Wednesday, April 10, 2019

PEMILU 2019: Makin Panas!

     PEMILU tinggal sepekan lagi dan suasana semakin hari semakin memanas saja. Ada beberapa hal yang cukup menarik yang saya amati pada saat jelang PEMILU kali ini. 

1. Suasana lebih panas dibandingkan PILPRES 2014 dulu. Dulu seingat saya jelang PILPRES 2014 sudah cukup panas namun kali ini yang saya rasakan lebih panas. Ini terlihat dari komen dan pos di medsos yang sebagian besar berisi adu debat dan pendapat PASLON pilihan. Coba lihat trending topic twitter setiap hari selalu berisi tagar yang berkaitan dengan PEMILU. Tak jarang adu debat diiringi dengan kata-kata kasar, SARA, dan saling menjatuhkan seperti cebong, kampret, atau apalah-apalah. Padahal bulan ini Jepang juga sama-sama menyelenggarakan PEMILU tapi tidak sepanas di negara kita tercinta ini. Bahkan banyak yang rusak persahabatannya hanya karena beda pilihan.
PEMILU di Jepang
Trending topic Twitter 10 April 2019


2. PILEG yang tenggelam oleh PILPRES. Baru kali ini PILEG dijadikan satu dengan PILPRES sehingga akibatnya PEMILU kali ini lebih terkesan sebagai PILPRES dibandingkan dengan PILEG. PILEG seolah telah terbakar habis oleh panasnya debat PILPRES.
3. Serangan fajar”. Baru kali ini saya mengalami “serangan fajar” walaupun sudah menjumpai PEMILU berkali-kali. Ada salah satu CALEG yang mengajak saya menjadi timsesnya tapi saya tolak secara halus. Bukannya saya menganggap dia dan partainya jelek tapi saya hanya malas saja.  Datang cuma kalau butuh saja. Emang saya toilet apa? Ada juga CALEG yang bagi-bagi deterjen kayak gini. Yah lumayanlah daripada enggak dapat sama sekali hehe…  Terima kasih bu CALEG!
"serangan fajar" (enggak saya buka ntar kelihatan mereknya)
4. Pelanggaran kampanye yang tetap saja masif. Poster yang ditempel di pohon, tiang listrik, atau telepon masih tetap banyak. Mereka tidak malu melanggar walaupun di tepi jalan yang ramai. Belum menjadi anggota saja sudah berani melanggar lantas bagaimana nanti jika sudah terpilih? Dari sini saja sudah kelihatan mental mereka itu bagaimana sesungguhnya.  Yang cukup membuat saya heran adalah dimana BAWASLU? Kalau pelanggarannya di jalan kecil di tengah desa saya bisa maklumi tetapi kalau di pinggir jalan yang ramai masak sih enggak kelihatan? Seharusnya BAWASLU lebih proaktif jemput bola menangani pelanggaran-pelanggaran kampanye di lapangan. Jangan hanya menunggu orang melapor.  Bahkan yang cukup unik instagram BAWASLU sendiri tidak bisa dikomen. Typical kebanyakan lembaga-lembaga pemerintah yang maunya cuma tutup mata telinga dan mulut plus makan gaji buta. 
5. Banjirnya berita hoax. Di PEMILU sebelumnya saya kira berita hoaks sudah banyak beredar hanya saja belakangan ini memang keberadaannya sudah semakin tak terkendali. Meskipun saya sudah mencoba membentengi medsos dari berita hoaks yang berseliweran tetapi tak jarang saya masih bisa terkecoh. Ini dikarenakan semakin lama berita hoaks semakin susah dibedakan dari berita aslinya karena telah dikemas sedemikian apiknya. Berita hoaks sangat efektif dalam menghancurkan atau membangun citra seseorang atau kelompok dalam sekejap mata. 
6. GOLPUT yang semakin disudutkan. Salah seorang pejabat beberapa waktu lalu mengatakan jika GOLPUT itu sama saja dengan pengacau bahkan menganggap sama dengan teroris. Sungguh pernyataan yang sangat berlebihan! Saya hanya melihat jika itu tak lebih dari refleksi akan ketakutan beliau jika partainya tidak akan mendapatkan kursi. Padahal di negara-negara Amerika yang notabene sudah jauh lebih dulu mengenal demokrasi persentase GOLPUT juga lumayan besar dan tidak disudutkan. GOLPUT juga merupakan salah satu bentuk cara berdemokrasi kok. Jika negara sudah sangat khawatir dengan keberadaan GOLPUT dan ingin memberantasnya secara instan mudah saja sebenarnya. Ubah saja memilih bukan lagi hak tetapi kewajiban. Barangsiapa yang tidak mau memilih maka akan dikenakan denda atau penjara. Sekarang berani atau tidak mengubah aturan mainnya? GOLPUT itu juga menunjukkan jika sebagian rakyat sudah tidak percaya lagi dengan semua bualan dan janji-janji manis para CALEG atau PASLON yang kebanyakan cuma tepe-tepe (tebar pesona).  Mungkin ada yang bilang kalau tidak memilih maka yang buruk akan memimpin. Memang adakah jaminan jika tetap memilih maka yang buruk juga tidak akan memimpin?? Sebuah brainwash yang aneh dan berbahaya. Daripada meributkan GOLPUT mending mengatasi penyebar dan pembuat berita hoaks yang sudah jelas-jelas sering membikin resah.
     Bagi saya pribadi PEMILU sampai kapanpun akan tetap sama saja artinya. Siapapun kita hanyalah bidak-bidak catur yang dikorbankan untuk kepentingan sang ratu. Yah sekarang saja rakyat dirangkul-rangkul setengah mati. Segala upaya untuk mempermudah rakyat mendapatkan hak pilihnya dipermudah habis-habisan. TPS-TPS dibangun hingga jauh ke pelosok negeri supaya warga tak jauh-jauh datang memilih. Yang di luar negeri dikirimi surat suara. Orang-orang yang sedang sakit terbaring lemah didatangi dengan pengamanan ketat supaya tetap bisa mencoblos. Luar biasa! Padahal rakyat juga masih memiliki hak-hak lain, hak mendapatkan keadilan, layanan infrastruktur yang bagus, hak mendapatkan dokumen kependudukan, dll. Coba saja jika hak-hak ini dipermudah seperti halnya hak memilih saat PEMILU? Di sini semakin menguatkan jika PEMILU hanyalah sekedar alat untuk melanggengkan kekuasaan sang penguasa. Seperti sebuah tangga, begitu si penguasa sudah tiba di atas maka ditendanglah tangga itu jauh-jauh. Jika kita semua masih dikaruniai usia panjang, marilah kita sama-sama menjadi saksi perhelatan PEMILU-PEMILU mendatang dan saya percaya pola-pola ini akan terus berulang. Akan ada orang-orang yang akan selalu terperosok ke dalam lubang yang sama terus menerus tanpa bisa belajar dari kesalahan yang sudah-sudah.  Kata salah seorang teman: CALEG sekarang cuma dekat di poster tapi jauh di hati!

No comments:

Post a Comment