Jamur Merang |
Sebelum tahun 2005 bisa dibilang daerah saya termasuk penghasil jamur merang.
Jumlah petaninya lumayan banyak hingga ada kelompok taninya. Di situ para
anggota setiap sore datang menyerahkan hasil jamur mereka. Saya sendiri sempat
membudidayakannya sekitar tahun 2000-2001 atau hampir 1 tahun. Perlahan-lahan dengan banyaknya kendala budidaya satu per satu petani mulai berguguran. Kira-kira 2
tahun yang lalu yang saya ketahui yang masih bertahan membudidayakan jamur merang
tinggal 1 orang. Entah sekarang apakah masih bertahan atau sudah collaps
seperti yang lainnya. Kendala yang saya
rasakan:
1. Sulitnya mendapatkan bahan baku pada musim
tertentu (biasanya awal musim hujan). Akibatnya produksi tersendat-sendat pada
musim hujan. Apalagi jerami yang didapat biasanya masih hijau dan basah. Jerami
yang masih hijau jika dipaksakan untuk dikompos akan menyebabkan banyak tumbuh
jamur liar (mungkin karena masih tingginya kadar air). Supaya kering bisa dijemur dulu tapi kalau musim hujan yang hampir setiap hari turun hujan tentu akan sulit menjemur jerami.
2. Bahan baku jerami semakin mahal.
Dulu 1 rit cuma Rp 90 ribu sudah termasuk jeraminya karena kala itu jerami
gratis. Siapa saja boleh ambil di sawah. Sekarang jerami mesti beli. Saya tidak
tahu persisnya harga 1 rit sekarang tapi saya prediksi bisa mencapai Rp 300 rb.
3. Kualitas bibit jamur yang tidak konsisten. Dulu bibit
didatangkan dari Karawang (merek YK) atau Jogja (merek V*lva Indonesia) oleh sebuah agen di Sidoarjo. Dari Sidoarjo
kemudian dibawa bagasi bis ke tempat saya. Pernah saat saya ambil bungkus bibit
yang saya pegang terasa panas sekali. Mungkin karena terpapar panas dalam bagasi bus cukup lama. Dari
Surabaya ke tempat saya bisa memakan waktu 5 jam menggunakan bus jadi logikanya
sudah 5 jam bibit terpapar oleh suhu tinggi. Saya tidak tahu apakah ini akan
mempengaruhi kualitas bibit atau tidak tapi kenyataannya bibit yang saya tanam
tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Begitu bibit ditebar kadang miselium
muncul dengan baik kadang tumbuh sedikit bahkan kadang juga tidak mau tumbuh
sama sekali. Bahkan pernah terjadi miselium dalam 1 kumbung tumbuh dengan baik dan
cuma ada 1 buah jamur yang keluar.
4. BER (Biological Efficiency Ratio)
jamur merang rendah. Dari buku Stamets “Growing Gourmet and Medicinal Mushroom”
saya mendapatkan angka 20 untuk BER merang. Jadi kalau kita punya 1 ton
substrat kering maka maksimal hasil jamur yang bisa didapat hanya 200 kg jamur
basah padahal 1 rit jerami yang bisa iangkut truk colt diesel hanya berbobot kering sekitar 500 kg kering.
Bandingkan dengan jamur tiram putih yang bisa mencapai BER 100 (di luar negeri
bisa mencapai
BER segitu). BER jamur merang sebesar 20 jika dibudidayakan di media jerami. Mungkin jika dibudidayakan pada limbah kapas atau limbah aren BER jamur merang bisa meningkat.
Kondisi dalam kumbung |
5. Labor intensive. Butuh tenaga ekstra
banyak dan kuat terutama saat mengangkut kompos ke dalam kumbung dan menatanya
di atas rak. Tidak bisa menggunakan tenaga perempuan saat proses ini. Pernah
ibu saya membantu mengangkut kompos dan perutnya langsung kram
6. Hama gurem. Biasanya saat mulai
panen saat itu pula gurem mulai menyerang baik jamurnya maupun pemetiknya.
Gurem ini menimbulkan gatal-gatal di sekujur badan. Mereka suka bersembunyi di
sela-sela lipatan baju. Sebagian petani jamur menggunakan insektisida untuk memberantasnya tetapi menyebabkan jamur sangat beresiko tercemar.
7. Pencemaran lingkungan baik gas maupun limbah cair. Gas yang keluar saat pengomposan berbau busuk bisa
mengganggu tetangga. Begitu juga sumur-sumur penduduk di sekitar proses
pengomposan biasanya ikut berwarna cokelat terkena rembesan limbah pengomposan
jerami. Kalau pakaian terkena noda coklat itu susah dibersihkan. Timbunan kompos
sisa budidaya juga menimbulkan pemandangan tidak sedap.
8. Timing pemetikan harus pas. Telat
sedikit jamur akan mekar dan mengakibatkan turunnya harga jual serta daya tahan
pasca panen. Rasa dan aroma jamur yang masih belum mekar lebih enak
9. Tubuh buah tidak tahan perubahan
cuaca ekstrim. Pernah suatu hari ketika itu siang sangat cerah panas mendadak
sorenya mendung tebal dan kemudian turun hujan deras ditambah angin sangat
dingin. Tubuh buah jamur yang ada langsung mengempis dan esoknya membusuk padahal
kumbung sudah saya kasih lampu 100 watt.
Limbah budidaya jamur merang |
10. Jerami merang sangat bulky. Kalau
disimpan memakan ruang yang cukup banyak. Bagi yang space-nya pas-pasan akan menyulitkan untuk menyimpan jerami banyak-banyak (misal untuk stok pada musim hujan).
11. Media rawan serangan jamur upas yang susah
dikendalikan. Jika terserang jamur ini maka kompos akan membusuk dengan cepat
dan produktivitas jamur merang pun akan menurun tajam.
12. Pada bulan-bulan tertentu (biasanya bulan sejuk) sulit menghasilkan jamur putih bersih (strain putih). Jamur yang dihasilkan cenderung berwarna gelap dan akibatnya sering dikomplen pembeli atau pedagang.
Meskipun tidak ada kaitan sama sekali dengan budidaya jamur merang tetapi jamur merang ini katanya bisa menyebabkan penyakit asam urat kumat bagi penderitanya.
Meskipun tidak ada kaitan sama sekali dengan budidaya jamur merang tetapi jamur merang ini katanya bisa menyebabkan penyakit asam urat kumat bagi penderitanya.
No comments:
Post a Comment