Dulu semasa
SD event malam tahun baru adalah sesuatu yang selalu ditunggu-tunggu oleh semua
anggota keluarga. Sebenarnya acaranya tidak istimewa juga yaitu cuma nonton
acara wayang orang semalam suntuk di TVRI. Bisa dibilang acara wayang orang ini
jarang-jarang ditayangkan TVRI. Memang saat itu stasiun TV yang ada baru TVRI
dan sekampung yang punya TV cuma sebiji. Begitu sore jam 19 cepat-cepat tidur
supaya nanti bisa bangun jam 23. Masalahnya adalah saya tidak terbiasa tidur
pukul 19 maka jadilah cuma bisa kedap kedip di tempat tidur karena belum mengantuk.
Hasilnya ketika pukul 23 harus bangun eh malah ngantuk berat. Di rumah tetangga
yang punya TV sudah banyak sekali orang berkumpul tetapi biasanya mata saya
cuma tahan beberapa menit nonton habis itu tidur di situ. Lagipula mana ada
anak-anak tertarik dengan acara seperti itu? Komentar yang selalu terlontar
saat orang-orang desa menonton wayang orang di TVRI adalah kenapa menggunakan
narasi bahasa Indonesia dan bukan Jawa? Jadi terasa aneh mungkin kedengarannya
kalau ada wayang berbahasa Indonesia karena sudah terbiasa mendengarkan wayang
berbahasa Jawa. Jadi si pemain menggunakan bahasa Indonesia tetapi sinden di
belakang melantunkan tembang-tembang dengan bahasa Jawa. Sampai subuh baru
bubar. Efek dari begadang itu biasanya keesokan harinya saya molor sampai
siang. Jam tidur jadi kacau.
Begitu SMP
saya dan anggota keluarga lain masih suka begadang saat malam tahun baru tetapi
acara wayang orang sepertinya sudah diganti dengan acara musik dan drama jadi
makin malas begadang. Paling banter pukul 1 sudah pulang dan tidur. Saat SMA
bersamaan dengan datangnya listrik dan TV serta stasiun TV swasta di rumah
malah tidak ada acara begadang sampai subuh. Sebenarnya acara-acara yang
ditayangkan TV swasta lebih menarik yang biasanya berupa film-film box office
tetapi jam 00 bersamaan dengan waktu pergantian tahun sudah pada molor semuanya di depan TV.
No comments:
Post a Comment