1. Kalau tidak salah tujuan Telkom
membuat produk wifi.id ini adalah untuk memeratakan penyebaran internet kepada
masyarakat agar semakin banyak yang menikmati akses internet. Aneh saja kenapa
kok pakai sinyal wifi buat memeratakan akses internet? Bukankah sinyal wifi itu
jangkauannya sangat sempit. Paling banter cuma 20 m. Satu kecamatan biasanya cuma
memiliki 1 Wifi Corner yang berarti cuma warga yang berada di sekitar itu yang
bisa menikmatinya yang notabene cuma belasan orang. Lantas letak pemerataannya dimana? Malah kecamatan saya
tidak memiliki Wifi.id Corner karena memang tidak ada kantor Telkomnya. Kalau lihat shelter Wifi.id jadi teringat era Wartel dulu ketika komunikasi masih serba sentralistik. Mau telpon dikit-dikit
harus ke kantor Telkom atau Wartel. Dengan adanya Wifi.id Corner keadaanya jadi
mirip. Saat mau akses internet dikit-dikit harus ke kantor Telkom atau Wifi Corner. Belum lagi
kalau hari Minggu shelter Wifi.id jadi penuh sesak oleh pengguna yang bikin
tidak nyaman.
2. Wifi.id corner terdekat dengan
tempat saya tidak OL 24 jam. Awalnya saya heran tetapi waktu saya tanyakan ke
FP Wifi.id dijawab jika jam operasional wifi.id mengikuti jam kerja Telkom.
Haregene internet masih mengikuti jam kerja? Emang internet cuma buat kerja?
Hadeeh...
3. Tidak ada upaya untuk lebih
memeratakan akses Wifi.id dengan membuat Wifi.id Corner lebih banyak. Hingga
sekarang kecamatan saya sama sekali tidak ada Wifi.id Cornernya. Kecamatan
tetangga itu juga sudah bertahun-tahun cuma punya satu. Gak nambah-nambah sama
sekali sampai kini. Sebenarnya pembangunan Wifi.id Corner jangan hanya di
kantor Telkom melulu. Coba tiap-tiap sekolah dikasih. Sekarang sekolah-sekolah
di tempat saya malah membeli internet dari jasa tembak wifi. Mereka di hadapkan
pada pilihan sulit. Di satu sisi mereka ingin memberikan akses internet untuk
para muridnya tetapi infrastruktur internet yang murah tidak tersedia. Kabel Telkom
tidak ada. Mau menggunakan akses seluler mau keluar dana berapa per bulan? Terpaksa
mereka menggunakan jasa tembak wifi yang sebenarnya kalau menurut saya masih
cukup mahal. Dengan speed 512 kbps harus keluar Rp 100 rb/bulan. Dengan speed
segitu jika diakses ratusan murid secara bersamaan apa jadinya? Jasa tembak
wifi ini merupakan pihak yang menjual akses wifi baik untuk perorangan atau
lembaga seperti sekolah. Mereka biasanya mendapatkan akses internet dari
IndiHome rumahan lalu dijual kembali.
S Secara tarif Wifi.id masih yang terbaik menurut saya karena tarifnya yang
sangat murah. Dengan Rp 50 ribu/bulan bisa mendapatkan akses unlimited. Bahkan untuk
IndieSchool bisa buat 6 bulan tuh. Kalau untuk akses internet seluler, Rp 50 rb
paling banter cuma dapat 2 GB yang kalau dipakai buat akses FB sama Twitter doang selama 2
minggu bakalan ludes tandas. Akhirnya masyarakat khususnya pedesaan terpaksa
menggunakan akses internet seluler yang mahal mencekik leher. Apalagi harga
paket internet terus melangit hari demi hari saat ini. Contoh paket internet
Telkomsel khusus mahasiswa (yang digunakan istri saya) beberapa bulan lalu
untuk kuota 4 GB masih seharga Rp 50 ribu tetapi mulai bulan ini sudah naik
menjadi Rp 70 ribu/bulan. Naik hampir 50% dan sepertinya akan naik terus. Tidak
menutup kemungkinan suatu hari nanti dalam waktu tidak lama lagi akan menjadi
Rp 100 ribu/bulan. Sudah tiba waktunya
pemerintah memperluas akses Wifi.id sehingga beban keuangan masyarakat untuk
membeli paket internet akan berkurang karena sekarang paket internet tak
ubahnya sudah seperti sembako. Malah mungkin sudah sama pentingnya dengan
sembako kali. Buktinya beberapa waktu lalu ada penerima BLT yang mendapatkan
uang tunai dan menggunakan uang tersebut untuk membeli pulsa bukannya untuk
membeli sembako. Bahkan sampai-sampai bapak presiden akan mengancam memberhentikan BLT kepada warga yang ketahuan menggunakan uang tunainya untuk membeli pulsa. Saya sih cuma bisa ketawa dalam hati? Emang tiap penerima BLT mau diintip terus pakai kamera CCTV selama 24 jam kemana mereka akan membelanjakan uangnya?
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete