Saturday, February 25, 2017

Gimana Urusan Beres Kalau Terlalu Sibuk Menghabiskan Waktu Mengurusi Urusan Orang Lain?

     Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan orang yang mengeluh kalau semua urusan dalam hidupnya tak satupun tidak ada yang beres. Saya hanya bisa tertawa dalam hati. Gimana bakalan beres kalau dia selalu sibuk menghabiskan waktu dengan mengurusi urusan orang lain? Saya pernah mendengar sendiri sewaktu dia bangun pukul 00 dan mengobrol dengan istrinya di dapur . Waktu saya nguping ternyata yang dibicarakan si A. Beberapa menit kemudian topik beralih ke si B. Beberapa waktu kemudian topik berpindah ke si C, dan seterusnya. Semua nama orang yang pernah terdengar diobrolin mulai A sampai Z. Bahkan orang yang sudah almarhum puluhan tahun lalu pun masih juga diobrolin sampai segitunya. Sebegitu pentingnyakah urusan orang lain sampai-sampai tengah malam buta masih sempat-sempatnya memperbincangkan urusan orang?


     Kejadian lain saya alami sendiri. Salah satu sepupu saya seorang wanita sebut saja si F ini juga getol banget mengurusi orang lain. Beberapa waktu lalu dia habis-habisan mengoreksi kehidupan saya di depan para tetangga saya. Saya yakin dia tidak bakal berani ngomong langsung di depan saya. Saya tidak mendengarnya sendiri melainkan dari tetangga yang sudah mendengar omongan si F itu. saya jadi heran setengah mati dengan si F itu. dia sudah 2x bercerai. Yang terakhir dia menikah dengan seorang preman terminal. Perceraiannya terjadi setelah suaminya itu tertangkap mencuri motor. Rupanya kesaksian suaminya di pengadilan menyeret si F. Merasa ketakutan ikut dipenjara si F memilih hidup berpindah-pindah selama beberapa tahun lamanya. Dari sabang sampai Merauke sudah dia jelajahi karena takut dipenjara. Yang terkena getahnya tentu orang tuanya. Mereka terpaksa mensuplai si F dengan uang yang besar untuk biaya hidup berpindah-pindah terus menerus tetapi untungnya orang tua si F termasuk orang berada jadi tidak begitu menjadi masalah. Pelarian si F berakhir beberapa bulan lalu ketika suaminya keluar dari penjara dan kemudian mereka resmi bercerai. Untuk mengisi waktunya si F kadang mondok di ponpes. Kalau lagi taat kemana-mana pakai baju jubah dan jilbab tetapi kalau lagi kumat ya cuma pakai kaos oblong yukense tanpa jilbab sama sekali. Kadang kalau lagi tidak di pondok dia cuma keluyuran ke rumah-rumah para tetangga atau kerabatnya sambil membicarakan aib orang lain.

     Dari pernikahan pertama si F memiliki 2 anak tetapi sejak kecil anak-anaknya diasuh oleh orang tuanya. Si F sendiri sibuk keluyuran atau melakukan kegiatan-kegiatan tidak jelas tujuannya. Wajar jika rumah tangga mereka kemudian hancur. Herannya meskipun hidupnya sudah sedemikian hancurnya masih saja waktunya cuma diisi dengan mengoreksi dan membicarakan aib orang lain setiap hari. Yah semoga saja dia disadarkan oleh Allah suatu hari nanti. Kalau saya pribadi sih sekarang sudah tidak mau mempedulikan orang mau mengatakan apa tentang kehidupan saya. Saya hanyalah manusia biasa dengan banyak kekurangan dan kesalahan. Saya bukan malaikat yang tanpa salah dan dosa.  Katanya sih manusia itu tempatnya salah dan lupa? Wajar jika ada atau banyak orang yang kemudian membicarakan kekurangan yang saya miliki. Malah kalau ada orang yang membicarakan kelebihan saya, malah saya takut. Jangan-jangan dia mau pinjam uang saya (just kidding padahal juga kagak pernah punya duit...).  Sikapi saja orang-orang yang terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain dengan senyuman. Orang selalu tahu apa yang terbaik buat orang lain tetapi sering tidak tahu apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri.

No comments:

Post a Comment