Monday, August 20, 2018

Ketika Bensin Premium Balik Dan Menyerang Kembali


     Sudah lebih dari setahun bensin Premium lenyap di SPBU di lokasi saya. Di SPBU hanya tersedia Pertalite dan Pertamax, Kalaupun ada sesekali masih bisa dijumpai di pengecer tak resmi dan jumlahnya tidak banyak. Entah darimana pengecer tak resmi ini mendapatkannya. Lama kelamaan saya dan banyak warga lainnya jadi terbiasa dengan ketiadaan Premium sehingga tidak begitu berharap Premium balik. Saya hanya menduga jika Premium memang sudah dihapus digantikan Pertalite dan Pertamax yang lebih baik. Warga pun juga tidak ada yang protes mengapa Premium menghilang. Semua sudah nyaman dengan situasi yang ada. Apalagi dengan kehadiran SPBU pengecer resmi yang hanya menyediakan Pertamax dan Pertalite maka kami semua semakin senang. Bagi kami yang penting pasokan bensin lancar. SPBU besar jadi tertib dan tidak begitu ramai. Semua begitu indah.
    Akan tetapi semua mendadak seperti balik lagi beberapa tahun lalu ketika negara api eh... bensin Premium kembali sekitar 3 bulan lampau. Waktu itu saya datang ke sebuah SPBU dan berniat mengisi Pertalite maka saya pun masuk ke dispenser Pertalite tetapi kata petugasnya dispenser itu sekarang sudah bukan untuk Pertalite tetapi untuk Premium. Wah ternyata dugaan saya meleset. Akhirnya Premium datang kembali! Dan hasilnya pemandangan SPBU yang sudah tertib dan tidak begitu ramai jadi berantakan seperti dulu lagi. Antrian motor dan mobil mengular di bagian dispenser Premium. Saya lihat 99,99 % yang mengantri adalah pengecer tak resmi dan penimbun. Berhubung sejak 14 Juli ini pembelian sudah tidak boleh memakai dirigen plastik maka mereka memodifikasi tangki BBM mobil dan motor mereka. Salah seorang tetangga seorang spesialis pengecer Premium bahkan sudah memodifikasi tangki BBM mobilnya hingga bisa menampung ratusan liter Premium. Saya tidak tahu apakah memodifikasi ukuran tangki BBM ini melanggar aturan atau tidak karena pasti tidak cocok dengan data yang tertera di STNK. Uniknya para pengecer ini bisa antri berkali-kali di SPBU. Jadi mereka membeli Premium, lalu memindahkan isinya ke jerigen plastik di luar area SPBU kemudian balik antri kembali. Oleh sebab itu saat pagi puluhan (atau ratusan?) jerigen plastik berderet-deret di lokasi sekitar SPBU. 
Ada 2 hal yang ingin saya ungkapkan di sini:

1. Nasib SPBU pengecer resmi yang hanya bisa menjual Pertamax dan Pertalite. Pasti jualan mereka akan semakin sepi karena kalah oleh pengecer tak resmi di sekitarnya yang bisa menjual Premium dengan harga lebih murah. Pengecer tak resmi jelas lebih suka menjual Premium karena laba yang mereka raup jauh lebih banyak dibandingkan Pertalite atau Pertamax. Premium dengan harga Rp 6700 bisa dijual dengan harga minimal Rp 8000/liter.
Pengecer BBM resmi


2. Program pemerintah yang tak jelas apa maunya. Pemerintah selalu mengeluh jika beban subsidi BBM besar tetapi mengapa Premium digelontor terus? Mengapa masyarakat yang sudah nyaman menggunakan Pertalite dan Pertamax lantas harus dirusak lagi dengan hadirnya Premium?? Aneh bukan? Atau karena premium ini telah menjadi ladang korupsi yang besar? Apakah pemerintah tidak mengenal karakter rakyat kita sendiri? Beli kendaraan sebagus-bagusnya dan pakai BBM semurah-murahnya. Sekarang mobil-mobil bagus kembali menenggak Premium. Rakyat kita saya percaya 99% masa bodohlah dengan kendaraan rusak akibat penggunaan BBM yang tidak sesuai kebutuhan mesin. Toh ada bengkel dimana-mana yang siap melakukan perbaikan.  Mungkin kalau dihitung-hitung total biaya untuk memperbaiki kerusakan mesin ini masih jauh lebih kecil dibandingkan jika mereka harus selalu membeli Pertalite atau Pertamax. MERDEKA!

Update: 7 September 2018

Kalau tidak salah 3-4 hari lalu saya melihat seorang pengecer resmi ikut-ikutan menjual Premium. Seperti pengecer tak resmi, dia menjual Premium dalam botol. Rupa-rupanya bagaimanapun Premium akan selalu paling laris dan selalu diburu selama masih tersedia padahal kalau dipikir-pikir seseorang membeli Premium eceren dengan harga lebih mahal dibandingkan Pertalite di SPBU. 


Update: 19 November 2018
Ketika di suatu sore saya sedang mengisi bensin di sebuah SPBU ada sebuah mobil bagus meluncur ke arah dispenser Premium. Si sopir bertanya kepada petugas SPBU apakah Premium masih tersedia. Si mbak pun menjawab sudah habis. Spontan si sopir langsung ngibrit keluar SPBU padahal di sebelahnya dispenser Pertalite dan Pertamax sedang sepi dan stok tersedia. Saya cuma berpikir kok si sopir tidak mau mengisi kendaraannya dengan Pertalite atau Pertamax? Sebuah gambaran nyata budaya orang Indonesia. Bisa beli kendaraan bagus tetapi untuk BBMnya masih pakai yang disubsidi oleh negara dan negara pun seperti tidak pernah peduli dengan kondisi ini. 



No comments:

Post a Comment