Tuesday, July 3, 2018

Hilangnya Semangat Menonton Piala Dunia 2018


      Sejak awal lebaran 2018, Piala Dunia yang diselenggarakan di Rusia sudah mulai bergulir. Seperti Piala Dunia (PILDUN) tahun 2014 lalu di Brazil maka Piala Dunia tahun ini saya juga tidak antusias sama sekali untuk menyambut pesta bola akbar itu. Piala dunia terakhir yang masih saya saksikan dengan antusias saat masih dilangsungkan di Jerman tahun 2010 melalui beberapa channel TV internasional baik secara FTA, dengan key B*SS, atau lewat jalur penerbangan menggunakan antena parabola. Padahal saat ini  para tetangga dan kerabat selalu menjadikan event internasional ini sebagai topik utama saat sedang mengobrol dimana-mana. Biar enggak kelihatan ketinggalan info sama sekali maka saya lebih suka sekedar mengikuti update beritanya lewat internet. Terus kenapa saya kok sampai kehilangan gairah menonton PILDUN ini?
1. Amerika selatan dan Eropa terlalu dan terus menerus mendominasi dari waktu ke waktu. Merekalah selama ini yang selalu masuk ke dalam ajang kompetisi bola bergengsi ini. Mereka pula yang selalu memenangkannya. Saya sungguh lumayan bosan melihat hanya mereka yang tampil terus menerus di atas lapangan bola. Kadang saya berpikir coba sesekali Indonesia masuklah maka saya akan menyaksikannya hingga pertandingan terakhirnya.  Atau paling tidak sesekali Jepang atau Korsel yang menjadi juara utamanya. Saya seperti menyaksikan film yang ending-nya sudah bisa ditebak dari awal mulai diputar. 
2. Siaran Piala Dunia yang semakin komersial. Maklum biaya penyelenggaraan event ini pasti sangat besar. Semakin tahun semakin susah menyaksikan tayangan ini lewat TV secara gratis (FTA) khususnya lewat antena parabola atau satelit. Bersyukur bagi yang wilayahnya masih dekat dengan stasiun relay TV UHF sehingga tidak perlu pusing-pusing mencari siaran TV gratisan. Kalau dulu, seingat saya, saat masih diselenggarakan di Jepang dan Korsel saya bisa dengan mudah menontonnya lewat RCTI UHF walaupun gambarnya memang banyak semutnya. Untuk event di Jerman saya menonton lewat beberapa stasiun TV internasional yang bisa disaksikan lewat parabola baik yang FTA, diacak B*SS, atau jalur penerbangan. Maklum channel-channel TV nasional yang menyiarkan PILDUN diacak semuanya. Saya mendapat key B*SS-nya dari sebuah FP yang dirilis rutin jelang pertandingan. Kalau lewat satelit atau parabola ini adalah kualitas gambarnya sangat jernih anti semut. Jadi kalau pas ada channel yang FTA maka saya akan lebih suka menontonnya secara FTA karena tidak seribet jika menggunakan B*SS yang harus masukkan key atau penerbangan yang harus konek ke server penerbangan dulu.  Waktu itu belum terpikir untuk streaming karena koneksi internet masih 3G yang sangat rawan buffering dan harga paket internet masih terlalu mahal.
     Tahun ini official broadcaster adalah TransTV yang siaran teresterialnya (UHF) juga tidak sampai ke rumah. Saya tidak tahu sekarang apakah masih bisa mencari-cari siaran internasional yang FTA atau menggunakan B*SS lewat parabola seperti tahun 2010. Untuk jalur penerbangan, 2010 adalah tahun terakhir saya menggunakannya karena servernya yang sering down dan semakin sedikit channel yang bisa dibuka karena tipe enkripsi operator TV yang semakin sulit ditembus.
     Saat ini kebanyakan wilayah sudah tercover jaringan LTE atau 4G yang relatif lebih mantap buat streaming dan harga paketnya juga lumayan murah. Sayangnya aplikasi untuk menonton PILDUN Rusia ini setahu saya cuma ada 2 yaitu MaxStream dan Klikworld. Saya sendiri belum pernah pakai keduanya karena storage ponsel sudah penuh oleh aplikasi. Cuma dari sejumlah review di beberapa situs, Maxstream gratis koneksi data bagi pengguna Telkomsel sedangkan Klikworld harus membayar paketnya yang harganya saja (tidak termasuk biaya koneksi data) Rp 99 ribu. Ada yang bilang Maxstream suka down servernya namun gambar lebih bagus dibandingkan Klikworld. Hal ini membuat saya semakin malas meskipun buat sekedar menonton PILDUN lewat aplikasi streaming. Enaknya nonton PILDUN lewat streaming adalah fleksibilitas waktu dan ruang, artinya bisa menonton dimanapun juga atau tidak harus di depan TV. Tambahan lagi saya juga sudah tidak kuat begadang seperti dulu.
     Warga di kampung saya saat ini menyaksikan PILDUN Rusia lewat TV kabel melalui channel Son*TV. Channel ini sebenarnya diacak dengan Powe*rV* tetapi dengan receiver parabola terbaru sudah mampu meng-crack-nya sehingga bisa dinikmati secara gratis hanya dengan memasukkan key. Pihak operator TV kabel tidak perlu mengeluarkan biaya apapun seperti ijin share siaran atau apapun karena channel Son*TV berada di luar negeri. Mereka juga aman-aman saja karena sudah pasti takkan terjangkau oleh hukum negara dimana stasiun TV itu berada. Sebuah cara yang cukup cerdas. Bagi penikmat PILDUN tentu tak mau ambil pusing dengan urusan hukum yang cuma bikin pusing. Bagi mereka yang penting mereka masih bisa menonton pesta bola ini dengan nyaman dan gratis tentunya. 

No comments:

Post a Comment