Saturday, August 18, 2018

Kisah Musim Tembakau 2018


     Saat ini di kampung sedang musim puncak panen tembakau. Meskipun panen tembakau adalah sebuah rutinitas setiap tahun tetapi selalu ada yang menarik untuk diceritakan. Tahun ini harga tembakau relatif standar atau sedikit turun jika dibandingkan tahun lalu. Jika tahun lalu harga rata-rata bisa menembus > Rp 10 juta/kwt maka tahun ini hanya sekitar Rp 6-8 juta saja. Saya tak tahu pasti apa penyebab turunnya harga tembakau tahun ini tetapi dengan harga segitu masih cukup banyak laba yang bisa didulang petani tembakau. Buktinya masih banyak yang bisa membeli motor baru.
     Berbeda dengan awal musim tanam 2017 yang hujan turun terus menerus maka musim tanam kali ini 100% aman dalam artian awal musim kemarau datang tepat waktu. Hanya ada sedikit gangguan hujan dan itupun tidak sampai berakibat fatal terhadap tanaman. Musim kemarau kali ini benar-benar kering sehingga menyebabkan serangan hama Thrips sangat ganas. Hama ini memang tidak langsung menyebabkan tembakau mati tetapi mutunya jelas turun. Jika serangan sudah masif maka insektisida sehebat apapun takkan ada gunanya.
     Yang kedua banyak petani kelimpungan mencari gudang pengeringan karena tidak semua petani juga memiliki gudang pengeringan. Jumlah gudang pengeringan memang turun terus dari tahun ke tahun karena biaya pembuatan dan perawatannya yang sangat mahal sehingga banyak petani lebih suka menyewanya. Biaya pendirian gudang bisa mencapai puluhan juta karena harga welit (atap dari daun tebu) dan bambu yang terus naik sementara ongkos sewa cuma ratusan ribu saja per longkang per musim. Gudang juga mudah rusak karena tiupan angin kencang dan hujan deras serta resiko mudah sekali terbakar.  Padahal boleh dikatakan banyak petani yang sedang berakselerasi alias menambah luas garapan tembakau tahun ini karena memang harga tembakau menggiurkan terus sejak 2011. berbeda dengan tahun 2010 dan sebelumnya yang harganya sangat tidak menentu. Pada musim kemarau kali ini kemana mata memandang hanya terlihat tanaman tembakau. Sungguh berbeda dengan tahun kemarin yang jenis tanaman di sawah lebih beragam dari tembakau, jagung, CMB, kol, dll.
     Fakta unik lainnya adalah susahnya mencari tali rafia dan rami padahal biasanya dua barang ini tersedia melimpah ruah di warung-warung. Tali rafia dipakai untuk menyujen daun tembakau sedangkan rami digunakan untuk mengikat saat tembakau sudah kering dan diturunkan. Saya pun terpaksa harus berkeliling kesana kemari mencari tali rami dan rafia ini untuk orang tua.
     Yang terakhir adalah semakin sulitnya mencari tenaga kerja buruh untuk bekerja membantu menanam dan memanen tembakau. Biangnya jelas semakin banyak anak-anak muda yang lebih tertarik untuk menjadi buruh pabrik dan kantor di kota yang lebih menjamin masa depan. Tren ini akan terus berlangsung padahal 50% biaya tenaga kerja budidaya tembakau habis hanya untuk tenaga kerja. Budidaya tembakau sangat labor intensive. 


No comments:

Post a Comment