Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan orang yang mengeluh kalau semua urusan
dalam hidupnya tak satupun tidak ada yang beres. Saya hanya bisa tertawa dalam
hati. Gimana bakalan beres kalau dia selalu sibuk menghabiskan waktu dengan
mengurusi urusan orang lain? Saya pernah mendengar sendiri sewaktu dia bangun
pukul 00 dan mengobrol dengan istrinya di dapur . Waktu saya nguping ternyata yang
dibicarakan si A. Beberapa menit kemudian topik beralih ke si B. Beberapa waktu
kemudian topik berpindah ke si C, dan seterusnya. Semua nama orang yang pernah
terdengar diobrolin mulai A sampai Z. Bahkan orang yang sudah almarhum puluhan tahun lalu pun masih juga diobrolin sampai segitunya. Sebegitu pentingnyakah urusan orang lain
sampai-sampai tengah malam buta masih sempat-sempatnya memperbincangkan urusan
orang?
Kejadian lain saya alami sendiri. Salah satu sepupu saya seorang wanita sebut
saja si F ini juga getol banget mengurusi orang lain. Beberapa waktu lalu dia
habis-habisan mengoreksi kehidupan saya di depan para tetangga saya. Saya yakin
dia tidak bakal berani ngomong langsung di depan saya. Saya tidak mendengarnya
sendiri melainkan dari tetangga yang sudah mendengar omongan si F itu. saya
jadi heran setengah mati dengan si F itu. dia sudah 2x bercerai. Yang terakhir
dia menikah dengan seorang preman terminal. Perceraiannya terjadi setelah
suaminya itu tertangkap mencuri motor. Rupanya kesaksian suaminya di pengadilan
menyeret si F. Merasa ketakutan ikut dipenjara si F memilih hidup
berpindah-pindah selama beberapa tahun lamanya. Dari sabang sampai Merauke
sudah dia jelajahi karena takut dipenjara. Yang terkena getahnya tentu orang
tuanya. Mereka terpaksa mensuplai si F dengan uang yang besar untuk biaya hidup
berpindah-pindah terus menerus tetapi untungnya orang tua si F termasuk orang
berada jadi tidak begitu menjadi masalah. Pelarian si F berakhir beberapa bulan
lalu ketika suaminya keluar dari penjara dan kemudian mereka resmi bercerai.
Untuk mengisi waktunya si F kadang mondok di ponpes. Kalau lagi taat
kemana-mana pakai baju jubah dan jilbab tetapi kalau lagi kumat ya cuma pakai
kaos oblong yukense tanpa jilbab sama sekali. Kadang kalau lagi tidak di pondok
dia cuma keluyuran ke rumah-rumah para tetangga atau kerabatnya sambil
membicarakan aib orang lain.
Dari pernikahan pertama si F memiliki 2 anak tetapi sejak kecil anak-anaknya
diasuh oleh orang tuanya. Si F sendiri sibuk keluyuran atau melakukan
kegiatan-kegiatan tidak jelas tujuannya. Wajar jika rumah tangga mereka kemudian hancur. Herannya
meskipun hidupnya sudah sedemikian hancurnya masih saja waktunya cuma diisi
dengan mengoreksi dan membicarakan aib orang lain setiap hari. Yah semoga saja
dia disadarkan oleh Allah suatu hari nanti. Kalau saya pribadi sih sekarang
sudah tidak mau mempedulikan orang mau mengatakan apa tentang kehidupan saya.
Saya hanyalah manusia biasa dengan banyak kekurangan dan kesalahan. Saya bukan
malaikat yang tanpa salah dan dosa. Katanya sih manusia itu tempatnya salah dan lupa? Wajar jika ada atau banyak orang yang
kemudian membicarakan kekurangan yang saya miliki. Malah kalau ada orang yang
membicarakan kelebihan saya, malah saya takut. Jangan-jangan dia mau pinjam
uang saya (just kidding padahal juga kagak pernah punya duit...). Sikapi saja orang-orang yang terlalu sibuk
mengurusi urusan orang lain dengan senyuman. Orang selalu tahu apa yang terbaik buat orang lain tetapi sering tidak tahu apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri.
No comments:
Post a Comment