Wednesday, September 11, 2019

Akhirnya Kena Cedera (Lagi) Dengan Sepatu Lari Reebok

Example HTML page This is the body of your page.

     Setelah sepatu lari Adidas hancur lebur dan benar-benar sudah tak bisa dipakai lagi maka berikutnya saya harus mencari kandidat baru. Terbukti jika sepatu Adidas ini kurang awet atau cepat rusak. Pengennya sih balik ke Asics yang awet dan nyaman dipakai. Sayangnya asics cuma bisa dibeli online. Sampai suatu ketika sedang jalan-jalan bersama istri melewati Sp*rt St*tion ada tulisan SALE besar-besar di depan. Sialnya istri melihat tulisan itu dan spontan meminta saya untuk masuk melihat-lihat barangkali ada yang cocok. Terpaksa deh walaupun kurang sreg akhirnya saya masuk juga. Berhubung sama sekali tak membawa persiapan uang yang cukup banyak akhirnya saya melihat-lihat sepatu lari yang harganya paling murah dan sampailah di rak Reebok. Sesungguhnya saya kurang suka dengan merek Rebook ini karena rasa-rasanya saya belum pernah melihat review sepatu lari merek ini sebelumnya.  Ibarat membeli kucing dalam karung. Berhubung istri sudah nerocos terus untuk lekas-lekas membelinya maka dengan sangat terpaksa jadilah saya membawa sepasang sepatu lari Reebok Swiftway ini pulang. Saya tak tahu apakah sepatu ini nanti akan cocok dengan kaki atau tidak. Saya tak tahu apakah sepatu ini untuk tipe kaki netral atau overpronator atau gimana. Saya benar-benar buta! Memang sudah dicoba di toko dan cukup nyaman sih tetapi endingnya nanti akan seperti apa saya tak bisa memprediksi sama sekali.
    Awal memakai Rebook ini saya terkesan karena terasa sangat nyaman bahkan saya bisa memperoleh pace 5 menit yang belum pernah bisa didapatkan dengan sepatu Adidas sebelumnya padahal sepatu ini lebih berat dan besar dibandingkan dengan Adidas. Jadilah saya lumayan terkesan dengan Reebok ini. Saya merasa telah membuat pilihan yang tepat. Akan tetapi empat bulan kemudian rupa-rupanya bulan madu dengan Rebook harus berakhir. Di suatu pagi sesuatu yang buruk pun terjadi. Saat itu seperti biasa usai subuh saya langsung mulai berlari. Awalnya tidak ada masalah apapun sampai kira-kira setelah menempuh jarak 300 m mendadak muncul rasa nyeri di otot lutut sisi kiri pada kaki kiri. Rasa nyerinya sangat tajam sehingga saya langsung mengurangi jarak, kecepatan dan sekaligus durasi lari pagi itu. Sepanjang perjalanan saya didera dengan rasa nyeri yang hebat tetapi untungnya saya masih tetap bisa berlari. Padahal hari-hari sebelumnya sama sekali tidak merasa ada masalah apapun pada otot lutut. Sesampainya di rumah rasa nyeri mereda dan saya berpikir jika kejadian itu hanya kebetulan saja. Berharap semoga sesi berikutnya tidak muncul masalah nyeri itu lagi.
     Sesi berikutnya dua hari kemudian saya pun mencoba lari pagi-pagi dan hasilnya malah jauh lebih buruk! Rasa nyeri yang teramat sangat mendera otot lutut mulai dari awal berlari. Saya pun tidak mampu berlari sama sekali dan terpaksa hanya berjalan. Acara lari pagi itupun berubah menjadi berjalan-jalan. Tiba di rumah saya langsung minum obat pereda nyeri otot walaupun saya tahu itu tak akan banyak membantu tetapi saya juga sudah tak tahan dengan rasa nyerinya. Sepanjang hari saya merasakan nyeri yang sangat mengganggu. Dengan sangat terpaksa saya pun libur berlari hampir 3 hari untuk meredakan rasa nyeri itu. Memang selama 3 hari itu rasa nyeri terus berkurang dan saya pun dengan pede-nya lagi-lagi berpikir jika sudah pulih. Kembali saya pun mengenakan sepatu Reebook itu dan berlari di sesi berikutnya. Untuk mengantisipasi nyeri saya meminum obat pereda nyeri otot dan sekaligus mengoleskan krim pengurang nyeri. Hasilnya? Sudah jelas nol besar! Nyeri tetap menghantam otot lutut. Anehnya jika berjalan atau berdiri sama sekali nyeri itu tak terasa tetapi begitu digunakan berlari langsung saja spontan muncul. Saya sudah mulai curiga jika saya sedang terkena cedera otot lutut.
     Saya pun mencoba menganalisis apa yang menjadi biang keladinya cedera kali ini. Apakah saya yang terlalu keras berlari selama ini? Kalau melihat catatan di aplikasi berlari saya sepertinya bukan. Hmm saya mulai mencurigai sepatu Reebok ini sebagai penyebabnya. Ini berkaca dari pengalaman cedera yang pernah saya alami sebelumnya yang tak bisa disembuhkan dengan cara apapun kecuali berganti sepatu. 
     Saya pun kemudian tetap berlari dengan memakai Reebok ini tetapi dengan pace, jarak, dan durasi yang sangat berkurang. Saya merasa seperti sedang berlari dengan satu kaki yaitu kaki kanan sementara kaki kiri cuma numpang berlari saja. Kaki kiri hanya bisa saya seret dan ini yang menyebabkan kelelahan cepat datang.  Jarak 10 km pun saya harus berjuang setengah mati padahal biasanya jarak segitu seperti cuma upil saja. Kaki kiri sama sekali tidak dapat diangkat tinggi-tinggi dan ini menyebabkan rawan tersandung jika sedang berlari di atas jalan yang tak rata atau banyak batunya. Sudah berkali-kali kaki kiri tersandung dan syukurlah tidak sampai mengakibatkan jatuh. Olahraga joging yang selama ini saya lakukan dengan senang hati dan penuh semangat tiba-tiba berubah menjadi aktivitas horor. Saya mulai ketakutan dengan rasa nyeri yang terus menemani selama sedang berlari.  Saya pun mulai mencari-cari alasan dan pembenaran untuk bolos berlari. Baru kali ini saya mulai kehilangan semangat berlari. Siapa sih orangnya yang betah “menikmati” nyeri terus terusan? Sebenarnya walaupun tidak dirawat sama sekali ataupun dirawat, cedera tetap akan sembuh dengan sendirinya tetapi butuh waktu lama. Berdasar pengalaman perlu minimal 3 bulan untuk 100% sembuh. Berarti saya harus libur berlari selama 3 bulan? Padahal libur satu sesi saja sudah menimbulkan rasa bersalah. Nah walaupun sepatu Rebooknya belum rusak sama sekali tetapi terpaksa kini saya harus segera mencari kandidat penggantinya. Semoga saya bisa cepat menemukan sepatu yang tepat dan sudah pasti hemat harganya.
     Oya ada satu hal lagi yang ngeselin dari Reebok ini yaitu tali sepatunya yang sangat panjang dan mudah terlepas. Untuk mengikat talinya saja butuh waktu lama sekali. Entah mengapa mereka tidak membuat tali yang lebih pendek. Selain itu kotoran seperti kerikil mudah sekali menempel atau tersangkut di sol luar sepatu. Sebenarnya sepatu Reebok ini sangat empuk. Mungkin inilah sepatu terempuk yang pernah saya pakai. 

UPDATE 2020:
Cedera memang bisa disebabkan oleh banyak hal termasuk sepatu tetapi ternyata tak selalu begitu. Beberapa hari lalu saya follow sebuah akun seorang pelatih lari nasional. Saya akhirnya mendapat jawaban atas cedera ini. Ternyata oh ternyata kalau kita lari terus menerus tanpa melakukan penguatan otot-otot maka itu bisa menyebabkan cedera. Gerakan berlari sebenarnya melibatkan sejumlah otot dan ini harus sering dilatih seperti dengan squat, plank, drill, dan sejumlah latihan-latihan lainnya.  Ini yang saya tak pernah tahu sebelumnya. Saya cuma sibuk berlari dan berlari tanpa henti. Wajar cedera akhirnya. Kini di waktu jadwal lari sedang off saya lakukan sejumlah senam-senam seperti squat dan planking. Dulu sebenarnya saya sudah memiliki rencana seperti ini cuma tak pernah konsisten menerapkannya. Kini mau tak mau saya harus siap melakukan penguatan sejumlah otot secara rutin jika tak ingin dihajar cedera lagi. 
   

No comments:

Post a Comment