Sekitar
tahun 2013 saya sempat memproduksi nata de coco. Adapun kendala-kendala yang
saya rasakan:
1. Suplai bahan baku air kelapa yang
tidak kontinyu. Terutama pada musim kemarau saat buah kelapa langka dan
parahnya di tempat saya kemarau minimal berlangsung 6 bulan/tahun sehingga
terpaksa harus mencari pasokan dari tempat lain yang jauh yang otomatis
menambah biaya produksi. Selain itu pedagang kelapa juga banyak yang jual mahal air
kelapanya. Bahkan ada yang lebih suka membuang air kelapanya ke got ketimbang
dibeli. Capede... Ditambah lagi sekarang keberadaan kebun kelapa semakin berkurang karena menanam kelapa memang sudah tidak begitu menguntungkan lagi beda dengan jaman dulu dimana minyak sawit masih belum meraja.
2. Rendemen rendah. Saya tidak ingat
ingat pasti rendemen yang saya dapatkan (karena sudah lama sekali) tetapi rendemen
rendah memang menjadi masalah. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi rendemen
termasuk formulasi media, kualitas bahan baku, dll. Jika kualitas bahan baku
tidak konsisten maka rendemen nata juga fluktuatif.
3. Serangan jamur. Ternyata tidak hanya
budidaya jamur yang mendapat serangan jamur liar namun budidaya nata de coco
ini juga sama. Salah satu tandanya lembaran nata berlubang-lubang. Dampak lain
serangan jamur ini rendemen rendah. Sanitasi memegang peranan penting tapi
sayang kadang sulit mendisiplinkan tenaga kerja.
4. Limbah. Limbah cair dari proses
budidaya nata de coco ini berbau tajam karena masih mengandung asam asetat.
Sebenarnya masih bisa diolah menjadi cuka atau diberi kapur untuk menetralkan
keasamannya tetapi jelas akan menambah biaya.
5. Peralatan yang harganya cukup mahal. Tergantung
skala usaha tapi bagi orang seperti saya yang kemampuan ekonomi pas-pasan cukup
berat untuk membeli peralatan nata de coco (kecuali kalau mau hutang bank) semisal pemotong lembaran nata. Saya
pernah tanya kesana kemari harga paling murah 10 jutaan. Bisa dipotong-potong
manual tapi butuh tenaga kerja lumayan banyak dan ukuran potongan sering tidak
seragam.
Akhirnya jelang kebangkrutan usaha saya itu, saya ajak anak-anak di
sekitar saya untuk mengolah nata de coco. Saya ajarkan mereka membuat aneka
minuman dari nata de coco. Semua bahan bakunya saya kasih. Hasil produk olahan mereka
saya suruh mereka menjualnya sendiri kemudian uangnya saya bagi hasil dengan
mereka. Selain mengajarkan mereka ketrampilan baru, paling tidak mereka
mendapatkan uang saku tambahan. Sayangnya ini pun juga tidak bisa berjalan lama.
No comments:
Post a Comment