Tuesday, June 2, 2020

Rona-Rona Ramadhan Dan Lebaran 1441 H

Akhirnya Ramadhan dan lebaran 2020 atau 1441 H berlalu juga. Hmmm… beginilah kira-kira kesan-kesanku.
1. Ramadhan dan lebaran yang berbeda! Seumur hidup aku belum pernah menyaksikan Ramadhan dan lebaran yang seperti ini. Pandemi virus Corona telah mengubah semuanya termasuk Ramadhan dan lebaran ini. Beberapa pekan sempat timbul pro kontra penyelenggaraan shalat tarawih di masjid di kalangan warga kampung, apakah akan tetap dilaksanakan seperti biasa, dilakukan dengan protokol kesehatan, atau dihentikan sama sekali. Sedikit sekali warga yang menyetujui untuk menghentikan shalat tarawih total. Sebagian besar warga lebih memilih untuk tetap melakukannya dengan protokol kesehatan. Kukira ini pilihan yang paling bijak karena toh kecamatanku masih masuk zona kuning atau belum merah. Akhirnya jarak shaf diperlebar hingga 1 m. Tiap jarak 1 m diberikan tanda kuning di atas lantai. Kami khawatir jika jamaah shalat tarawih takkan muat dengan jarak shaf segitu. Sebagai antisipasinya sudah disiapkan terpal yang cukup banyak sehingga jika masjid tak muat masih bisa shalat di halaman. Akan tetapi ternyata kekhawatiran kami tak terbukti. Ruangan masjid masih mampu menampung jamaah yang datang. Rupa-rupanya sebagian warga lebih memilih tinggal di rumah entah malas tarawih atau tetap tarawih di rumah saja saya kurang tahu pasti. Di depan masjid kemudian disiapkan ember berisi air dan sabun cair untuk mencuci tangan tetapi saya melihat hanya beberapa gelintir jamaah yang mau menggunakannya. Budaya mencuci tangan memang tidak pernah mendarah daging di dalam kehidupan masyarakat kita sampai sekarang. Tidak ada pesta penjor di jalan-jalan dan juga tidak ada acara bukber di masjid. Saat lebaran tiba juga tidak ada juga takbir keliling. Saat hari lebaran datang jalan-jalan sangat sunyi. Rumah-rumah warga yang biasanya banyak terbuka lebar untuk menyambuat para tamu yang datang, malah sebagian besar tertutup rapat. Bahkan yang unik ada warga yang sengaja memasang papan pengumuman tidak menerima tamu. Meskipun demikian kami semua maklum dengan situasi ini. Saya pun juga sangat membatasi kunjungan silaturahmi ke rumah-rumah tetangga, kerabat, dan saudara. Saya khawatir si kecilku akan tertular virus Corona dari orang lain. Ditambah lagi dia paling sulit disuruh cuci tangan dan tidak mau pakai masker karena bikin engap. Situasi memang benar-benar terasa membingungkan, tidak nyaman, dan tidak aman. Saat berjumpa dengan tamu asing pun suasana menjadi kikuk apakah harus bersalaman atau tidak? Salah seorang anak tetangga yang berusia 6 tahun mengatakan jika lebaran kali ini adalah lebaran yang paling tidak berkesan. Hehe… saya menduga pasti dia cuma diam di rumah saja bersama orang tuanya seharian selama lebaran. Jatah angpaonya pun sudah jelas menukik tajam.  
2. Kena maag. Yup baru kali ini saya terkena maag saat berpuasa. Memang sih selama Ramadhan ini nafsu makan saya tidak seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Dulu kalau sudah berbuka puasa selalu bisa makan tancap gas tapi kini makan sedikit saja perut sudah terasa penuh. Apalagi makan sahur cuma beberapa sendok saja padahal aktivitas seharian tetap banyak. Input makanan merosot sedangkan output energi tetap maka jadilah BB saya turun banyak. Sebelum berpuasa masih sekitar 48 dan sesudahnya turun jadi 45-an yang berarti turun 3 kg sendiri! Saya tidak tahu apa sebenarnya penyebab menurunnya nafsu makan pada Ramadhan kali ini. Makan apapun terasa tidak nikmat. Lebaran malah memburuk karena selama 4 hari saya tidak bisa BAB padahal selama 4 hari itu kerjaan saya cuma makan doang mulai pagi sampai malam. Begitu BAB pada hari ke-4 eh malah jadi diare. Badan lemas dan kaki kram seharian. Sejak itu sampai tulisan ini dibuat perut saya masih terasa tak nyaman seperti melilit, perih, dan mual, kadang BAB normal tapi kadang sembelit. Mau periksa ke dokter takut ada virus Corona dan sekaligus malas juga karena paling-paling cuma dikasih obat itu-itu melulu. Saya ingat dulu pernah terkena penyakit seperti ini dan satu-satunya obat yang cukup ampuh adalah Braxidine tetapi saya tahu obat ini tidak bisa dibeli dan dikonsumsi sembarangan karena bisa menyebabkan efek kecanduan. Syukurlah usai lebaran ini BB kembali merangkak naik menjadi 46-an.
3. Silaturahmi dengan video call. Ini khusus buat kerabat yang jauh. Jujur saya kurang begitu menyukai video call. Rasa-rasanya seperti membuang waktu. Makanya saya jarang sekali melakukan video call dengan mereka. Malah saya lebih menyukai telepon voice biasa atau chat text. Video call terlalu banyak memakan waktu karena membuat pembicaraan jadi ngelantur kemana-mana beda dengan chat yang berupa text yang membuat orang harus berpikir dulu sebelum mengetikkan sesuatu. Sayangnya orang-orang yang sudah sepuh tidak bisa memakai chat text ini sehingga mau tidak mau ya harus pakai telepon atau video call.
4. Banyak istri yang merayakan lebaran sendirian. Ini berkaca dari saudara ipar. Suaminya sudah lama bekerja di Bali dan tidak bisa mudik sehingga dia terpaksa merayakan lebaran kali ini sendirian di rumahnya. Saya tidak tahu pasti bagaimana rasanya merayakan lebaran tanpa suami seperti itu? Pasti menyesakkan dada. Momen yang ditunggu-tunggu setahun sekali untuk berkumpul bersama akhirnya harus kandas jua. Sekali lagi syukurlah kami masih bisa merayakan lebaran kali ini dengan formasi lengkap. 

No comments:

Post a Comment