Sunday, March 12, 2017

Kiat Berburu Jamur Liar

Ada banyak spesis jamur dan ada yang bisa dibudidayakan dan ada yang tidak bisa. Jamur yang tidak bisa dibudidayakan biasanya merupakan jamur yang bersimbiosis dengan organisme lain semisal bakteri atau ganggang atau hewan. Sebagai contoh jamur barat atau Termitomycetes hanya bisa hidup di rumah atau sarang rayap di bawah tanah. Jamur ini biasanya muncul saat cuaca mulai lembab atau awal musim hujan. Saat itu rumah rayap di dalam tanah akan mulai tergenangi oleh air hujan sehingga menjadi lembab yang membuat spora jamur mudah tumbuh. Meskipun termasuk jamur liar tetapi jamur barat menjadi buruan para penduduk desa karena rasanya yang  lezat. Aromanya yang agak bau-bau tanah menurut saya sangat beda dengan jamur tiram yang nyaris tanpa aroma. Satu hal yang perlu diperhatikan jika berburu jamur ini adalah carilah yang payungnya masih menguncup. Kalau yang sudah mekar biasanya batangnya sudah dimakan oleh belatung. Sebenarnya walau belatung ini terikut di dalam masakan tidak akan menimbulkan masalah karena tidak beracun. Cuma pasti menjijikkan bagi orang-orang tertentu. Cabutlah dari tanah pelan-pelan agar tidak patah batangnya karena jamur ini rapuh. Setelah itu bersihkan dengan air tetapi jangan banyak-banyak agar jamur tidak terlalu basah. Jika terlalu kotor bisa dibersihkan dengan tisu atau kain. Selanjutnya suwar suwir dari arah tudung ke akar kemudian bisa dimasak sesuai selera. Tips menemukan jamur ini adalah carilah tempat yang biasanya banyak rayapnya. Biasanya ini terlihat saat hujan deras para laron akan beterbangan dari arah situ atau biasanya ada rumah rayap yang muncul di permukaan tanah. Ada kecenderungan jika jamur ini menyukai tumbuh di tempat yang sama setiap tahun. Kalau di pekarangan saya sudah hapal benar di mana jamur ini biasa tumbuh, di bawah rumpun bambu, di dalam kandang, dan di sepanjang pinggir tembok belakang rumah. Waktu masih kecil dulu bude saya sering memasak sup jamur ini khusus buat saya. 

Jamur yang biasa tumbuh di musim hujan adalah jamur kuping. Jamur ini biasanya berwarna hitam atau agak kemerahan atau putih bersih yang biasanya tumbuh di pohon atau ranting yang sudah lapuk. Jamur ini jika cuaca kering akan ikut mengempis sementara kalau kena hujan akan mengembang. Jadi jika anda menemukannya di ranting pohon pada akhir musim hujan dan kelihatan kering anda tidak perlu khawatir karena anda tetapi bisa memanfaatkannya. Anda tinggal memetiknya dan merendamnya dalam air hangat selama 1 jam dan jamur akan kembali seperti semula. Jamur kuping ini nyaris tidak memiliki aroma khusus tetapi jangan cemas karena anda bisa menambahkan bahan-bahan lain untuk membuatnya beraroma lebih kuat seperti daun bawang, jamur shiitake, dll. Cara menggunakan jamur ini adalah dengan mengiris-irisnya kecil-kecil lalu siap digunakan sebagai bahan masakan. Jamur ini memiliki anti koagulan yang bagus buat mencegah pembekuan darah. Di beberapa negara jamur ini juga sudah dimanfaatkan untuk membuat permen atau dodol. Saya suka memanfaatkan kuping liar ini untuk campuran mie instan kuah atau bakwan.

Jamur tiram liar. Biasanya jamur ini tumbuh di pohon-pohon lapuk di musim hujan. Perbedaan antara yang liar dengan budidaya adalah dari teksturnya. Yang liar lebih liat sementara yang budidaya lebih rapuh. Dari segi aroma yang liar lebih kuat dibandingkan yang budidaya. Yang budidaya cenderung sedikit atau kurang kuat aromanya. Dari segi warna juga biasanya yang budidaya lebih cerah sementara yang liar agak kusam (mungkin terkena debu atau kotoran pohon). Saya belum pernah memasak jamur tiram liar cuma penduduk di sekitar saya sudah sering. Katanya sih agak liat memang. Saya menduga penyebab liatnya karena mungkin sudah terlambat saat memetiknya. Mereka membuatnya menjadi oseng-oseng atau pepes.

Shitake liar. Saya hanya sekali melihat Shiitake liar ini sekitar tahun 2004 ketika berkunjung ke perkebunan jamur Champignon di Cangar, Batu. Waktu itu saya makan di sebuah warung di sana dan si ibu warung memamerkan jamur Shitake liar yang dia ambil dari hutan di dekat situ. Tudungnya lebih tipis dibanding yang budidaya dan mungkin memetiknya agak telat sehingga tudung sudah mekar penuh. Kalau melihat strain-nya termasuk Koshin dan bukan Donggo. Kalau di dataran rendah jelas tidak akan bisa menemukan jamur jenis ini karena memang menghendaki udara yang sejuk terus menerus (<20 derajat celcius). Sayangnya kala itu saya belum memiliki hape berkamera sehingga tidak bisa mengabadikan momennya. Saya pernah membaca buku p Unus S. jika di hutan Kalimantan ada strain jamur shiitake liar yang toleran hawa panas. Saya pernah meminta kerabat di sana untuk mencarinya tetapi entah tidak menemukannya. Mungkin mereka sendiri masih belum paham dengan bentuk Shiitake. 

Jamur merang liar. Biasanya muncul di tumpukan jerami saat usai panen padi pada musim hujan. Dulu saat musim hujan paling suka bersama-sama teman sepermainan mengumpulkan jamur merang liar ini. Bentuknya bulat-bulat seperti telur ayam. Aromanya lebih kuat dibandingkan yang budidaya tetapi biasanya warnanya tidak sebagus yang budidaya. Warnanya cenderung lebih gelap dan kadang dijumpai sudah agak basah karena mungkin sudah terkena embun atau hujan. Yang pasti jamur ini suka bersembunyi di balik jerami sehingga tangan mesti proaktif membongkar tumpukan jerami. Yang terjadi di lapangan orang sering tidak bisa membedakan jamur ini dengan genus Coprinus (jamur Trucuk) yang sama-sama juga hidup di jerami. Genus Coprinus tidak beracun tetapi jelas berbeda dengan genus Volvariela (jamur merang). Saya sudah sering memanfaatkan versi liar jamur merang ini. Karena kondisinya biasanya sudah basah maka cukup saya oseng-oseng saja.


Gimana asik bukan berburu jamur? Sudah saatnya Indonesia punya event mushroom forray supaya makin banyak generasi muda yang makin mengenal dunia jamur. Dari 5 kingdom dalam taksonomi hanya kindom fungi atau jamurlah yang kurang begitu dikenal orang. Berbeda dengan bakteri, virus, tumbuhan hijau, atau binatang yang setiap orang sudah banyak tahu. Wajar jika kasus keracunan jamur masih sering terjadi atau banyak yang masih tidak tahu jika jamur liar di depan rumah bisa dikonsumsi + banyak gizinya. Berikutnya pada artikel lain saya akan bahas mengenai tips membedakan jamur beracun atau tidak. 

No comments:

Post a Comment