Beberapa minggu ini dunia medsos dihebohkan dengan undian tutup botol berhadiah total 9M yang diselenggarakan oleh salah satu minuman pendatang baru yaitu Ichitan. Katanya sih total ada 30 tutup botol yang dilepas yang ada hadiah IDR 300 juta/tutup. Konsumen cuma diharuskan membeli Ichitan lalu memerikan di balik tutup apakah ada tulian hadiah uang 300 juta itu atau tidak. Hingga tulisan ini diturunkan (17/04/2017) yang saya tahu sudah ada 3 pemenang yang semuanya berasal dari wilayah Jawa bagian barat. Yang menghebohkan adalah acara ini diliput oleh stasiun-stasiun TV nasional sehingga langsung menjadi buah bibir dimana-mana. Yang menarik dan perlu disimak adalah ternyata begitu banyak teman-teman kuter istri saya yang bisa dibilang ter-”hipnotis” oleh undian Ichitan ini. Sebut saja si W. Dia langsung memborong berbotol-botol Ichitan dari minimarket. Sesampainya di rumah langsung dibuka semua botol itu sambil melihat di balik tutup barangkali ada tulisan 300 jutanya. Masalahnya adalah minuman yang dibeli terlalu banyak dan semuanya sudah terlanjur dibuka. Beberapa sempat diminum oleh seluruh anggota keluarga tetapi rupanya masih banyak yang tersisa. Mau disimpan di kulkas semua juga tidak muat akhirnya jalan terakhir adalah dibuang (entah kenapa kok tidak diberikan kepada kerabat atau tetanggnya?). Hasilnya? Tak satupun tutup botol yang ada hadiahnya! Melihat endingnya yang seperti itu saya cuma bisa mengelus dada. Sebuah kemubaziran yang luar biasa. Pertama membeli sesuatu yang sudah jelas-jelas bukan dibutuhkan tetapi hanya karena tergiur hadiah yang super wah. Yang kedua isi botol yang lebih penting dan bermanfaat dibandingkan tutupnya ternyata malah akhirnya cuma dibuang. Sudah mubazir plus kalau menurut saya begini caranya ada aroma-aroma perjudian pula disitu.
Oleh sebab
itu saya selalu tekankan kepada istri saya agar jika mengikuti undian online
atau offline jangan sampai terjerumus kepada kemubaziran dan judi. Akan tetapi
memang susah menyadarkan orang yang pikirannya sudah tergiur dengan sesuatu
yang wah. Dalihnya sudah pasti ah siapa tahu dengan kirim beberapa bungkus siapa
tahu entar dapat Mercedez atau Alphard. Kelihatan ada unsur “gambling”-nya di
sini. Padahal Allah sudah melarang perjudian. Bahkan negara ini juga setahu saya melarang
perjudian.
Apakah saya
tidak pernah mengikuti undian online atau offline? Pernah kok tetapi saya ikuti
sewajarnya saja. Contoh undian kirim bungkus Kapal Api tahun ini. Saya memang
penikmat kopi walau bukan pecandu kopi. Saya membeli kopi juga sewajarnya
sesuai kebutuhan. Tidak karena ada undian lantas saya beli berlebihan. Tidak sama
sekali. Saya hanya takut akan terjerumus ke dalam perjudian dan kemubaziran
saja. Bahkan kopi Kapal Api yang saya beli juga karena sedang sale alias murah.
Kalau lagi mahal atau enggak sale juga enggak bakalan saya beli dan saya
membeli merek lain yang lebih murah. Saya suka seandainya dapat hadiah mobil
Mercedez atau
emas dari Kapal Api. Siapa yang mau menolak? Tetapi saya juga harus rasional. Bahkan untuk mengirim saya sekarang lebih suka pakai dropbox karena gratis. Perkara mau dropbox itu mau dibawa beneran ke Jakarta buat diundi atau cuma akhirnya dibuang atau dibakar ya terserahlah. Itu urusan pihak penyelenggara mereka mau amanah atau tidak. Istri saya pernah bercerita jika bahkan ada “pasar” buat jual beli bungkus-bungkus makanan atau stiker khusus untuk undian. Jadi jika anda tidak memiliki bungkus kopi Kapal Api sekarang entah karena anda bukan penikmat kopi, atau penikmat merek lain, anda bisa memesan hanya bungkusnya saja berapapun yang anda butuhkan.
emas dari Kapal Api. Siapa yang mau menolak? Tetapi saya juga harus rasional. Bahkan untuk mengirim saya sekarang lebih suka pakai dropbox karena gratis. Perkara mau dropbox itu mau dibawa beneran ke Jakarta buat diundi atau cuma akhirnya dibuang atau dibakar ya terserahlah. Itu urusan pihak penyelenggara mereka mau amanah atau tidak. Istri saya pernah bercerita jika bahkan ada “pasar” buat jual beli bungkus-bungkus makanan atau stiker khusus untuk undian. Jadi jika anda tidak memiliki bungkus kopi Kapal Api sekarang entah karena anda bukan penikmat kopi, atau penikmat merek lain, anda bisa memesan hanya bungkusnya saja berapapun yang anda butuhkan.
Undian-undian
semacam ini memang akhirnya menciptakan kuter-kuter offline dengan spesialis undian atau race point. Modal mereka luar biasa
besar. Memang akhirnya mereka bisa menang ini itu. Hadiah ponsel adalah hal yang sangat biasa. Tak jarang mereka mendapatkan hadiah liburan atau motor atau umrah. Akhir tahun lalu saya sempat
kepingin mengikuti jejak mereka karena tergiur dengan kesuksesan mereka tetapi
saya urungkan tahun ini karena selain modal gak kuat hehehe... juga saya pikir
kok malah akhirnya jadi terkesan seperti berjudi. Membeli susu berkarton-karton
bukan buat diminum tetapi cuma buat diambil kardusnya lalu isinya dijual
kembali dengan harga lebih murah. Membeli bihun berkardus-kardus cuma buat
diambil kuponnya saja padahal belum tentu ada 1 kupon di antara 5 bungkus. Kalau
sudah dibuka entah mau diapakai bihunnya yang kalau dimakan sekeluarga setiap
hari juga enggak bakalan habis setahun. Bagi
produsen sih dengan adanya undian ini jelas akan mendongkrak omzet mereka. Kenaikan
omzet mereka akan menutup biaya untuk hadiah yang akan mereka keluarkan. Mereka
malah untung besar dengan event ini. Pantas saja ada sebuah merek snack cokelat
kurang terkenal yang saya baru kenal namanya beberapa bulan lalu bisa
mengadakan undian dengan hadiah ratusan juta berkali-kali hingga sekarang. Di sinilah
lagi-lagi kita sebagai konsumen benar-benar diuji tingkat rasionalitasnya. Akan
tetapi seperti yang pernah disampaikan oleh dosen marketing management yang
pernah saya ikuti semasa kuliah jika dalam berbelanja konsumen biasanya kurang
mengedepankan rasionalitas. Maaf bukannya mendiskriditkan kaum hawa cuma guru
agama saya dulu waktu sekolah pernah bilang jika lelaki dikarunia 9 rasio + 1
nafsu sementar wanita sebaliknya 9 nafsu + 1
rasio. Makanya kebanyakan undian-undian ini diikuti oleh kaum hawa karena
biasanya di dalam RT salah satu tugas mereka adalah berbelanja. Bahkan kegiatan
yang satu ini selalu identik dengan kaum hawa. Dengan hanya memiliki 1 rasio
maka wajarlah jika dalam berbelanja sering tidak atau kurang rasional dan “kelemahan”
menjadi sasaran empuk dan dimanfaatkan benar oleh banyak produsen dan marketer.
Di kampung saya juga sudah menjadi pemandangan umum tiap ada pedagang kain atau
panci keliling para wanita langsung datang
mengerubuti. Meskipun belum lama membeli baju baru kadang para wanita
ini masih mau beli baju juga. Panci di dapur juga sudah berlusin-lusin sampai
jadi sarang debu dan laba-laba tetapi juga masih masuk terus panci-panci baru
sampai bingung entah mau diletakkan dimana lagi. Padahal yang dipakai terus
menerus tiap hari kadang cuma 1-2 panci
saja. Eitss.. maaf malah ngelantur kemana-mana...
No comments:
Post a Comment