Wednesday, November 29, 2017

Kenangan Perjalanan Wisata Keluarga Ke Tretes Dan Trawas 2017


     Sebenarnya jelang akhir tahun ini sama sekali tidak ada rencana buat liburan jauh tetapi karena saya telah memenangkan tiket gratis (terima kasih ya Counterpain!) Mud Warrior 3 yang diselenggarakan di Trawas maka sayang sekali jika kesempatan emas itu dilewatkan begitu saja. Apalagi saya belum pernah ikutan event-event seperti ini. Dulu sempat dapat tiket Jogja Marathon gratis dari bank Mandiri tetapi tidak saya gunakan karena terbentur dengan masalah keuangan (bahasa halus: bokek). Kebetulan ada sedikit rejeki tahun ini maka tidak salahlah kiranya jika saya mengikuti event ini. Itung-itung sebagai pengalaman saja. Awalnya saya berencana sendirian yang akan berangkat langsung ke Trawas tetapi saya kira tidak salahlah jika sekali-sekali mengajak istri dan si kecil juga. Pertama-tama saya coba melihat-lihat harga hotel di sekitaran Trawas lewat internet dan gila sama sekali tidak ada yang murah. Kemudian saya coba menghubungi admin Mud Warrior 3 siapa tahu bisa kasih info penginapan yang murah di  seputaran Trawas dan dari semua tempat yang direkomendasikan ternyata tak satupun yang terjangkau bagi kantong saya. Saya harus putar akal. Berhubung saya naik kereta api maka stasiun pemberhentian terakhir saya adalah stasiun Bangil. Saya kemudian berpikir kenapa saya tidak menginap di Bangil saja? Saya kemudian sekali lagi mencari info hotel di Bangil. Ternyata pilihannya sangat terbatas dan saya berpikir jarak Bangil Trawas kan lumayan jauh sementara jam 7 pagi acara sudah dimulai. Saya ragu jika saya bisa tiba tepat waktu di Trawas. Lagipula saya masih belum mendapatkan gambaran transportasi apa yang akan saya gunakan dari Bangil ke Trawas. Coba lagi mencari-cari lokasi hotel yang dekat dengan Trawas akhirnya saya mendapatkan Tretes. Sebenarnya tempat ini bukanlah tempat yang asing bagi saya. Saat kuliah dulu saya 2x mengunjungi tempat ini bersama-sama dengan teman-teman kuliah sekitar tahun 1995 dan 1998 mungkin. Untuk Trawas pernah sekali sekitar 1997 di air terjun Dlundung saat menjadi OC Camp Maba. Untuk mendapatkan harga yang benar-benar bagus saya search dari berbagai aplikasi dan web dan akhirnya saya mendapatkan hotel di Pesangrahan di Tretes. Saya booking 3 malam 4 hari biar puas liburannya dan juga untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga.
     OK masalah hotel sudah selesai sekarang tinggal masalah transportasi. Untuk kawasan Tretes paling mudah memang dijangkau dengan bus umum karena jika menggunakan kereta api agak susah namun istri tetap meminta naik kereta api. Jika menggunakan bus bisa turun di terminal Pandaan dan langsung naik angkot ke Tretes. Kalau naik kereta api entahlah bagaimana. Akhirnya saya putuskan nanti saja saat sudah tiba di stasiun baru dipikirkan.
     Hari yang ditunggu pun tiba, Sabtu 25 November kami berangkat menuju stasiun Rambipuji (Jember) dengan diantar. Setelah check in, kereta Tawang Alun pun datang sekitar pukul 8 dan tiba di stasiun Bangil sekitar pukul 11 siang. Hawa Bangil panas menyengat berbeda jauh dengan hawa di dalam gerbong yang sejuk. Sebentar saja baju sudah basah kuyup oleh keringat. Langkah pertama saya mencoba keluar terminal melihat-lihat aneka angkutan umum yang tersedia. Ada ojek pangkalan, ada angkot warna kuning, dan ada pula taxi. Saya jadi bingung. Saya kemudian bertanya kepada salah satu petugas kereta api yang ada di dalam stasiun dan merekomendasikan angkot kuning tetapi saya masih ragu menggunakannya karena kondisi angkot yang kosong melompong semuanya. Dari sekian angkot kosong melompong seluruhnya. Kalau saya harus menunggu keberangkatanya pasti akan memakan waktu sangat lama. Akhirnya saya mencoba-coba buka aplikasi gojek. Yang pertama saya coba adalah layanan GoCar. Ternyata setelah searching sekian lama sama sekali tidak ditemukan drivernya. Kesimpulan saya layanan ini memang belum tersedia. Akhirnya terpaksa saya mencoba GoRide. Saya masukkan titik awal keberangkatan Bangil dan tujuan adalah Tretes. Aplikasi sempat error karena jarak yang melebihi 25 km tetapi entah bagaimana kemudian bisa juga. Dengan Gopay ongkos 36 ribu sedangkan cash 46 ribu. Berhubung saldo Gopay cuma 50 ribu ya terpaksa saya pakai cash dan istri pakai Gopay. Rupanya aplikasi ini bisa melakukan 2 order sekaligus. Jadi buat yang tidak punya aplikasi bisa numpang yang punya. Setelah itu langsung muncul seorang driver gojek dan seorang temannya. Perjalanan pun dimulai. Jalan ke arah Tretes cenderung naik. Sesampainya di Pandaan cuaca langsung berubah mendung. Begitu masuk Tretes cuaca sudah berubah menjadi hujan deras. Syukurlah rider istri dan si kecil membawa mantel sehingga mereka tidak basah tetapi saya yang sial. Ridernya tidak membawa mantel dan jadilah saya basah kuyup. Sepatu, kaos kaki, jaket, dan celana basah semuanya. Mana hawa Tretes dingin luar biasa lagi. Saya coba bertanya ke mas-mas gojeknya apakah pernah mereka mengantarkan penumpang hingga ke
Pemandangan dari arah balkon 
Tretes? Mereka bilang baru sekali ini. Selama ini jarak terjauh baru Pandaan. Setelah check ini saya pun beristirahat sembari menikmati pemandangan pegunungan nan asri. Hujan terus mengguyur hingga pukul 16.30 dan kamipun langsung keluar buat melihat-lihat suasana di sekitar hotel sembari membeli makanan. Langit masih mendung dan sesekali petir menyambar yang berarti tidak lama lagi bakalan turun hujan. Benar sekitar pukul 17 hujan deras kembali turun hingga larut malam padahal rencana saya sekitar pukul 14 akan langsung mencoba masuk ke wisata Kakek Bodo. Waktu kami habiskan buat mengobrol kira-kira besok saya ke Trawas mau naik apa. Nanti akan saya ceritakan semuanya di artikel Mud Warrior 3: Ketika Semua Menjadi Salah. Keesokan paginya (Minggu) saya berangkat ke Trawas untuk mengikuti lomba Mud Warrior 3 sampai dengan pukul 11.30. Pulang dari Trawas dengan ojek, 100 m dari hotel hujan lebat kembali turun padahal saat saya masih di Trawas cuaca hanya mendung. Kembali hujan tidak mau berhenti hingga malam hari. Praktis kami menghabiskan waktu hanya dengan menonton TV sambil menyiapkan acara besok pagi berwisata ke Kakek Bodo.
     Senin pagi saya mengajak istri dan si kecil jalan-jalan sebentar hingga ke istana durian dan istri tertarik mencoba sebuah durian. Istri memang penyuka durian walau saya tidak begitu suka. Entah kenapa makan durian sedikit saja sudah eneg. Si kecil malah tidak doyan. Durian Monthong dengan daging tebal empuk jadi sarapan pagi. Kembali ke hotel kami sudah diberikan sarapan nasi goreng. Usai sarapan kami langsung berkemas menuju wisata Kakek Bodo yang jaraknya hanya 500 m dari hotel. Tiket masuk murah di hari kerja hanya rp 10 ribu. Suasana sangat sepi. Saya hanya melihat sepasang pemuda/i di belakang saya ikut masuk. Kalau saya bandingkan dengan 19 tahun lalu terakhir saya menginjakkan kaki di Kakek Bodo banyak sekali perubahan yang sudah saya lihat. Saya melihat sekarang lebih bersih, terawat, dan teratur. Fasilitas-fasilitasnya juga lebih banyak. Saya mencoba melihat lokasi camp saat saya masih menjadi Maba tahun 1995 dulu dan ternyata sudah banyak berubah. Toiletnya lebih bersih dan bagus. Begitu pula ada ayunan. Yang cukup mencolok adalah banyak sekali pedagang dari pintu masuk hingga air terjun dimana dulu saya sama sekali
Kakek Bodo
tidak melihat satu pedagang pun. Di area air terjun saya melihat pintu yang membatasi akses pengunjung untuk mandi-mandi padahal dulu seingat saya pintu pembatas ini tidak ada. Si kecil pun tak tahan langsung mandi-mandi di sungai yang ada di situ. Saat itu hawa cukup panas namun tak berapa lama berselang mendung pun datang. Hawa panas langsung berubah menjadi sejuk. Dari mulut saya langsung keluar uap.  Istri saya pun menyuruh saya cepat cepat turun supaya tidak terperangkap hujan. Kami pun segera turun tetapi mencoba lewat pintu 01. Ternyata ada kolam renang di dekat pintu masuknya padahal dulu tidak ada. Kami melangkah bergegas menuju hotel dan benar 100 m dari hotel gerimis langsung menyergap. Tak lama berselang hujan datang. Kembali kami terperangkap di dalam hotel hingga larut malam.
     Hari selasa pagi adalah hari terakhir liburan kami. Semula kami akan check out agak siang sekitar pukul 11 karena kereta berangkat dari stasiun Bangil masih pukul 18 tetapi berhubung cuaca tak menentu maka kami memutuskan untuk check out lebih pagi sekitar pukul 9. Setelah diberi sarapan roti bakar kami pun berjalan kaki menuju depan Inna Tretes menunggu angkot lewat. Angkot sering lewat hanya sampai pukul 7 karena banyak anak berangkat sekolah. Lewat pukul itu sudah sepi. Setelah menunggu cukup lama akhirnya datanglah angkot yang membawa kami hingga ke terminal Pandaan dengan tarif Rp 10 ribu/orang. Saya baru ingat jika terminal Pandaan ini terminal kecil. Di depan ada supermarket besar dan istri beli oleh-oleh di sana. Usai belanja lagi-lagi kami kebingungan akan pergi ke Bangil. Setelah bertanya pada jukir di supermarket di dapat info jika kami bisa melanjutkan perjalanan dengan naik angkot tetapi untuk itu harus berjalan sekitar 1 km.         Lumayanlah jalan sambil membawa tas yang lumayan berat dan si kecil yang sedang rewel. Ternyata itu adalah perempatan besar. Saya kembali bertanya kepada seorang SATPAM toko yang ada situ dan mendapatkan info jika angkot yang menuju Bangil jarang-jarang ada. Kami pun menunggu lama dan si kecil sudah menangis gas pol plus hawa panas bukan main. Berhubung situasi sudah tidak memungkinkan akhirnya saya kembali buka aplikasi Gojek siapa tahu menemukan rider di sekitar situ dan saya langsung menemukan. Berhubung kami dua orang maka saya mencari satu rider lagi dan saya tidak menemukannya karena mas ini rupanya satu-satunya rider Gojek di Pandaan yang sedang berada di dekat saya. Ya sudahlah saya suruh istri berangkat dulu. Saya memutuskan untuk naik angkot jika ada yang lewat tetapi jika tidak ada saya akan order gojek lagi. Beberapa menit berlalu datanglah angkot yang saya tunggu-tunggu dan apesnya ketika meraba kantong dompet kok lenyap? Saya kontan menelepon istri dan dikatakan jika dompet terbawa olehnya. Gagal deh mau naik angkot. Akhirnya saya memilih menunggu gojek balik. Saya tiba di stasiun Bangil masih sekitar pukul 11.30. Kereta jelas masih lama sekali datangnya. Si kecil rewel bukan main karena hawa Bangil yang gerah panas. Saya kemudian mencoba-coba melihat-lihat pusat kota Bangil yang belum pernah saya lihat sama sekali. Saya pun mencoba shalat di masjid jami Bangil yang megah itu buat pertama kali. Untuk shalat Ashar saya mencoba mencari mushala di seputar stasiun dan bertemulah dengan mushala 100 m dari stasiun ke barat.  Akhirnya setelah menunggu berjam-jam kereta datanglah bersamaan dengan diiringi hujan lebat. Kereta penuh dengan orang-orang yang akan bepergian ke Banyuwangi sehingga agak susah mencari rak untuk menyimpan tas. Berbeda dengan saat berangkat yang relatif longgar. Kami tiba pukul 20.30 malam di stasiun Rambi dijemput oleh adik istri dan tiba di rumah sekitar pukul 22.15. Demikianlah kisah perjalanan kami kali ini. 
     Sayang sekali hujan yang terus menerus turun membuat kami tidak banyak melakukan aktivitas outdoor padahal sebenarnya masih ada sejumlah tempat wisata alam yang cukup menarik di Tretes seperti air terjun Putuk Truno dan Taman Safari. Wisata kulinernya juga tidak sempat kami coba. Mungkin pertengahan musim kemarau adalah saat terbaik berwisata ke tempat ini. Saya baru ingat jika tempat saya menginap bersama teman-teman dulu ada di sekitar hotel Surya atau sekitar 1 km dari lokasi kami menginap.  

Update: 10-12-2017
Ternyata waktu sedang berlibur ke Tretes itu kami memang tidak hoki karena waktu itu Indonesia sedang terkena badai Cempaka. Pantas saja hujan deras terus menerus setiap hari. Begitu kami pulang dari berlibur (tanggal 28 November) cuaca cerah di rumah terus berlangsung hingga hari ini (10 Desember). Meskipun tidak banyak yang bisa kami lakukan selama di Tretes tetapi ini menjadi salah satu kenangan berlibur kami yang takkan bisa kami lupakan apalagi ada event Mud Warrior 3. Mungkin kalau tidak ada event itu kami takkan pernah berlibur ke Tretes.  

No comments:

Post a Comment