Wednesday, November 29, 2017

Mud Warrior 3: Ketika Semua Menjadi Salah

Medali finisher

    Entah mimpi saya yang bisa sampai mengikuti acara ini tetapi setelahnya saya baru tahu jika keputusan mengikuti acara ini adalah salah satu keputusan dalam hidup saya yang tak pernah saya sesali. Berawal dari tiket gratis yang diberikan oleh FP NoPainNoGain (Counterpain) rasanya sayang kalau dilewatkan begitu saja. Awalnya saya merasa acara ini bukanlah acara yang menarik. Sempat maju mundur beberapa hari mau ikutan atau tidak. Akhirnya saya putuskan untuk ikut. Kalaulah tidak menarik paling tidak saya sudah mencobanya.
     Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel perjalanan ke Tretes dan Trawas 2017, bahwa saya datang hari Sabtu di Tretes bersama anak dan istri. Saya check in hotel sekitar pukul 13.00. Disinilah kesalahan pertama sudah saya buat. Seharusnya saya datang paling tidak hari sebelumnya (Jumat) sehingga saya bisa beradaptasi dengan hawa pegunungan yang sejuk dan katanya oksigennya lebih tipis. Kesalahan kedua sebenarnya saya dalam kondisi tidak fit 100% karena beberapa hari sebelum itu saya sempat melakukan donor darah dan saat cek kadar HB saya tidak lolos. Sudah berkali-kali donor baru kali ini HB anjlok. Kesalahan ke-3 adalah keputusan untuk lari dari Tretes ke Trawas Minggu pagi. Sabtu malam saya ngobrol dengan istri memutuskan transportasi apa yang sebaiknya saya ambil dari Tretes dan Trawas. Dari GPS saya perkirakan jarak keduanya hanyalah sekitar 5 km.  Saya kira jarak segitu cukup pendek dan saya perkirakan dalam tempo tidak sampai 1 jam saya sudah tiba di lokasi. Ternyata dari Endomondo ketika saya tiba di UTC pukul 6 tertera jarak 11 km lebih. Gilanya lagi trayek tidak
Gambar gelap karena masih pagi buta
datar tetapi naik turun bahkan naik curam. Dari arah Tretes hingga ke POLSEK enak saja trayek turun terus tetapi begitu belok kiri menuju Trawas jalan mulai naik gila. Kalau begini jarak 10 km saja artinya dengan 20 km datar. Akhirnya aktivitas lari yang sudah saya set di Endomondo saya ubah menjadi jalan. Jadi lari jalan lari jalan. Untungnya saya berangkat cukup pagi sekitar pukul 4.15 sehingga seandainya molor saya masih memiliki banyak waktu. Syukurlah di tengah jalan Jolotundo saya dibonceng seorang anak dari Mojokerto. Saya lupa juga jika pegunungan memiliki oksigen yang lebih sedikit. Kesalahan ke-4, tidak ada atau sedikit carbo loading. Entah mengapa saya kok sabtu malam tidak menyiapkan misal roti atau biskuit buat sarapan esok hari. Hujan dan udara dingin benar-benar telah membekukan semua pikiran saya. Saya cuma sarapan dengan 2 batang kecil wafer sisa si kecil. Saya putuskan kalau-kalau di jalan bisa bertemu warung atau minimarket 24 jam maka saya akan membeli makanan. Kenyataannya saya tidak menemukan apapun juga. Semua tutup rapat sepanjang jalan. Saya agak heran karena di tempat tinggal saya yang notabene lebih "ndeso" ada minimarket 24 jam. Syukurlah perut saya masih bisa diajak kompromi. Sebenarnya sih saat akan start dari hotel ada ojek yang menawarkan jasa cuma saya merasa over confident jadilah saya tolak. Kesalahan ke-5 dehidrasi. Saya berangkat dengan tenggorokan kering karena stok air di kamar habis semuanya padahal sorenya sudah beli cukup banyak air mineral. Rupanya cemilan wafer dan keripik sudah bikin kami semua banyak minum. Saya cuma menyeruput air keran sedikit dan berharap tidak pilek. Saya baru menemukan sebuah warung kecil buka dekat jalan Jolotundo kalau tidak salah dan membeli air mineral di sana dan langsung saya masukkan water bladder. Saya tidak sarapan di situ karena rupanya si ibu masih sibuk baru saja mulai memasak. Sialnya saya lupa membersihkan water bladder sehingga sisa air beberapa hari sebelumnya tercampur dengan air yang baru masuk. Jadinya rasa air mineralnya aneh, ada asam-asamnya. Ah sudahlah berhubung sudah haus ya diminum saja. Semoga tidak sakit perut. Kesalahan ke-5, saltum alias salah kostum. Ini mutlak kesalahan saya sendiri. Saya memang tidak menyiapkan kostum sendiri tetapi istri yang menyiapkan. Saya pikir istri sudah tahu kostum yang biasa saya pakai buat olahraga. Tak tahunya istri membawa kostum yang bukan setingan buat olahraga tetapi buat santai di rumah. Kaosnya berwarna kuning cerah dan kebesaran. Celana pendeknya juga kebesaran dan berat. Pas deh sehingga bikin saya susah lari. Sialnya ketika celana pendek ini terkena lumpur langsung seperti mau melorot saja. Kaos itu kemudian menjadi korban karena dicuci selama apapun dan dengan cara bagaimana pun tak pernah bisa bersih. Duh beneran sial banget. Kesalahan ke-6, kurang tidur. Tidur di tempat dimana saya belum pernah tidur sebelumnya selalu membuat saya susah tidur. Mana orang di kamar sebelah ngorok keras sekali sepanjang malam. Baru kali itu saya mendengar ada orang ngorok sekeras itu. Padahal kurang tidur bisa menyebabkan performance olahraga menurun tajam.
       Kesalahan ke-7, saya tidak tahu banyak Mud Warrior. Gambaran awal tentang Mud Warrior adalah trail running yang dibumbui rintangan-rintangan alam “kecil”. Tak tahunya semua di luar dugaan saya. Seharusnya saya menggali lebih jauh tentang event ini dari internet sebelumnya. Begitu memasuki lapangan saya kira acara sudah selesai dan tak tahunya tantangan sebenarnya baru saja mulai. 3 tantangan akhirnya tidak bisa saya lewati yaitu rope climbing, monkey bar, dan 7th wall. Great wall sebagai rintangan terakhir membuat nyali saya langsung menciut karena melihat sebagian besar peserta gagal sehingga saya tidak mencobanya sama sekali. Padahal semestinya saya harus mencobanya entah akan gagal atau tidak. Kesalahan ke-8 tidak bawa baju pengganti karena saya kira hanya akan memberatkan isi hydropack saja. Jadilah saya harus bertahan dengan celana pendek
basah selama beberapa jam. Ditambah udara dingin membuat rasa basah semakin menggigit. Kesalahan ke-9 saya kebingungan menentukan transport balik ke Tretes. Saya sudah tidak mungkin lari lagi dengan energi yang sudah nol dan udara panas. Untunglah ada shuttle pickup dari UTC hingga perempatan apa namanya saya tidak tahu. Langkah pertama saya adalah mencari warung makan. Ada sebuah warung kecil langsung saya belok. Menunya sederhana sekali. Saya cuma memesan sup bandeng. Sialnya penjualnya kasih saya nasi banyak sekali dan nasinya pun nasi lembek padahal saya tidak doyan nasi lembek. Lihat hidangannya saja sudah membuat saya langsung kenyang. Walhasil nasi cuma saya makan sedikit. Berikutnya saya bertanya-tanya ke orang-orang di pinggir jalan kira-kira dengan cara apa saya sampai ke Tretes. Ada mbak yang menyarankan saya naik angkot 2x supaya sampai Tretes. Duh kelamaan keburu sudah tidak tahan dengan celana yang basah. Akhirnya ibu penjual nasi itu menyarankan saya naik ojek saja. Saya jalan kira-kira 200 m dan bertemulah dengan mas ojek. Mas ojek kasih harga Rp 25 rb. Ya sudahlah berhubung saya sudah dalam kondisi capek parah dan celana basah membuat saya harus segera sampai ke hotel kembali. Lagi-lagi 100 m dari hotel hujan lebat langsung menghajar saya. Kesalahan ke-10 adalah awalnya saya menganggap acara ini adalah acara yang biasa-biasa saja tetapi ternyata ini adalah acara yang luar biasa hebat! 
     Meskipun demikian bukan berarti tidak ada kesenangan sama sekali dari acara ini. Saya banyak bertemu dengan orang-orang dari berbagai wilayah di Indonesia. Ada yang sendirian tetapi tidak sedikit bersama dengan komunitas olahraganya. Sebagian besar masih anak-anak muda yang penuh semangat. Bahkan banyak yang kelihatan sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari dengan melatih fisik dan mental. Di awal race saya sempat tidak yakin bisa finish namun saya bertekad bahwa saya harus mencoba dan terus berusaha tidak peduli apapun yang sedang terjadi. Hingga masuk lapangan semua rintangan bisa saya lewati dengan baik tanpa hukuman burpees. Bahkan beberapa peserta elite pria dan wanita yang sudah berangkat lebih dulu ada yang bisa saya lewati. Sayangnya begitu masuk lapangan maka tenaga saya sudah berada di titik nadir hingga 7th wall pun tidak bisa saya lewati. Sepanjang rute ada 2 water station cuma sayangnya yang tersedia hanya air elektrolit padahal saya berharap ada energy bar atau gel atau paling tidak pisanglah karena saat berolahraga
yang paling cepat terkuras selain cairan adalah glukosa. Acara yang luar biasa. Semoga tahun depan bisa lebih menantang lagi. Kalau bisa setiap ada event ada beberapa tantangan baru yang unpredictable sehingga peserta tidak tahu sebelumnya. Begitu pula jarak tempuhnya sebaiknya ditambah semisal >10km. Dengan begini akan semakin terlihat endurance peserta. Tidak cuma uji kekuatan tetapi juga ketahanan. Tahun depan kemungkinan besar saya pasti akan bergabung kembali tentu dengan persiapan yang jauh lebih baik. Jarang ada yang sempurna saat pertama kali tetapi biasanya yang pertama kali itu yang paling berkesan dan tetap dikenang terus. Banyak orang mungkin berpikir buat apa gila menghabiskan waktu, tenaga, dan uang hanya untuk sebuah event seperti ini? Mereka hanya belum tahu bagaimana rasanya ketika bisa melakukan sesuatu yang awalnya kita yakini tidak mampu kita lakukan sama sekali.

No comments:

Post a Comment