Thursday, March 24, 2016

Tips Memanfaatkan Sisa Antibiotik


Di kulkas saya sudah lama menumpuk banyak antibiotik yang tidak terpakai. antibiotik ini berasal dari Resep dokter yang memang tidak diminum karena pasiennya alergi atau mengalami efek samping yang intolerable. Yang paling sering berobat ke dokter adalah ibu saya maka bisa dipastikan itu semua berasal dari obat-obatan beliau. Saya lihat ada beberapa macam antibiotik seperti Amoxycilin, Tetracyclin, Cefotaxim, dan Ciprofloxacin nah yang terbanyak itu amoxycilin dan Tetracyclin. Awalnya dulu saya buang antibiotik jika sudah banyak menumpuk. Mau saya kasihkan tetangga tapi saya takut mereka tidak bisa menggunakan dengan benar sehingga timbul resistensi.


Beberapa bulan lalu ibu saya mengeluh jika tanaman pisang di kebun banyak yang layu terus mati. Setelah saya lihat dan saya cocokkan dengan buku Budidaya Pisang dan berbagai sumber di internet maka saya itu disebabkan serangan bakteri. Di pekarangan saya dulu semasa saya masih kecil penuh dengan tanaman pisang tapi lambat laun populasinya terus berkurang karena serangan penyakit jamur dan bakteri.

Gejala paling nyata adalah adalah jika buah pisang dipotong maka akan tampak daging pisang cokelat tua padahal normalnya warna daging pusing putih atau krem. Kalau dimakan buahnya rasanya pahit. Pikiran saya langsung pingin membeli bakterisida di toko pertanian dekat rumah tetapi saya tahu kalau bakterisida bukan barang murah. Sebotol B*ct*cyn 200 ml bisa berharga Rp 50 ribu lebih. Waduh berat di kantong neh. Akhirnya saya jadi teringat antibiotik sisa dalam kulkas. Saya ambil antibiotik semuanya terus saya gerus hingga menjadi bubuk halus kemudian saya larutkan dalam air bersih. Memang larutan ini cenderung cepat mengendap jika dibiarkan agak lama. Agar lebih merata bisa menggunakan cairan perata dan pembasah yang biasa dijual di toko pertanian tetapi cairan jadinya terasa agak kental. Sebelum digunakan selalu kocok-kocok larutan biar tercampur merata. Selanjutnya ambil spuit. Cari saja yang bekas refil tinta printer atau kalau mau beli baru bisa di toko pakan ternak atau apotik. Saya sarankan pakai spuit yang berukuran besar misal 20 ml biar tidak sebentar-sebentar mengisi tabungnya. Selain itu spuit besar memiliki jarum yang besar sehingga tidak rawan macet tersumbat. Kalau spuit 3 ml saya coba banyak sekali macetnya. Oya untuk dosisnya dikira-kira saja sendiri. Saya pikir kemungkinan terjadi phytotoxic kecil karena pisang merupakan tanaman yang besar. Kalau saya coba larutkan 10 tablet dalam 200 ml air yang cukup untuk kira-kira 10 pohon ukuran besar. Jadi masing-masing pohon dapat 20 ml atau 1 tabung spuit penuh. Nah sekarang tinggal actionnya, coblos saja tuh batang pisangnya dengan spuit. Tekan obat sampai habis pelan-pelan sampai semua obat habis diserap tanaman. 

Saya sudah memanfaatkan tips ini untuk tanaman di sawah yaitu pada tanaman padi untuk mengendalikan penyakit kresek. Hanya saja saya agak kuatir dengan resiko phytotoxic pada tanaman padi maka untuk larutan di atas masih saya encerkan lagi. Jadi 200 ml larutan antibiotik saya gunakan untuk mengisi 6 tangki semprot dimana masing-masing tangki berkapasitas 14 liter air. Hasilnya syukurlah tidak terjadi phytotoxic. Lebih hemat lagi dan yang terpenting tanaman bebas serangan penyakit.


Sumber gambar:
1
2

No comments:

Post a Comment