Wednesday, June 6, 2018

Budidaya Cabai Merah Besar (CMB) Sang Primadona Produsen Para Orang Kaya Baru (OKB)



     Mungkin 10 tahun lalu di kampung saya sebagian besar OKB dilahirkan oleh komoditas tembakau. Akan tetapi lama kelamaan pamor tembaku terus surut. Penyebabnya terutama karena keadaan musim yang semakin tidak menentu membuat mutu tembakau terus melorot. Musim kemarau basah benar-benar telah menjadi momok yang menakutkan sekaligus merugikan. Sebaliknya musim kemarau yang sangat kering panas membuat perkembangbiakan hama menjadi tidak terkendali. Padahal harga tembakau berbanding lurus dengan mutu krosoknya. Selain itu tembakau membutuhkan jumlah tenaga kerja sangat banyak sementara mendapatkan pekerja di jaman sekarang bukan pekerjaan mudah. Para warga lebih suka menjadi pedagang atau menjadi buruh toko atau pabrik daripada buruh tani.
     Nah di tengah kegalauan inilah lahir budidaya CMB atau Cabai Merah Besar yang menjadi harapan banyak warga untuk meraih level kesejahteraan baru yang lebih baik. Sebenarnya bukan berarti dari dulu tidak ada orang yang membudidayakan CMB, tetapi hanya pamornya tenggelam oleh komoditas tembakau yang sangat mencorong. Dan terbukti saya sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri sudah banyak para warga kini bisa membeli motor baru, mobil, atau membangun rumah saat ini dari budidaya CMB. Berbeda dengan tembakau yang paling banter sekarang cuma bisa untuk membeli motor bekas. Nah apa saja kelebihan budidaya CMB dibandingkan tembakau ini?
1. CMB Lebih irit tenaga kerja. Berbeda dengan tembakau yang 50% dari total biaya disumbangkan oleh kebutuhan tenaga kerja. Padahal upah tenaga kerja terus saja naik dari waktu ke waktu dan upah ini cukup sulit dilakukan efisiensi atau dipangkas nilainya sementara semua proses budidaya dan pengolahan tembakau masih dilakukan manual atau tanpa mesin (kecuali untuk olah tanah saja). Kalau jaman dahulu kala majikan lebih "berharga" dibandingkan "buruh" namun kini semua sudah berbalik, buruh apapun termasuk buruh tani lebih berharga. Beberapa waktu lalu saat saya bertemu dengan kenalan yang merupakan warga keturunan dia sempat curhat. Saya tahu benar jika kenalan saya ini memang sudah lama keluar dari bisnis budidaya tembakau dan saat curhat itu mengeluh jika posisi tawar buruh jaman sekarang sangat tinggi. Mereka bisa menentukan upah semaunya dan meminta fasilitas ini itu. Saya sendiri juga pernah mengalaminya. Saat panen padi, meskipun sudah diberi upah dan makanan para buruh masih minta snack, kopi, teh, dan rokok. Mungkin suatu hari nanti mereka sekalian akan minta pulsa, uang bensin, dan tunjangan hari tua. Pengusaha sehebat apapun pasti akan pusing jika para pekerjanya terlalu banyak meminta macam-macam.  Bukan berarti buruh tak boleh meminta kenaikan kesejahteraan tetapi kalau di sisi majikan sendiri terus mengalami kesulitan maka tinggal tunggu waktu usaha sang majikan kolaps. 
2. CMB lebih mudah disiasati saat terjadi perubahan cuaca. Ini cuma tergantung pengalaman, skill, dan kepintaran si petani CMB saja jika cuaca berubah tidak seperti yang diharapkan.  Berbeda dengan tembakau yang begitu cuaca berubah maka si petani tidak bisa berbuat apa-apa. Contoh misalnya saat kemarau basah, CMB masih bisa menggunakan mulsa untuk mencegah tumbuhnya gulma dan menjaga tanah tidak terlalu basah tetapi tembakau? Bisa saja sebenarnya tembakau memakai mulsa namun akan sangat menguras biaya. Begitu pula penggunaan fungisida pada CMB bisa lebih diperbanyak. 
3. Hasil CMB tidak perlu diolah. Berbeda dengan tembakau yang masih harus dibawa pulang, disujen, dikeringkan, dll yang sangat memakan waktu dan biaya. Untuk membangun gudang tembakau memerlukan biaya yang tak sedikit. Itulah sebabnya banyak petani tembakau sekarang yang tidak memiliki gudang. Mereka biasanya kemudian menyewanya. 
4. Tata niaga CMB lebih fair. Sudah bukan rahasia lagi jika sistem tata niaga tembakau adalah monopoli. Dengan sistem seperti ini sulit bagi petani akan meraih kesejahteraan karena harga dibuat suka-suka oleh yang membeli. Berbeda dengan harga CMB yang mutlak ditentukan oleh mekanisme pasar.
5. Keamanan CMB yang lebih baik di lahan. Berbeda sekali dengan tembakau yang jika sudah masuk saat pengeringan rawan sekali terjadi bencana kebakaran. Sekali gudang tembakau terbakar maka dijamin petani akan langsung buntung. Mungkin ada yang bilang CMB juga rawan pencurian, tetapi setahu saya itu hanya marak jika harga CMB sedang melangit dan itupun juga saya sangat jarang mendengarnya kasusnya. 
6. Konsumsi CMB rakyat yang terus naik. Belakangan ini kita pasti sering disuguhi oleh kuliner-kuliner yang mengutamakan pedas contoh mie set*n. mie g*byos, atau apalah-apalah dengan level kepedasan dari satu sampai entah berapa. Ini bertolak belakang dengan konsumsi tembakau yang terus ditekan dengan cukai yang tinggi karena sudah sangat jelas jika tembakau menyebabkan gangguan kesehatan.
7. Budidaya CMB lebih mudah memperoleh kredit bank. Beberapa tahun lalu jika ada nasabah yang akan mengajukan kredit ke bank dan mengatakan digunakan untuk budidaya tembakau maka sudah pasti bank akan menolak. Saya tidak tahu alasan pastinya tetapi jika digunakan untuk menanam CMB maka pasti akan langsung disetujui. 
     Jika anda masih bingung mencari salah satu bentuk usaha dan tinggal di wilayah pedesaan maka saya kira budidaya CMB ini sangat layak buat dicoba. Saya memang tidak memiliki data statistik pasti namun kenyataan di lapangan mengatakan demikian. Kalaulah misalnya harga sedang rendah masih bisa dikeringkan untuk dijual di kemudian hari. Berbeda dengan masyarakat Asia di luar Indonesia yang terbiasa mengkonsumsi cabai bubuk maka rakyat kita masih terpaku dengan cabai segar sehingga peluang untuk memasok komoditas ini ke pasar masih sangat tinggi. 

No comments:

Post a Comment