Sudah
beberapa bulan ini pihak Pertamina melarang pembelian bensin premium di SPBU
dengan menggunakan dirigen. Rupa-rupanya para pengecer tak kurang akal. Mereka
pun memodifikasi tangki bahan bakar motor mereka dengan ukuran lebih besar
dibandingkan standar. Jadi sekali berangkat ke SPBU mereka bisa mengisi
tangkinya hingga belasan sampai puluhan liter lalu keluar SPBU. Di depan SPBU
mereka sedot dari tangki ke dirigen lalu kembali ke SPBU lagi untuk mengisi
tangki. Ada juga yang mengakali dengan membuat dirigen dari logam. Selama ini
pihak Pertamina atau SPBU sepertinya mendefinisikan dirigen sebagai wadah yang
terbuat dari plastik. Jadi kalau wadahnya dari logam maka itu tidak dianggap
dirigen yang harus dilarang. Jadi sesungguhnya aturan pelarangan itu sama
sekali tidak ada gunanya dan seharusnya dicabut saja. Bukankah orang-orang
Indonesia kebanyakan paling jago kalau mengakali aturan? Hehehe...
Mengapa
para pengecer masih berusaha keras mendapatkan premium di SPBU? Bukankah
sekarang sudah ada Pertalite dan Pertamax? Kalau dari pandangan saya banyak
masyarakat yang sudah terlalu jatuh cinta dengan premium sehingga kini meskipun
ada yang lebih “cantik” seperti Pertalite atau Pertamax, mereka susah ke lain
hati. Maklum sudah berapa tahun masyarakat kita mengonsumsi Premium? Saya pikir
sejak adanya bensin di Indonesia pertama kali, Premium itulah adanya. Di tempat
saya aja Pertamax tersedia baru 1 tahun ini di SPBU terdekat kalau Pertalite
mungkin baru ada 6 bulanan. Apalagi harga Premium yang paling murah meski sebenarnya
selisihnya tidak banyak dengan bensin lainnya. Yang aneh saya masih sering menyaksikan
pemandangan lucu sekali di SPBU mobil mobil mewah mengonsumsi Premium dan
motor-motor tua mengonsumsi Pertamax. Ibarat orang memiliki ponsel Iphone 6
tetapi cuma diisi pulsa Rp 1000. Di
masyarakat sini juga sudah lama beredar propaganda Premium is the Best. Saya
tidak tahu mengapa bisa ada propaganda seperti itu. Contohnya paman saya tidak mau sama sekali
menggunakan bensin selain Premium karena bensin lain dianggap cuma merusak
mesin dan membuat macet. Memang paman saya ini pernah memiliki pengalaman
mengisi tangki semprot dengan Pertalite dan macet tetapi begitu diganti Premium
langsung jalan lancar. Kemudian paman saya langsung menarik kesimpulan jika
bensin selain Premium adalah jelek atau lebih parahnya lagi sudah lebih mahal
jelek lagi. Padahal dari pengalaman saya sendiri mengisi kendaraan dengan
berbagai level oktan bensin sangat mempengaruhi performance mesin. Mulai dari
Premium, Pertalite, Pertamax 92 hingga Pertamax 94 sudah pernah saya coba dan
memang beda terasa. Untuk kendaraan bermotor semakin tinggi oktan maka mesin
akan terasa lebih halus. Memang tujuan dibuat oktan semakin tinggi adalah untuk
menekan gejala ngelitik atau “knocking” pada mesin. Semakin tinggi nilai oktan maka
gejala ini akan semakin berkurang yang berakibat usia mesin bisa lebih awet
karena lebih minim getaran. Impossible
kalau oktan lebih rendah justru mutu bensin lebih baik. Apalagi kini
mesin-mesin kendaraan baru banyak yang menggunakan teknologi injeksi yang
menuntut mutu bensin lebih baik. Yang aneh juga karena relatif lebih susah
didapat maka premium dijual Rp 7500-8000/lt di level eceran padahal dengan uang
segitu bisa mendapatkan Pertamax 92 di SPBU karena harga Pertamax sekarang hanya
Rp 7600.
No comments:
Post a Comment