Wednesday, October 25, 2017

Kosmetik Abal-abal dan MLM


   Bingung juga mau saya kasih judul apa tulisan ini. Yang pasti bukan saya yang telah menggunakan kosmetik tetapi si istri. Kisahnya adalah belakangan ini desa lagi heboh dengan hadirnya kosmetik baru yang konon katanya punya kemampuan super. Hampir tiap hari iklannya” berseliweran di medsos istri saya. Istri saya sebenarnya bukan kosmetik holic cuma berhubung setiap hari terus menerus dibombardir oleh teman-teman FB-nya yang beriklan menawarkan komestik itu akhirnya timbullah rasa penasaran dan ujung-ujungnya keluar Rp 60 ribu buat membelinya. Sebelum berangkat membeli saya sudah peringatkan istri jangan-jangan kosmetik itu palsu atau mengandung bahan berbahaya. Istri berkilah tidak mungkin karena dia mendapatkan langsung dari member resmi. Ditambah dengan diskon 40% dari harga normal Rp 100 ribu membuat rasionalitas istri saya pun menghilang. Maklum selama ini saya selalu skeptis dengan produk-produk yang ditawarkan MLM. Jadilah dia pulang menenteng sebotol kecil kosmetik dengan botol warna putih. Hampir tiap hari istri saya menyemprotkannya ke kulit tangan dan wajah. Nah lagi-lagi berhubung setiap hari saya dibombardir aksi istri yang pakai kosmetik maka muncul jugalah rasa penasaran saya dengan kosmetik itu.
     Awalnya saya coba mengamati dengan seksama botol kosmetik itu. Bentuk botolnya biasa seperti kosmetik-kosmetik lain yang sering saya lihat cuma tulisan pada kemasan entah kenapa menurut perasaan saya kok buram. Didorong oleh rasa penasaran kemudian saya coba tekankan jempol tangan ke arah tulisan lalu saya gosok-gosokann dengan kuat. Benar ternyata perlahan tulisan itu memudar dan akhirnya semakin lama saya menggosoknya lantas menghilang. Makin kuat dugaan saya jika kosmetik ini adalah kosmetik tidak jelas. Padahal kosmetik dari produsen mapan ternama yang harganya murah meriah di bawah Rp 10 ribu perak saja setahu saya jika digosok tulisan pada kemasannya tidak akan hilang. Akhirnya saya mencoba menyemprotkan kosmetik ini di permukaan tangan lalu saya cicipi. Rasanya seperti air yang diberi garam sedikit. Saya agak heran karena sesuai namanya berguna untuk mencerahkan kulit dengan kandungan vitamin C. Teorinya diperlukan vitamin C dosis tinggi agar mampu mencerahkan kulit dan setahu saya vitamin C itu rasanya masam. Berarti semakin tinggi dosisnya maka semestinya larutan akan terasa asam sekali tetapi mengapa ini malah seperti terasa asin? Saya tidak perlu mengeceknya lebih jauh kosmetik ini asli atau abal-abal karena dari tulisan pada botol yang mudah hilang sebenarnya sudah menunjukkan jati diri kosmetik tersebut. Padahal klaim kosmetik ini seperti produk-produk MLM lainya yang bisa begini begitulah, menyembuhkan ini dan itulah sehingga saya jadi bingung ini sebenarnya kosmetik, obat, atau suplemen?
     Kalau menurut saya kosmetik ini hanyalah kedok sehingga hanya dibuat asal-asalan karena sebenarnya bisnis di belakang kosmetik ini adalah perputaran uang dari bawah ke atas (money game?). MLM memang sebuah teknik mendapatkan uang dalam jumlah besar dengan sangat cepat. Pantes saja ada update di medos istri yang mengatakan jika bos kosmetik ini sekarang sudah bisa berwisata dengan kapal pesiar. Kalau menurut saya itu sangat wajar. Di desa saya saja sekarang sudah ada puluhan orang yang menjadi member kosmetik ini. Per member diwajibkan menyetor Rp 400 ribu kepada uplinernya. Jika ada 50 member saja total sudah berapa uang terkumpul? Kalau se Indonesia?! Angkanya pasti fantastis. Padahal berapa biaya produksi dan distribusi per botolnya? Kalau cuma isinya air dan sedikit garam dapur sama pengawet mungkin tidak sampai Rp 1000. Dengan HET Rp 100 ribu berapa laba yang bisa ditangguk? 99%! Laba segitu jelas menakjubkan sekali. Para teman dan tetangga istri kemudian lebih tertarik menjadi member dan menjual produknya dibandingkan memakainya sendiri karena tentu saja tergiur oleh iming-iming bonus dan laba yang besar. Mereka tidak sadar jika produk yang mereka jual hanyalah plasebo.
     Ya mungkin ada yang bilang orang-orang desa wajar dikibulin gitu karena mereka kan kebanyakan tamat SD atau paling banter SMA. Sebagian memang benar tetapi tunggu dulu. Saya jadi teringat kejadian beberapa tahun lalu tatkala ada seorang teman yang sekaligus tetangga yang notabene lulusan S2 sebuah perguruan tinggi di Jepang. Waktu itu dia lagi gencar-gencarnya mempromosikan MLM-nya. Saat lebaran ketika semua orang sibuk bersilaturahmi, dia malah sibuk bawa laptop dan proyektor kemana-mana ke rumah teman dan tetangga buat mempromosikan MLM-nya. Walhasil banyak orang yang lagi-lagi tergiur. Mereka pun dengan ikhlas menyetorkan Rp 200 ribu/orang untuk menjadi member. Yang mereka dapat hanyalah sebuah chip untuk jualan pulsa. Saya sendiri juga sempat ditawarin olehnya tetapi seperti biasa saya selalu berusaha mencari tahu lebih banyak lewat internet dan benar jika MLM si teman itu sedang bermasalah. Saya yakin kala itu dia pasti telah meraup banyak keuntungan. Bahkan salah seorang tetangga sempat invest kepadanya jutaan rupiah. Saya hanya memprediksikan jika umur MLM si teman takkan panjang. Benar saja setahun kemudian pamflet MLM yang terpampang di depan rumahnya yang menunjukkan eksistensinya akhirnya menghilang. Kini beberapa tahun telah berlalu. Entah teman saya itu pura-pura lupa atau memang lupa beneran dia tidak pernah menyinggung tentang MLM yang pernah digelutinya dulu itu ketika bertemu dengan saya padahal dulu dia getol banget mengajak saya. Para korbannya pun juga kelihatan adem ayem. Untungnya dia sudah tidak tinggal di sini. Sudah lumrah jika ada masalah penipuan atau yang berkaitan dengan hukum orang-orang di desa saya cenderung akan mengambil jalan damai atau paling tidak melupakannya begitu saja.
     Memang tidak semua MLM seperti itu tetapi kebanyakan memang seperti itu. Akan selalu muncul pelaku-pelaku MLM-MLM baru dan akan selalu korban-korban baru karena pada dasarnya MLM memanfaatkan kelemahan manusia yang paling mendasar yaitu ingin mendapatkan banyak uang secara instan. Begitu para upliner merasa sudah mendapatkan keuntungan maka mereka akan membiarkan jaringan itu ambruk dengan downliner sebagai korbannya. Selanjutnya mereka akan membuat MLM-MLM dengan nama baru tetapi modusnya kurang lebih sama. Kejadian-kejadian ini akan selalu terus dan terus berulang entah sampai kapan.  

No comments:

Post a Comment