Thursday, October 8, 2020

Sejumlah Fakta Pemilik Mobil Di Pedesaan

 Harga mobil semakin hari semakin murah saja. Kalau dulu hanya orang-orang berduit yang mampu memiliki mobil tetapi sekarang banyak warga desa yang mampu memiliki mobil sendiri (walaupun kebanyakan bekas). Bahkan sudah pemandangan lumrah ada yang mobilnya sampai berderet-deret. Nah saya akan mencoba mengumpulkan sejumlah fakta para pemilik mobil ini.

1. Hanya buat gengsi!

Suatu hari saya pernah bertanya kepada salah satu tetangga yang baru punya mobil, "Eh mobilnya kok tidak pernah dimasukin garasi? Apa enggak takut dicuri maling?". Saya tahu dia punya garasi tertutup di samping rumahnya. Dia jawab dengan enteng, "Kalau mobilnya dimasukkin garasi ntar gak kelihatan dong?!". Lah jadi punya mobil itu cuma buat pamer?? Kalau mobilnya itu mobil mewah dan baru, it's OK. Mobilnya juga cuma mobil bekas sejuta umat, apa istimewanya?? Ya begitulah faktanya. Tidak salah sebenarnya karena memang inilah arus jaman sekarang. Katanya sih ini jaman edan kalau enggak edan gak keduman (= dapat jatah). Kalau istilah terbaru mungkin ini yang namanya PANSOS (panjat sosial) kali ya? Tak peduli prestasi seuprit yang penting gengsinya selangit πŸ˜‚
Maklum masih banyak orang termasuk warga desa yang menganggap bahwa gengsi itu adalah sukses. Sebaliknya sukses juga harus bergengsi. Kalau sukses belum menghasilkan sesuatu yang bergengsi maka itu belum sukses namanya. Tiga tahun lalu ortu saya menjual sawah yang harganya sekitar Rp 200 juta dan tebak siapa pembelinya? Seorang pedagang sayur biasa! Usai dia membayar lunas tidak ada kabar menghebohkan tentang dirinya. Semua orang menganggapnya biasa-biasa saja. Nah beda kasusnya jika ada warga yang baru saja membeli mobil walaupun harganya cuma Rp 50 juta langsung jadi buah bibir sekampung selama berpekan-pekan bahkan berbulan-bulan. Pemilik mobil secara otomatis akan mendapatkan label sukses tetapi pemilik sawah, ladang, ternak, usaha, dll walaupun secara nominal asetnya jauh lebih banyak tidak secara otomatis akan mendapatkan label sukses. Jujur saya benar-benar tak menyangka jika untuk meraih "sukses" ternyata cuma bisa begini sepelenya 😁 Semua orang ingin dianggap sukses. Haregene siapa sih orangnya yang tidak mau dilabeli sukses? Asal sudah ada mobil nongkrong di depan rumah maka itulah sukses yang "sebenarnya".  

2 Jarang Dipakai

Jarang sekali orang desa bekerja di kantor. Kebanyakan bertani dan tak mungkin membawa mobil kinclong ke sawah karena resiko akan terkena lumpur atau debu tebal. Akhirnya kalau pergi ke sawah mereka tetap naik motor butut karena takut dicuri orang kalau bawa motor bagus walaupun belakangan motor butut diembat juga sama maling haha... Dulu ada teman di desa ngebet banget beli mobil supaya bisa buat bersilaturahmi ke kerabat saat lebaran tetapi pas lebaran dia malah naik motor. Waktu saya tanya kenapa gak pakai mobil, dia jawab pusing nyetir mobil saat lebaran karena macetnya luar biasa. Contoh mobil kakak saya rata-rata cuma sebulan sekali dipakai. Dulu kakak selalu menyuruh saya memakai mobilnya tetapi saya menolaknya karena saya tipe orang yang tidak suka menghabiskan waktu di jalan. Perasaan saya kalau bepergian dengan mobil maka waktu yang diperlukan jadi lebih panjang (macet sih). Belum lagi BBMnya lebih boros berlipat ganda. Jadi dalam setahun pemakaian mobil cuma bisa dihitung jari sebelah tangan. Fungsinya lebih sebagai barang pajangan daripada alat transportasi.  Saya baru mau pakai mobil kalau sudah kepepet setelah driver GrabCar atau GoCar tidak ada yang tersedia.  

3.  Kurang (Minim) Perawatan

Kalau naik mobil diajak saudara atau tetangga selalu saja ada masalah yang tidak bikin nyaman. Contoh mobil kakak itu jarang sekali diservis. Pintunya pada macet. Bau solarnya mesti masuk kabin, makanya kepala saya selalu pusing saat berada di dalamnya. Adalagi punya kenalan kaca jendelanya macet dan koplingnya dah aus cuma dibiarin aja bertahun-tahun. Waktu saya tanya kakak kenapa kok tidak dibawa ke bengkel buat dibetulin? Dia berkilah nanti bakalan cuma menghabiskan banyak uang! Lah yang namanya punya kendaraan ya gak cuma siap biaya kepemilikannya doang tetapi juga biaya perawatannya kan?! Jujur saya belum pernah naik mobil tetangga atau kenalan dan merasa nyaman 100%. Malah pernah saya jatuh sakit sehabis naik mobil gara-gara saking buruknya mobilnya. Maksudnya kalau dilihat dari luar body mobil memang masih kelihatan kinclong tetapi kalau dikendarai ampun deh masih nyaman naik gerobak sapi! Kebanyakan mobil cuma dikendarai melulu tanpa dirawat. Badannya masih semlohai tetapi ternyata di dalamnya "jantung, paru-paru, dan ginjalnya" udah penyakitan semuanya. 

4. Naik mobil = naik motor

Banyak warga desa yang menyamakan naik mobil dengan naik motor. Contohnya jalan-jalan di pedesaan kebanyakan sempit-sempit sehingga kalau buat berpapasan 2 mobil tidak bisa tanpa salah satu atau keduanya menurunkan roda keluar jalan. Diperlukan kesabaran ekstra saat mengendari mobil di jalan-jalan sempit seperti ini dan inilah yang banyak yang tidak dipahami. Sudah tahu jalan sempit dan dari arah depan ada kendaraan lain masih nekad saja menyalip dengan mengambil jalur kanan. Akhirnya kendaraan dari arah berlawanan terpaksa keluar dari jalan. Ini kan konyol namanya tetapi sayangnya sampai sekarang dianggap lumrah dan umum atau malah hebat kali ya? Begitu pula jalan berlubang-lubang anehnya masih nekad mengebut saja. Saya sampai heran kok bisa ya jalan rusak begitu tetapi masih gas pol? Ajaib! Ada juga yang sering saya lihat menyalakan lampu hazard buat belok. Mungkin terlihat keren tetapi memang benar, tampak keren sekali bodohnya hehe... Wooiii anda itu naik mobil bukan naik motor yang badannya jauh lebih kecil! Kalau jalannya sempit ya jangan nekad ambil jalur kanan atau mengebutlah. Punya mobil tidak lantas membuat jalan raya jadi punya lo juga kaliii!! Kalau nabrak orang ntar cuma bisa cuci tangan atau nyalahin yang lain atau menganggap itu sekedar kecelakaan doang yang tak disengaja. Padahal udah jelas kalau biangnya adalah ramuan gengsi dan keg0bl0kan nan absolut!

5. Selalu mengeluh pajak

Iyalah pajak mobil ya mahal, kalau gak mau bayar pajak kendaraan pakai sepeda aja. Pajak berasa mahal karena memang fungsi kendaraannya cuma sebagai gengsi-gengsian doang. Coba kalau mobilnya dipakai buat kegiatan-kegiatan produktif seperti ngojek,  menimbun bensin Premium 😁, atau jualan baju di pinggir jalan tentu akan lain cerita. Dimana-mana yang namanya gengsi itu mahal cuyy! 

6. Pelit Nyalain AC

Saya tidak tahu mengapa banyak pemilik mobil selalu mengabaikan AC ini. Pertama entah mengapa banyak pengendara yang tidak mau menyalakan AC dan lebih memilih pakai angin jendela. Apakah untuk mengirit konsumsi BBM? Sayangnya naik mobil tanpa AC menyala sungguh menyiksa di siang hari. Panas, pengap, dan belum lagi sebentar saja baju udah basah oleh peluh. Mobilnya (kelihatan) bagus tapi yang naik di dalamnya berasa tersiksa tak nyaman. Inikah yang namanya gengsi? Hehe... kasihan deh! Yang kedua AC tak pernah dingin. Entah karena memang ACnya disetel pada level minim atau freonnya yang habis atau banyak udara dingin yang keluar dari kabin. Saya tahu kalau AC disetel maksimum memang akan membebani mesin cuma ya paling tidak jangan terlalu pelitlah kasih level pendinginan atau rawatlah ACnya secara rutin. Kalau freon habis ya jangan dibiarkan saja berbulan-bulan. Katanya buat gengsi kok masih pelit?!πŸ˜‚

7. Selalu mempersoalkan konsumsi BBM yang banyak

Ya iyalah. Kalau mau irit ya pakai motor 80 cc padahal mana ada mobil jaman sekarang yang 80 cc? Atau dorong saja dijamin bebas konsumsi BBM dan lebih ramah lingkungan haha...  Mungkin karena ini jugalah banyak warga desa yang lebih suka menjadikan mobil sebagai pajangan dibandingkan alat transportasi. Kalau cuma jadi pajangan walau tak pernah diisi BBM juga bukan masalah. 

8. Merokok di Dalam Kabin

Ini kelakuan yang katro banget tapi dianggap biasa. Pernah suatu hari naik mobil dengan AC menyala penuh dengan anak-anak eh ada seorang sesepuh yang masih nekad merokok. Spontan aku minta dia mematikan rokoknya. Aku tak peduli walaupun dia seorang sesepuh mau marah atau benci sama aku sesudahnya. Aku dah siap resikonya. Waktu itu yang kupikirkan bagaimana menyelamatkan semua anak yang berada dalam mobil itu. Bukan cuma sekali itu saja, sebelumnya aku juga pernah melihat seorang kondektur bus menegur penumpang yang merokok dalam bus ber-AC. Aku tak tahu apa yang berada di dalam kepala mereka. Apakah mereka memang tidak tahu bahayanya atau tidak peduli? Padahal di dalam bus juga kadang ada tulisan dilarang merokok. Kadang kalau begini cuma bisa mengelus dada, Indonesia banget gitu loh! 

9. Bensin Premium dan Solar Are The Only One Fuel

Setahun yang lalu bulik datang ke rumah orang tuaku naik mobil. Sepertinya dia baru membeli mobil bekas. Dia memang sudah menjadi OKB (orang kaya baru) beberapa tahun belakangan ini. Layaknya OKB dia mengajak kami liburan dan makan-makan kemana-mana. Sempat mendengar mereka bercakap-cakap akan mengisi BBM yaitu solar. Solar?? Mobil sebagus ini cuma diisi solar yang subsidi itu? Padahal saya yakin Pertadex aja bulik pasti mampu membelinya full tank. Jadi mikir kok aneh ya udah bisa gengsi kok masih minta subsidi? Seharusnya malu dong kalau udah levelnya bisa gengsi tapi masih pakai yang subsidi-subsidian? 
Pernah juga suatu sore saya mengisi BBM motor di sebuah SPBU. Sebuah mobil bagus nan kinclong lewat dekat dispenser Premium. Saya heran kenapa itu mobil lewat situ padahal Premium tidak pernah tersedia karena selalu dihabiskan pelansir/penimbun BBM. Saya sempat mendengar percapakan si sopir dengan mbak petugas SPBU. Mbaknya bilang Premium habis dan menyarankan si sopir pakai Pertamax atau Pertalite. Saya kira si sopir akan pindah ke dispenser BBM lain tapi eh tak tahunya dia langsung kabur. Sekali lagi cuma dapat tertawa perih dalam hati, kenapa kalau udah bisa gengsi tapi masih minta subsidi? Ibaratnya kenapa kalau udah bisa beli iPhone 11 kok masih sering minta tether sama teman? Malu dong! Atau barangkali budaya malu itulah yang sudah hilang dari dalam diri bangsa kita? Padahal katanya malu itu sebagian dari iman kan?   

10. Sabuk pengaman adalah hiasan
Banyak pemilik mobil menganggap sabuk pengaman cuma hiasan yang "tak penting" jadi tak pernah dipakai. Baru dipakai kalau dari jauh kelihatan sedang ada razia. Kalau pun dipakai kadang pakainya enggak benar. Yang unik kadang anak-anak dibiarkan "berlarian" kesana kemari di dalam mobil. Begitu pula saat membawa anak kecil atau bayi seharusnya disediakan kursi khusus untuk pengamanan ekstra tetapi saya belum pernah melihat sekalipun ada yang menggunakannya.

11. Tidak punya garasi
Sebenarnya kalau ini bukan cuma warga desa saja tetapi orang-orang kota juga sama saja. Dulu saat menginap di rumah adik di Surabaya suatu pagi saat melewati jalan perumahan dengan motor saya sempat kesulitan karena mobil-mobil berjajar di kanan kiri jalan. Rupa-rupanya mereka adalah pemilik mobil yang tidak memiliki garasi sehingga jalan di depannya dijadikan "garasi". Kalau di desa biasanya halaman dan serambi yang dijadikan garasi. Mungkin mereka tidak mau atau malas membangun garasi atau mungkin seperti no. 1 yaitu sebagai ajang pamer. Sungguh ironi melihat mobil kinclong cuma diparkir di halaman kena panas dan hujan sepanjang tahun. Memiliki mobil jauh lebih aman sekarang dibandingkan motor karena nyaris saya belum pernah mendengar ada mobil yang dicuri di sini. Harga mobil bekas juga sudah sangat jatuh dan sepertinya akan terus jatuh. Sekarang dengan Rp 30 juta aja sudah bisa membeli mobil bekas yang lumayan. Ke depan entah berapa belas atau puluh tahun lagi mobil akan menjadi transportasi utama di negara ini. Semua orang akan memiliki mobil layaknya motor di jaman sekarang. Apalagi dengar-dengar pemerintah akan memotong pajak pembelian mobil sehingga harga mobil baru akan anjlok hampir separuhnya. Wooww!! Ini berita bagus sih karena memberi kesempatan kepada rakyat untuk memiliki mobil cuma ya jalan akan semakin macet dimana-mana. Pemerintah juga tak perlu pusing menyediakan transportasi publik. Sayangnya polusi udara dan kecelakaan akan meningkat tajam. Beberapa tahun belakangan ini saya sudah sangat mengurangi jalan-jalan di luar rumah atau bepergian karena merasa jalanan sudah semakin padat, lambat, dan semakin tak aman.  

No comments:

Post a Comment