak beracun tetapi jelas berbeda dengan genus Volvariela (jamur
merang). Saya sudah sering memanfaatkan versi liar jamur merang ini. Karena
kondisinya biasanya sudah basah maka cukup saya oseng-oseng saja.
Gimana asik
bukan berburu jamur? Sudah saatnya Indonesia punya event mushroom forray supaya
makin banyak generasi muda yang makin mengenal dunia jamur. Dari 5 kingdom dalam taksonomi hanya kindom fungi atau jamurlah yang
kurang begitu dikenal orang. Berbeda dengan bakteri, virus, tumbuhan hijau,
atau binatang yang setiap orang sudah banyak tahu. Wajar jika kasus keracunan
jamur masih sering terjadi atau banyak yang masih tidak tahu jika jamur liar di depan rumah bisa dikonsumsi + banyak gizinya. Berikutnya pada artikel lain saya akan bahas mengenai tips membedakan
jamur beracun atau tidak.
No comments:
Post a Comment