Thursday, February 18, 2016

Kendala Budidaya Jamur Merang

Jamur Merang
     Sebelum tahun 2005 bisa dibilang daerah saya termasuk penghasil jamur merang. Jumlah petaninya lumayan banyak hingga ada kelompok taninya. Di situ para anggota setiap sore datang menyerahkan hasil jamur mereka. Saya sendiri sempat membudidayakannya sekitar tahun 2000-2001 atau hampir 1 tahun. Perlahan-lahan dengan banyaknya kendala budidaya satu per satu petani mulai berguguran. Kira-kira 2 tahun yang lalu yang saya ketahui yang masih bertahan membudidayakan jamur merang tinggal 1 orang. Entah sekarang apakah masih bertahan atau sudah collaps seperti yang lainnya.  Kendala yang saya rasakan:
1.  Sulitnya mendapatkan bahan baku pada musim tertentu (biasanya awal musim hujan). Akibatnya produksi tersendat-sendat pada musim hujan. Apalagi jerami yang didapat biasanya masih hijau dan basah. Jerami yang masih hijau jika dipaksakan untuk dikompos akan menyebabkan banyak tumbuh jamur liar (mungkin karena masih tingginya kadar air). Supaya kering bisa dijemur dulu tapi kalau musim hujan yang hampir setiap hari turun hujan tentu akan sulit menjemur jerami.
2. Bahan baku jerami semakin mahal. Dulu 1 rit cuma Rp 90 ribu sudah termasuk jeraminya karena kala itu jerami gratis. Siapa saja boleh ambil di sawah. Sekarang jerami mesti beli. Saya tidak tahu persisnya harga 1 rit sekarang tapi saya prediksi bisa mencapai Rp 300 rb.
3. Kualitas bibit jamur yang tidak konsisten. Dulu bibit didatangkan dari Karawang (merek YK) atau Jogja (merek V*lva Indonesia) oleh sebuah agen di Sidoarjo. Dari Sidoarjo kemudian dibawa bagasi bis ke tempat saya. Pernah saat saya ambil bungkus bibit yang saya pegang terasa panas sekali. Mungkin karena terpapar panas dalam bagasi bus cukup lama. Dari Surabaya ke tempat saya bisa memakan waktu 5 jam menggunakan bus jadi logikanya sudah 5 jam bibit terpapar oleh suhu tinggi. Saya tidak tahu apakah ini akan mempengaruhi kualitas bibit atau tidak tapi kenyataannya bibit yang saya tanam tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Begitu bibit ditebar kadang miselium muncul dengan baik kadang tumbuh sedikit bahkan kadang juga tidak mau tumbuh sama sekali. Bahkan pernah terjadi miselium dalam 1 kumbung tumbuh dengan baik dan cuma ada 1 buah jamur yang keluar.
4. BER (Biological Efficiency Ratio) jamur merang rendah. Dari buku Stamets “Growing Gourmet and Medicinal Mushroom” saya mendapatkan angka 20 untuk BER merang. Jadi kalau kita punya 1 ton substrat kering maka maksimal hasil jamur yang bisa didapat hanya 200 kg jamur basah padahal 1 rit jerami yang bisa iangkut truk colt diesel hanya berbobot kering sekitar 500 kg kering. Bandingkan dengan jamur tiram putih yang bisa mencapai BER 100 (di luar negeri bisa mencapai
Kondisi dalam kumbung 
BER segitu). BER jamur merang sebesar 20 jika dibudidayakan di media jerami. Mungkin jika dibudidayakan pada limbah kapas atau limbah aren BER jamur merang bisa meningkat.
5. Labor intensive. Butuh tenaga ekstra banyak dan kuat terutama saat mengangkut kompos ke dalam kumbung dan menatanya di atas rak. Tidak bisa menggunakan tenaga perempuan saat proses ini. Pernah ibu saya membantu mengangkut kompos dan perutnya langsung kram
6. Hama gurem. Biasanya saat mulai panen saat itu pula gurem mulai menyerang baik jamurnya maupun pemetiknya. Gurem ini menimbulkan gatal-gatal di sekujur badan. Mereka suka bersembunyi di sela-sela lipatan baju. Sebagian petani jamur menggunakan insektisida untuk memberantasnya tetapi menyebabkan jamur sangat beresiko tercemar.
7. Pencemaran lingkungan baik gas maupun limbah cair. Gas yang keluar saat pengomposan berbau busuk bisa mengganggu tetangga. Begitu juga sumur-sumur penduduk di sekitar proses pengomposan biasanya ikut berwarna cokelat terkena rembesan limbah pengomposan jerami. Kalau pakaian terkena noda coklat itu susah dibersihkan. Timbunan kompos sisa budidaya juga menimbulkan pemandangan tidak sedap.
8. Timing pemetikan harus pas. Telat sedikit jamur akan mekar dan mengakibatkan turunnya harga jual serta daya tahan pasca panen. Rasa dan aroma jamur yang masih belum mekar lebih enak
9. Tubuh buah tidak tahan perubahan cuaca ekstrim. Pernah suatu hari ketika itu siang sangat cerah panas mendadak sorenya mendung tebal dan kemudian turun hujan deras ditambah angin sangat dingin. Tubuh buah jamur yang ada langsung mengempis dan esoknya membusuk padahal
Limbah budidaya jamur merang
kumbung sudah saya kasih lampu 100 watt.
10. Jerami merang sangat bulky. Kalau disimpan memakan ruang yang cukup banyak. Bagi yang space-nya pas-pasan akan menyulitkan untuk menyimpan jerami banyak-banyak (misal untuk stok pada musim hujan).
11. Media rawan serangan jamur upas yang susah dikendalikan. Jika terserang jamur ini maka kompos akan membusuk dengan cepat dan produktivitas jamur merang pun akan menurun tajam.
12. Pada bulan-bulan tertentu (biasanya bulan sejuk) sulit menghasilkan jamur putih bersih (strain putih). Jamur yang dihasilkan cenderung berwarna gelap dan akibatnya sering dikomplen pembeli atau pedagang.
     Meskipun tidak ada kaitan sama sekali dengan budidaya jamur merang tetapi jamur merang ini katanya bisa menyebabkan penyakit asam urat kumat bagi penderitanya.

Foto: wikimedia + pribadi




No comments:

Post a Comment