Wednesday, June 10, 2020

Menemukan Pengganti Tri (II): Talak 3000 Buat Tri!

Selamat jalan Tri!


     Seperti yang sudah saya tuliskan di artikel saya memang benar-benar kelimpungan dengan aksi Tri yang telah menghapuskan paket legend itu. Saya pikir mungkin dalam tempo 2-3 hari kemudian saya sudah bisa menemukan pengganti Tri, tetapi ternyata tidak segampang itu. Hari-hari berlalu dengan diskusi intens dan panjang bersama sang istri menemukan solusi terbaik. Satu per satu ISP dan paket-paketnya kami analisis dalam-dalam dan hasilnya kandidat jatuh kepada Indihome ori dan “Indihome” ala desa. Semua paket internet dari operator seluler terpaksa kami buang karena umumnya kuota kecil dan harganya selangit. Ada yang kuota gede tapi eh dibagi-bagi waktunya atau untuk ini itu yang tak kami butuhkan plus harganya sudah pasti jelas muahal sekali. Bukan berarti kami takkan memakai paket internet dari operator seluler lagi karena bagaimanapun saat sedang berada jauh dari rumah jelas kami tetap butuh mereka untuk berkomunikasi. Kami mungkin hanya akan membeli paket internet harian sesuai kebutuhan sekedar untuk menyalakan WA.

     Indihome atau “Indihome” ala desa? Pertama-tama kami mencoba membuat analisis Indihome original. Semua paket Indihome kami teliti satu per satu dan yang terbaik menurut kami ada 2 yaitu Single Play dan Lite. Persoalannya adalah:

1. Paket Lite memang murah hanya Rp 200 ribu/bulan dengan FUP 150 GB/bln tetapi sayangnya dibundling dengan UseeTV dan telepon rumah. Masalahnya saya sama sekali tak membutuhkan layanan telepon rumah dan UseeTV itu. Saya hanya takut jangan-jangan ntar suatu saat akan keluar tagihan tambahan (baca: siluman) dari UseeTV atau telepon rumah yang notabene tak pernah saya gunakan. Saya lebih memilih posisi aman dengan cara tak mau mencari gara-gara atau tertipu terlebih dahulu. Lagipula Rp 200 ribu/bulan itu nanti masih ditambah sewa modem Rp 60 ribu + PPN + materai yang jatuhnya bisa Rp 300 ribu/bulan dan itu masih terlalu mahal buat saya. Memang sih paket Lite ini diharuskan untuk digunakan 2 rumah yang berdekatan tetapi apakah tetangga saya mau membayar Rp 150 ribu/bulan? Saya kok tidak yakin (mungkin kalau di kota itu bukan masalah). Selain itu paket Lite ini susah dicari informasi detailnya bahkan di situs resmi Indihome sendiri tidak ada (aneh!) misalnya setelah lewat FUP kecepatan akan diturunkan jadi berapa? Itu juga tidak jelas. Saya sudah mencoba twit ke Telkomcare tentang Indihome lite ini tetapi mereka tidak pernah membalasnya. Bagi saya profesionalitas sebuah perusahaan akan terlihat dari kecepatan CS merespon. Semakin lambat atau tidak merespon sama sekali menunjukkan perusahaan itu tidak profesional seperti yang terjadi pada Tri belakangan ini, hanya beberapa keluhan pelanggan yang direspon oleh Tri sedangkan sisanya dibiarkan saja. Saya tak mau membeli kucing dalam karung. Ditambah lagi semua informasi tentang Indihome di internet isinya hanya komplen pelanggan melulu termasuk di twitter Telkomcare juga. Membalas twit saja mereka malas apalagi memberikan layanan terbaik buat pelanggan? Saya jadi semakin was was sehingga memutuskan untuk menghapus pilihan Indihome Lite ini kemudian.

2. Paket Single Play. Paket ini adalah paket internet only tanpa Useetv dan telepon rumah seperti yang saya harapkan tetapi sayangnya cuma tersedia dengan speed minimal 20 mbps dengan tarif 330 ribu. Lagi-lagi dengan tambahan biaya sewa modem+PPN+materai pasti akan tembus Rp 400 ribu. Walah makin berat di kantong. Bahkan jika dibagi dengan 3 rumah saja masih terasa berat. Akhirnya kandidat paket ini pun saya hapuskan.


     Pilihan terakhir sudah jelas “Indihome” ala desa seperti di gambar ini. Pilihan harga paketnya lumayan ringan di kantong contoh untuk 5 mbps saja Rp 165 ribu. Itu sudah all the customers have to pay! Saya tak perlu pusing-pusing lagi mikir sewa modem, PPN, dan tetek bengek lainnya. Saya pun bisa membaginya dengan tetangga sebelah rumah jadi kami masing-masing hanya perlu membayar Rp 82.500/bulan. Nilai itu setara dengan harga paket internet seluler untuk satu smartphone per bulan. Kecepatannya memang tidak fantastis tetapi yang penting saya tak dipusingkan dengan FUP dan keruwetan-keruwetan ala Indihome ori. Di antara semua paket itu
konon yang laris manis Rp 100 ribu/bulan (3 mbps). Bagi warga desa yang penting mereka bisa sepuasnya pakai internet tanpa dipusingkan inilah itulah. Bagi mereka speed dewa bukanlah sebuah kemutlakan. Jika keadaan ini terus dibiarkan berlangsung bukan tak mungkin “Indihome” ala desa ini akan menjadi the silent killer buat opsel dan Indihome sendiri. Pertumbuhan pelanggannya yang pesat akan menjadi ancaman yang tak boleh dianggap main-main. Kini banyak warga desa dengan hanya membayar Rp 50 ribu saja per bulan (karena dibagi berdua dengan tetangga) sudah bisa menghidupi 3 buah smartphonenya padahal jika memakai layanan full opsel mereka harus mengeluarkan minimal Rp 150 ribu/bulan/rumah. Bagi warga desa selisih Rp 100 ribu tentu sangat berarti karena mencari uang di desa jauh lebih sulit daripada mencari gigi ayam😀. Saya hanya miris saja melihat ekspansi Telkom yang luar biasa dengan membangun jaringan FO hingga ke pelosok desa tetapi ujung-ujungnya tak ada yang pakai karena semua warganya malah lebih layanan lain yang lebih terjangkau. Kuncinya sekarang hanya di Telkom sendiri maukah berubah lebih baik dengan memberikan pelayanan yang lebih cepat dan bagus plus tentu saja dengan harga lebih terjangkau? Misalnya beranikah Telkom memberikan tarif Rp 100 ribu/bulan tanpa tetek bengek lain-lain ini itu (seperti useetv, telepon rumah, sewa modem, materai, dll) yang akhirnya malah bikin calon pelanggan kabur? Saya tak yakin…   
UPDATE: Tanpa terasa sudah 4 hari ku telah menggunakan layanan internet rumahan itu. So far sih baik2 saja. Memang tidak istimewa alias lumayanlah. Perasaan sih cuma kenceng jika dibuat buka medsos. Kalau malam lelet bahkan untuk membuka situs-situs internasional/luar negeri sering gagal (timed out). Akan tetapi wajarlah mungkin memang lagi banyak yang pakai. Saya hanya menduga-duga saja jika bandwidth internasionalnya tak besar. Hanya besar bandwidth lokalnya. Terasa sekali DNS resolvingnya sangat lambat, habis mengetik sebuah URL di browser paling tidak harus menunggu 10 detikan baru ada respon. 
Ini kalau lagi gangguan parah




https://drive.google.com/file/d/1fkIwi-kHCK_I8CzPwcSg5N-fUAUBH6Ve/view?usp=sharing

(rata2 cuma segini)















































No comments:

Post a Comment