Friday, July 22, 2016

Terlalu Cinta Pada Premium

Sudah beberapa bulan ini pihak Pertamina melarang pembelian bensin premium di SPBU dengan menggunakan dirigen. Rupa-rupanya para pengecer tak kurang akal. Mereka pun memodifikasi tangki bahan bakar motor mereka dengan ukuran lebih besar dibandingkan standar. Jadi sekali berangkat ke SPBU mereka bisa mengisi tangkinya hingga belasan sampai puluhan liter lalu keluar SPBU. Di depan SPBU mereka sedot dari tangki ke dirigen lalu kembali ke SPBU lagi untuk mengisi tangki. Ada juga yang mengakali dengan membuat dirigen dari logam. Selama ini pihak Pertamina atau SPBU sepertinya mendefinisikan dirigen sebagai wadah yang terbuat dari plastik. Jadi kalau wadahnya dari logam maka itu tidak dianggap dirigen yang harus dilarang. Jadi sesungguhnya aturan pelarangan itu sama sekali tidak ada gunanya dan seharusnya dicabut saja. Bukankah orang-orang Indonesia kebanyakan paling jago kalau mengakali aturan? Hehehe...

Mengapa para pengecer masih berusaha keras mendapatkan premium di SPBU? Bukankah sekarang sudah ada Pertalite dan Pertamax? Kalau dari pandangan saya banyak masyarakat yang sudah terlalu jatuh cinta dengan premium sehingga kini meskipun ada yang lebih “cantik” seperti Pertalite atau Pertamax, mereka susah ke lain hati. Maklum sudah berapa tahun masyarakat kita mengonsumsi Premium? Saya pikir sejak adanya bensin di Indonesia pertama kali, Premium itulah adanya. Di tempat saya aja Pertamax tersedia baru 1 tahun ini di SPBU terdekat kalau Pertalite mungkin baru ada 6 bulanan. Apalagi harga Premium yang paling murah meski sebenarnya selisihnya tidak banyak dengan bensin lainnya. Yang aneh saya masih sering menyaksikan pemandangan lucu sekali di SPBU mobil mobil mewah mengonsumsi Premium dan motor-motor tua mengonsumsi Pertamax. Ibarat orang memiliki ponsel Iphone 6 tetapi cuma diisi pulsa Rp 1000.  Di masyarakat sini juga sudah lama beredar propaganda Premium is the Best. Saya tidak tahu mengapa bisa ada propaganda seperti itu. Contohnya paman saya tidak mau sama sekali menggunakan bensin selain Premium karena bensin lain dianggap cuma merusak mesin dan membuat macet. Memang paman saya ini pernah memiliki pengalaman mengisi tangki semprot dengan Pertalite dan macet tetapi begitu diganti Premium langsung jalan lancar. Kemudian paman saya langsung menarik kesimpulan jika bensin selain Premium adalah jelek atau lebih parahnya lagi sudah lebih mahal jelek lagi. Padahal dari pengalaman saya sendiri mengisi kendaraan dengan berbagai level oktan bensin sangat mempengaruhi performance mesin. Mulai dari Premium, Pertalite, Pertamax 92 hingga Pertamax 94 sudah pernah saya coba dan memang beda terasa. Untuk kendaraan bermotor semakin tinggi oktan maka mesin akan terasa lebih halus. Memang tujuan dibuat oktan semakin tinggi adalah untuk menekan gejala ngelitik atau “knocking” pada mesin. Semakin tinggi nilai oktan maka gejala ini akan semakin berkurang yang berakibat usia mesin bisa lebih awet karena lebih minim getaran.  Impossible kalau oktan lebih rendah justru mutu bensin lebih baik. Apalagi kini mesin-mesin kendaraan baru banyak yang menggunakan teknologi injeksi yang menuntut mutu bensin lebih baik. Yang aneh juga karena relatif lebih susah didapat maka premium dijual Rp 7500-8000/lt di level eceran padahal dengan uang segitu bisa mendapatkan Pertamax 92 di SPBU karena harga Pertamax sekarang hanya Rp 7600. 

No comments:

Post a Comment