Di kulkas saya sudah lama menumpuk banyak antibiotik yang tidak terpakai. antibiotik ini berasal dari Resep dokter
yang memang tidak diminum karena pasiennya alergi atau mengalami efek samping
yang intolerable. Yang paling sering berobat ke dokter adalah ibu saya maka
bisa dipastikan itu semua berasal dari obat-obatan beliau. Saya lihat ada
beberapa macam antibiotik seperti Amoxycilin, Tetracyclin, Cefotaxim, dan
Ciprofloxacin nah yang terbanyak itu amoxycilin dan Tetracyclin. Awalnya dulu
saya buang antibiotik jika sudah banyak menumpuk. Mau saya kasihkan tetangga
tapi saya takut mereka tidak bisa menggunakan dengan benar sehingga timbul
resistensi.
Beberapa bulan
lalu ibu saya mengeluh jika tanaman pisang di kebun banyak yang layu terus
mati. Setelah saya lihat dan saya cocokkan dengan buku Budidaya Pisang dan
berbagai sumber di internet maka saya itu disebabkan serangan bakteri. Di pekarangan saya dulu semasa saya masih kecil penuh dengan tanaman pisang tapi lambat laun populasinya terus berkurang karena serangan penyakit jamur dan bakteri.
Gejala paling
nyata adalah adalah jika buah pisang dipotong maka akan tampak daging pisang
cokelat tua padahal normalnya warna daging pusing putih atau krem. Kalau dimakan buahnya rasanya pahit. Pikiran saya
langsung pingin membeli bakterisida di toko pertanian dekat rumah tetapi saya
tahu kalau bakterisida bukan barang murah. Sebotol B*ct*cyn 200 ml bisa
berharga Rp 50 ribu lebih. Waduh berat di kantong neh. Akhirnya saya jadi
teringat antibiotik sisa dalam kulkas. Saya ambil antibiotik semuanya terus
saya gerus hingga menjadi bubuk halus kemudian saya larutkan dalam air bersih. Memang larutan
ini cenderung cepat mengendap jika dibiarkan agak lama. Agar lebih merata bisa
menggunakan cairan perata dan pembasah yang biasa dijual di toko pertanian
tetapi cairan jadinya terasa agak kental. Sebelum digunakan selalu kocok-kocok larutan
biar tercampur merata. Selanjutnya ambil spuit. Cari saja yang bekas refil tinta printer atau kalau
mau beli baru bisa di toko pakan ternak atau apotik. Saya sarankan pakai spuit
yang berukuran besar misal 20 ml biar tidak sebentar-sebentar mengisi
tabungnya. Selain itu spuit besar memiliki jarum yang besar sehingga tidak
rawan macet tersumbat. Kalau spuit 3 ml saya coba banyak sekali macetnya. Oya untuk
dosisnya dikira-kira saja sendiri. Saya pikir kemungkinan terjadi phytotoxic
kecil karena pisang merupakan tanaman yang besar. Kalau saya coba larutkan 10
tablet dalam 200 ml air yang cukup untuk kira-kira 10 pohon ukuran besar. Jadi masing-masing
pohon dapat 20 ml atau 1 tabung spuit penuh. Nah sekarang tinggal actionnya,
coblos saja tuh batang pisangnya dengan spuit. Tekan obat sampai habis
pelan-pelan sampai semua obat habis diserap tanaman.
Saya sudah memanfaatkan tips ini untuk tanaman di sawah yaitu pada tanaman padi untuk
mengendalikan penyakit kresek. Hanya saja saya agak kuatir dengan resiko phytotoxic pada
tanaman padi maka untuk larutan di atas masih saya encerkan lagi. Jadi 200 ml
larutan antibiotik saya gunakan untuk mengisi 6 tangki semprot dimana
masing-masing tangki berkapasitas 14 liter air. Hasilnya syukurlah tidak
terjadi phytotoxic. Lebih hemat lagi dan yang terpenting tanaman bebas serangan penyakit.
Sumber gambar:
No comments:
Post a Comment