Monday, August 15, 2016

Susahnya Bertransmigrasi...

     Karena semakin hari semakin susah mencari penghidupan di kampung maka akhir 2013 sempat terbersit di dalam benak saya untuk mencoba membuka lembaran hidup baru lewat program transmigrasi. Mengapa kok memilih transmigrasi? Karena dengan transmigrasi ini saya merasa tidak perlu memulai segalanya dari nol. Kalau saya merantau seperti yang kebanyakan para tetangga lakukan maka akan lebih banyak masalah dan hambatan yang akan saya temui.
1. Dengan transmigrasi saya tidak perlu memikirkan akan dimana saya tinggal nanti karena rumah meskipun tidak bagus sudah disediakan di lokasi tujuan. Kalau saya merantau, inilah kesulitan pertama yang akan saya temui. Ketika datang di lokasi tujuan, saya pasti akan kebingungan dimana saya akan tinggal sementara waktu. Apakah menumpang di rumah saudara atau teman? Kalau tidak ada teman atau saudara bagaimana? Berarti saya harus mencari-cari penginapan atau indekos atau kontrakan dulu. Itu merepotkan dan bisa jadi akan cukup memakan biaya.
2. Dengan transmigrasi saya tidak perlu bingung di lokasi tujuan akan melakukan pekerjaan apa. Lahan garapan sudah tersedia bahkan pupuk dan benih serta peralatan pertanian. Coba kalau saya merantau, saya harus survey dulu pastinya kira-kira apa yang bisa saya lakukan. Kalau misalnya bertani maka saya harus sewa lahan, membeli benih dan pupuk serta menyewa atau meminjam peralatan pertanian. Kalau lokasinya tidak cocok untuk bertani maka masalahnya akan semakin ruwet lagi. Saya melihat para tetangga yang merantau ke luar Jawa seperti orang kebingungan di sana. Akhirnya mereka melakukan pekerjaan apa saja seperti jadi tukang ojek, jualan cilok, pedagang sayur, dll padahal di sini mereka adalah petani tulen. Ada juga yang nekad tetap bertahan menjadi petani padahal lahannya sebenarnya sangat tidak cocok untuk pertanian.
3. Program transmigrasi menyediakan jaminan hidup (Jadup) selama 1 tahun. Saat start dalam kehidupan adalah saat tersulit maka dengan Jadup ini akan sangat membantu meringankan beban transmigran. Ya ibarat persneling kendaraan yang paling berat adalah persneling satu. Dengan disediakannya beras dan lauk pauk maka beban keuangan rumah tangga akan berkurang apalagi biasanya lahan pertanian pada tahun-tahun pertama belum bisa berproduksi optimal.
4. Fasilitas layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan yang berdekatan dengan lokasi transmigrasi. Jadi anak-anak tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk biaya transportasi ke sekolah. Dengar-dengar ada salah seorang tetangga bercerita jika cucunya yang saat ini tinggal di Kalbar (bukan wilayah transmigrasi) untuk biaya ojek ke sekolah tiap hari harus mengeluarkan uang Rp 20 ribu. Kalau sebulan sudah berapa tuh?


     Saya sendiri sudah sejak 2013 pengen sekali mengikuti program transmigrasi ini tetapi ternyata kenyataan jauh dari harapan. Saya coba mencari-cari informasi mengenai program pemerintah ini lewat internet. Prosedurnya calon transmigran harus mendaftarkan diri secara online di bursa transmigrasi online kemudian nantinya akan dipanggil oleh Depnakertrans untuk melengkapi berkas-berkas persyaratannya. Akhirnya jadilah saya mendaftar online. Saya tunggu berbulan-bulan kok sama sekali tidak ada panggilan dari pihak Depnakertrans sehingga kemudian saya datang sendiri ke kantornya. Ternyata mereka sama sekali tidak mengetahui situs itu padahal domain situs itu .gov yang berarti memang benar-benar milik pemerintah. Yang mereka tahu hanya pendaftaran calon transmigran harus secara offline. Wah kalau begini apa gunanya situs itu? jadilah saya kemudian menyerahkan berkas-berkas berupa fotocopy KK, KTP, dan surat nikah. Oleh petugas transmigrasi dijelaskan bahwa transmigrasi sekarang beda jauh dengan jaman dulu. Kalau dulu program ini dikelola langsung oleh pemerintah pusat tetapi sekarang sudah menjadi wewenang daerah menjadi kerjasama antar daerah. Jadi suatu daerah asal transmigran harus mendapatkan kuota transmigran dari daerah tujuan transmigran. Kalau tidak dapat kuota ya gigit jari alias tidak bisa memberangkatkan transmigran. Saya melihat animo masyarakat mengikuti program ini sangat besar. Di situs bursa transmigrasi online tiap hari saya melihat ada puluhan orang yang baru mendaftar tetapi kalau sistemnya masih seperti ini maka waiting list akan semakin panjang (kok kayak orang mau naik haji?). Bahkan yang cukup menyedihkan sejak tahun lalu situs bursa transmigrasi online itu sudah tidak bisa diakses (down).  Sebenarnya tujuan pemerintah pusat bagus yaitu supaya status lahan tujuan transmigran jelas karena masih banyak lahan di luar Jawa yang statusnya berupa tanah adat yang tidak diperbolehkan menjadi kawasan transmigrasi. Itulah kenapa pada masa lampau sering terjadi bentrok antara transmigran dengan penduduk setempat. Selain itu daerah tujuan juga harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh pemerintah termasuk infrastrukturnya supaya nantinya para transmigran betah dan tidak ada kesan “dibuang di tengah hutan”. Itu juga saya kira yang mungkin menjadi salah satu penyebab lambannya proses pemberangkatan transmigran ini.


     Daerah saya tahun 2013 hanya bisa memberangkatkan 4 KK (kepala keluarga) sementara tahun 2014 tidak memberangkatkan transmigran sama sekali karena memang tidak ada kuota dan tahun 2015 pun sepertinya tidak ada yang diberangkatkan. Sekarang sudah tahun 2016 dan masih belum ada kabar sama sekali kapan saya diberangkatkan (mungkin karena memang tidak ada kuotanya). Selama 2014-2015 saya cukup rajin datang ke kantor depnakertrans tetapi berhubung sepertinya harapan untuk diberangkatkan semakin tidak jelas maka saya kini berusaha untuk tidak lagi banyak berharap dan tentu saja jadinya sudah malas datang ke kantor Depnakertrans. Mimpi bertransmigrasi pun saya campakkan. Padahal transmigrasi ini merupakan salah satu program NAWACITA bapak presiden tetapi kenyataannya di lapangan? Ah, sudahlah...


No comments:

Post a Comment