Karena
semakin hari semakin susah mencari penghidupan di kampung maka akhir 2013
sempat terbersit di dalam benak saya untuk mencoba membuka lembaran hidup baru
lewat program transmigrasi. Mengapa kok memilih transmigrasi? Karena dengan
transmigrasi ini saya merasa tidak perlu memulai segalanya dari nol. Kalau saya
merantau seperti yang kebanyakan para tetangga lakukan maka akan lebih banyak
masalah dan hambatan yang akan saya temui.
1. Dengan transmigrasi saya tidak
perlu memikirkan akan dimana saya tinggal nanti karena rumah meskipun tidak
bagus sudah disediakan di lokasi tujuan. Kalau saya merantau, inilah kesulitan
pertama yang akan saya temui. Ketika datang di lokasi tujuan, saya pasti akan
kebingungan dimana saya akan tinggal sementara waktu. Apakah menumpang di rumah
saudara atau teman? Kalau tidak ada teman atau saudara bagaimana? Berarti saya
harus mencari-cari penginapan atau indekos atau kontrakan dulu. Itu merepotkan
dan bisa jadi akan cukup memakan biaya.
2. Dengan
transmigrasi saya tidak perlu bingung di lokasi tujuan akan melakukan pekerjaan
apa. Lahan garapan sudah tersedia bahkan pupuk dan benih serta peralatan
pertanian. Coba kalau saya merantau, saya harus survey dulu pastinya kira-kira
apa yang bisa saya lakukan. Kalau misalnya bertani maka saya harus sewa lahan,
membeli benih dan pupuk serta menyewa atau meminjam peralatan pertanian. Kalau
lokasinya tidak cocok untuk bertani maka masalahnya akan semakin ruwet lagi. Saya melihat para tetangga yang merantau ke luar Jawa seperti orang kebingungan di sana. Akhirnya mereka melakukan pekerjaan apa saja seperti jadi tukang ojek, jualan cilok, pedagang sayur, dll padahal di sini mereka adalah petani tulen. Ada juga yang nekad tetap bertahan menjadi petani padahal lahannya sebenarnya sangat tidak cocok untuk pertanian.
3. Program
transmigrasi menyediakan jaminan hidup (Jadup) selama 1 tahun. Saat start dalam
kehidupan adalah saat tersulit maka dengan Jadup ini akan sangat membantu
meringankan beban transmigran. Ya ibarat persneling kendaraan yang paling berat
adalah persneling satu. Dengan disediakannya beras dan lauk pauk maka beban
keuangan rumah tangga akan berkurang apalagi biasanya lahan pertanian pada
tahun-tahun pertama belum bisa berproduksi optimal.
4. Fasilitas
layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan yang berdekatan dengan lokasi
transmigrasi. Jadi anak-anak tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk biaya transportasi ke sekolah. Dengar-dengar ada salah seorang tetangga bercerita jika cucunya yang saat ini tinggal di Kalbar (bukan wilayah transmigrasi) untuk biaya ojek ke sekolah tiap hari harus mengeluarkan uang Rp 20 ribu. Kalau sebulan sudah berapa tuh?
Saya sendiri sudah sejak 2013 pengen sekali mengikuti program transmigrasi ini
tetapi ternyata kenyataan jauh dari harapan. Saya coba mencari-cari informasi
mengenai program pemerintah ini lewat internet. Prosedurnya calon transmigran
harus mendaftarkan diri secara online di bursa transmigrasi online kemudian
nantinya akan dipanggil oleh Depnakertrans untuk melengkapi berkas-berkas
persyaratannya. Akhirnya jadilah saya mendaftar online. Saya tunggu
berbulan-bulan kok sama sekali tidak ada panggilan dari pihak Depnakertrans
sehingga kemudian saya datang sendiri ke kantornya. Ternyata mereka sama sekali
tidak mengetahui situs itu padahal domain situs itu .gov yang berarti memang
benar-benar milik pemerintah. Yang mereka tahu hanya pendaftaran calon
transmigran harus secara offline. Wah kalau begini apa gunanya situs itu?
jadilah saya kemudian menyerahkan berkas-berkas berupa fotocopy KK, KTP, dan
surat nikah. Oleh petugas transmigrasi dijelaskan bahwa transmigrasi sekarang
beda jauh dengan jaman dulu. Kalau dulu program ini dikelola langsung oleh
pemerintah pusat tetapi sekarang sudah menjadi wewenang daerah menjadi
kerjasama antar daerah. Jadi suatu daerah asal transmigran harus mendapatkan
kuota transmigran dari daerah tujuan transmigran. Kalau tidak dapat kuota ya
gigit jari alias tidak bisa memberangkatkan transmigran. Saya melihat animo
masyarakat mengikuti program ini sangat besar. Di situs bursa transmigrasi
online tiap hari saya melihat ada puluhan orang yang baru mendaftar tetapi
kalau sistemnya masih seperti ini maka waiting list akan semakin panjang (kok
kayak orang mau naik haji?). Bahkan yang cukup menyedihkan sejak tahun lalu
situs bursa transmigrasi online itu sudah tidak bisa diakses (down). Sebenarnya tujuan pemerintah pusat bagus
yaitu supaya status lahan tujuan transmigran jelas karena masih banyak lahan di
luar Jawa yang statusnya berupa tanah adat yang tidak diperbolehkan menjadi
kawasan transmigrasi. Itulah kenapa pada masa lampau sering terjadi bentrok
antara transmigran dengan penduduk setempat. Selain itu daerah tujuan juga
harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh pemerintah termasuk infrastrukturnya
supaya nantinya para transmigran betah dan tidak ada kesan “dibuang di tengah
hutan”. Itu juga saya kira yang mungkin menjadi salah satu penyebab lambannya proses
pemberangkatan transmigran ini.
Daerah saya tahun 2013 hanya bisa memberangkatkan 4 KK (kepala keluarga)
sementara tahun 2014 tidak memberangkatkan transmigran sama sekali karena
memang tidak ada kuota dan tahun 2015 pun sepertinya tidak ada yang
diberangkatkan. Sekarang sudah tahun 2016 dan masih belum ada kabar sama sekali
kapan saya diberangkatkan (mungkin karena memang tidak ada kuotanya). Selama
2014-2015 saya cukup rajin datang ke kantor depnakertrans tetapi berhubung
sepertinya harapan untuk diberangkatkan semakin tidak jelas maka saya kini
berusaha untuk tidak lagi banyak berharap dan tentu saja jadinya sudah malas
datang ke kantor Depnakertrans. Mimpi bertransmigrasi pun saya campakkan. Padahal transmigrasi ini merupakan salah satu program NAWACITA bapak presiden tetapi kenyataannya di lapangan? Ah, sudahlah...
No comments:
Post a Comment